Mencari Penyelesaian Konflik Sosial

Oleh: Putu Aryasatya Dharma Kenzhie  |PPTI 14 |2602200294 |

Diversity atau dalam bahasa Indonesia, keberagaman, adalah perbedaan atau keragaman. Sehari-hari, istilah ini digunakan sebagai dimensi yang membedakan antara satu individu / grup/ entitas dengan yang lainnya [1]. Perbedaan yang dimaksud disini dapat berupa dalam berbagai macam hal, seperti : gaya hidup, ciri-ciri tubuh, disabilitas, hobi, dan lain-lain. Setiap macam perbedaan yang ada, bisa dimasukan dalam jenis-jenis keberagaman. Seperti layaknya sebuah handphone, walaupun pada dasarnya fungsi utamanya sama, tetap ada fitur-fitur atau aplikasi didalamnya yang membuat satu handphone berbeda dengan yang lain. Hal ini bukan merupakan yang buruk. Dengan adanya keberagaman hidup menjadi lebih berwarna dan bervariasi, sehingga kita menjadi bisa lihat dunia dari berbagai macam perspektif. Namun, keberagaman ini juga bisa menjadi salah satu faktor yang membuat terjadi konflik antar dua pihak yang berbeda.

Selanjutnya kita akan membahas mengenai social conflict atau konflik sosial. Konflik bukan merupakan hal yang jarang ditemui, melainkan sebaliknya. Konflik sering terjadi di kehidupan kita sehari-hari. Menurut Andri Wahyudi (2016) , konflik terjadi apabila ada perbedaan pemahaman antara dua orang atau lebih terhadap berbagai perselisihan, ketenangan, kesulitan-kesulitan diantara pihak yang tidak sepaham. Konflik memiliki dua hasil, positif dan negatif. Hasil positif adalah ketika terjadi hubungan yang lebih erat, inovasi dan kreativitas meningkat, dan pertumbuhan hubungan yang positif. Sebaliknya untuk hasil negatif yang mengakibatkan permasalahan yang tidak terselesaikan sehingga hubungan antara kedua pihak makin menjauh. Salah satu contoh konflik sosial yang terjadi adalah konflik diskriminasi gender, agama, dan lain-lain. Konflik bisa menjadi sangat merugikan, oleh karena itu wawasan masyarakat dan tingkat toleransi perlu ditingkatkan. Salah satu cara lain untuk meredakan konflik adalah dengan interaksi sosial budaya.

Interaksi sosial budaya adalah hubungan atau interaksi timbal balik antar individu dan masyarakat dalam hal kebudayaan dan saling mempengaruhi [3]. Interaksi ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan tingkat toleransi masyarakat dengan budaya yang berbeda-beda dengan meningkatkan wawasannya. Contoh dari interaksi sosial budaya ini dapat ditemukan dalam pameran-pameran seni atau juga dalam lomba-lomba seperti lomba tari daerah, dan lain-lain. Dengan ini wawasan masyarakat dapat ditingkatkan, sehingga masyarakat dapat lebih apresiasi dan lebih mengenal budaya lain. Hal ini dapat mengurangi terjadinya konflik sosial yang ada dalam masyarakat.

Sebagai makhluk sosial, konflik tidak bisa kita hindari sepenuhnya. Kita bukan hanya perlu belajar cara menghadapi konflik , namun juga mencari hal apa yang bisa kita pelajari dari konflik tersebut. Kita dapat menjadi masyarakat yang lebih harmonis dan damai lagi dengan tidak melihat dunia dari keberagaman yang ada saja. Melainkan kita juga perlu fokus terhadap hal positif apa saja yang dapat ditemui dari keberagaman yang ada. Dengan meningkatkan wawasan dan toleransi dari diri kita masing-masing dahulu, sebagai masyarakat kita dapat berjalan ke arah yang lebih baik.

References

https://www.atmajaya.ac.id/id/pages/webinar-sociopreneur-2022/#:~:text=Diversitas%20(diversity)%20menurut%20KBBI%20adalah,grup%2Fentitas%20dengan%20yang%20lainnya.

https://kids.grid.id/read/473404043/definisi-fungsi-dan-contoh-interaksi-sosial-budaya-dalam-kehidupan-sehari-hari?page=all#:~:text=Interaksi%20sosial%20budaya%20diartikan%20sebagai,bermasyarakat%20di%20pada%20suatu%20kelompok.

Putu Aryasatya Dharma Kenzhie