Ki Hajar Dewantara dalam Terminologi Pendidikan Merdeka Belajar

Oleh: Sigit Pandu Cahyono., S.Pd.,M.Pd

Pendidikan telah berlangsung sejak manusia lahir di dunia, secara bahasa pengertian pendidikan berarti membimbing yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak, orang yang lebih tua kepada yang lebih muda dan sebaliknya untuk dapat memberikan pengarahan, pengajaran, perbaikan moral dan melatih intelektual seseorang. Bimbingan kepada anak-anak tidak hanya melalui pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi peran keluarga dan masyarakat juga sangat penting dan dapat menumbuhkan pengetahuan dan pemahaman. Pendidikan bagi anak dimulai dari lingkungan keluarga kemudian sekolah dan masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta menjadikan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Memasuki abad ke 21 kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat sehingga membawa perubahan pada kurikulum dengan perbaikan sistem pendidikan. Pendidikan dengan sistem among yang telah digagas oleh Ki Hajar Dewantara sebelumnya membawa pembaruan pada pendidikan abad ke 21. Pembelajaran abad ke 21 peserta didik dituntut mampu merancang dan mengembangkan pengalaman belajar baik secara manual maupun digital untuk mendorong peserta didik agar memiliki keterampilan berpikir kreatif. Relevansi pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara pada abad ke 21 tercermin dalam kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Pendidik  memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik hal ini selaras dengan konsep yang diciptakan Ki Hajar Dewantara.

Konsep Ki Hajar Dewantara tentang Tri Pusat Pendidikan yang menunjukan bahwa proses pembelajaran tidak harus berlangsung di sekolah, akan tetapi dapat dilakukan dimana pun dan oleh siapa pun. Dalam pembelajaran ditekankan pentingnnya penanaman nilai moral dan karakter agar dapat membentuk kemampuan dan watak peradaban bangsa yang bermartabat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Ki Hajar Dewantara dengan sistem among, menegaskan bahwa dalam pembelajaran tidak harus melulu mengedepankan hasil akan tetapi prosesnya. Sistem among menuntut pamong (pendidik) untuk menjadi seorang teladan bagi peserta didiknya, karena anak didik lebih cenderung mencontoh apa yang dilihatnya dari pada apa yang didengarnya.

Ki Hajar Dewantara senantiasa melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya, karena manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya.

Referensi :

Indrayani, N. (2019). Sistem Among Ki Hajar Dewantara Dalam Era Revolusi Industri 4.0. 384–400. https://doi.org/10.31227/osf.io/ah7xf

Jailani, M. S. (2014). Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini. 8(2).

Mashari, F. (2016). Prespektif Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Dalam Pendidikan Karakter Dan Kaitannya Dengan Pendidikan Islam. Managen Dan Pendididkan Islam, 1, 285–311.

Yanuarti, E. (2018). Pemikiran Pendidikan Ki. Hajar Dewantara Dan Relevansinya Dengan Kurikulum 13. Jurnal Penelitian, 11(2), 237–266. https://doi.org/10.21043/jupe.v11i2.3489

Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., Adiarta, A., & Artanayasa, W. (2019). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), 124. https://doi.org/10.23887/jfi.v2i3.22187.

Gambar Ilustrasi Ki Hajar Dewantara diambil dari https://www.kompasiana.com/cintyaprimaardhitasari/63cb47252

Sigit Pandu Cahyono., S.Pd.,M.Pd