Media Sosial Sebagai Pemantik Konflik Sosial

Oleh: Felix Gustino Tjuatja | PPTI-14 |2602189234 |

Kita hidup di era digital yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, memberikan koneksi antarindividu dan menyediakan platform untuk berbagai informasi. Akan tetapi, di balik kemudahan yang ditawarkannya, media sosial juga memiliki dampak yang signifikan terhadap konflik sosial.

Penggunaan media sosial telah merambah hampir semua lapisan dan golongan, termasuk pejabat pemerintahan, pengusaha, pedagang, ustaz, mahasiswa, pelajar, dan lain sebagainya. Ini berarti setiap orang memiliki dapat membuat konten media sosial dan menciptakan ruang diskusi online. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa media sosial juga dapat menjadi pemicu konflik sosial. Konflik sosial merupakan gejala sosial yang inheren dalam masyarakat, di mana pertentangan dan integrasi senantiasa berlangsung.

Konten dalam media sosial yang kontroversial atau mendukung sudut pandang tertentu dapat menciptakan ketidaksepakatan di antara pengguna, memperkeruh suasana, dan memicu konflik sosial. Hate speech, disinformasi, dan polarisasi opini adalah beberapa faktor yang dapat memicu ketegangan dan konflik antarindividu maupun kelompok. Bukan hanya itu, penyebaran informasi palsu atau hoaks juga sering terjadi melalui media sosial, menjadi sumber ketegangan dan kekacauan. Informasi yang tidak diverifikasi dengan baik dapat dengan cepat menyebar, menciptakan ketidakpastian, dan memperkeruh hubungan antar kelompok masyarakat.

Hal ini terutama berbahaya dalam konteks konflik etnis atau agama, di mana kelompok atau individu dengan kepentingan tertentu dapat menyebarkan propaganda atau ajakan untuk bertindak. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, peran pemerintah, platform media sosial, dan masyarakat sipil menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan online yang sehat dan membangun pemahaman bersama. Promosi literasi digital, penciptaan ruang dialog terbuka, dan dukungan terhadap inisiatif organisasi non-pemerintah menjadi langkah penting dalam upaya mencegah konflik sosial.

Dalam menghadapi dampak media sosial sebagai pemicu konflik sosial, kita harus berlaku cerdas dan bijak dalam beraktivitas di media sosial. Selektif dalam memilih informasi, tidak menyebarkan hoaks, dan memfilter pesan yang dapat memicu konflik adalah langkah-langkah yang dapat membantu mengurangi dampak negatifnya. Dengan demikian, media sosial dapat menjadi instrumen yang efektif dalam meredakan konflik sosial dan mempromosikan perdamaian.

Referensi :

Felix Gustino Tjuatja