Sepak Bola sebagai Medium Integrasi Nasional: Kekuatan dan Tantangan Membangun Persatuan

Oleh: Vanechka Radja Winata | 2602189360 |

Indonesia dikenal memiliki kekayaan dan keanekaragaman budaya dan etnis. Hal ini membuat Indonesia perlu alat yang efektif untuk menciptakan persatuan dan kesatuan. Integrasi nasional merupakan hal penting yang harus diwujudkan oleh pemerintah bersama masyarakatnya. Dalam konteks ini, sepak bola ialah instrumen yang dapat dengan efektif mempersatukan berbagai kelompok sosial dan etnis yang ada di Indonesia.

Sepak bola merupakan cabang olahraga yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nielsen Sport, Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara yang paling mencintai olahraga sepak bola. Sebanyak 77 persen penduduk Indonesia menggemari olahraga Si Kulit Bundar.

Setiap pertandingan, baik tingkat nasional maupun internasional, menarik perhatian seluruh lapisan masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke untuk memberikan dukungan dan semangatnya membela tim kesayangannya, terutama ketika Timnas Indonesia berlaga. Pada pertandingan-pertandingan besar seperti Piala Asia, perbedaan-perbedaan budaya maupun etnis sementara ditinggalkan, semangat nasionalisme bersatu untuk mendukung Timnas Indonesia. Hal tersebut menciptakan suasana yang positif dimana nilai persatuan dan kebangsaan diperkuat.

Namun tidak bisa kita pungkiri bahwa integrasi belum diciptakan secara menyeluruh, terutama di tingkat lokal. Masih banyak perselisihan dan rivalitas tidak sehat oleh beberapa oknum suporter. Kasus kekerasan oleh oknum supporter terjadi berulang kali seperti pengeroyokan dan perkelahian akibat persaingan antar suporter klub. Seperti kejadian yang baru-baru ini terjadi yaitu kericuhan antarsuporter pada pertandingan Liga 1 antara PSIS Semarang vs PSS Sleman di Stadion Jatidiri, Semarang, Minggu(3/12).

Bukan hanya konflik antar suporter klub, perselisihan antara suporter dengan klub juga masih seringkali terjadi. Hal ini biasanya disebabkan oleh kekecewaan suporter atas hasil pertandingan atau performa buruk dari klub kebanggaannya. Kekecewaan tersebut berbuntut aksi-aksi protes hingga merusak fasilitas stadion. Insiden yang sangat memilukan hati, Tragedi Kanjuruhan, tragedi yang merenggut 135 nyawa beberapa saat setelah pertandingan Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya. Kejadian tersebut berawal dari kekalahan 2-3 Arema dari Persebaya yang membuat suporter Arema masuk ke dalam lapangan yang berujung bentrok dengan aparat keamanan di area lapangan. Kemudian aparat keamanan menembakkan gas air mata ke lapangan dan tribune penonton yang berakhir menimbulkan kepanikan.

Kasus-kasus diatas membuktikan bahwa integrasi masyarakat masih jauh dari kata sempurna. Tindakan kekerasan dan kerusakan seharusnya tidak menjadi bagian dari budaya sepak bola Indonesia. Pemerintah, PSSI, dan klub harus bekerja sama membangun budaya sepak bola yang sehat dan damai. Edukasi untuk membangun kesadaran  mendukung klub kesayangan secara positif dapat menjadi langkah awal.

Penegakan hukum yang tegas terhadap oknum-oknum kekerasan harus diutamakan. Hukuman atau sanksi yang tegas dan adil harus diterapkan agar setiap pelaku pelanggar hukum akan bertanggung jawab atas tindakannya.

Media juga diharapkan untuk berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang menonton dan mendukung klub kesayangannya. Keselamatan, keamanan, dan sportivitas menjadi pilar utama untuk membangun suasana positif demi terciptanya integrasi dalam sepak bola.

Sebagai kesimpulan, kolaborasi yang kuat antara pemerintah, PSSI, klub, suporter, dan media dapat menjadikan sepak bola sebagai sarana yang efektif dalam memperkuat integrasi nasional. Sepak bola harus terus berperan sebagai alat untuk menciptakan persatuan dan kebersamaan di dalam keragaman.

Referensi :

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/12/08/indonesia-penggemar-bola-nomor-dua-di-dunia

https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20231203181916-142-1032313/suporter-psis-vs-pss-ricuh-saling-lempar-hingga-luka-luka

https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20221003142158-142-855721/kronologi-detik-detik-mencekam-di-tragedi-kanjuruhan

Vanechka Radja Winata