Kemurahan Hati

Oleh: Kartika Yulianti

Pada dasarnya, manusia merupakan spesies yang penuh dengan kedermawanan atau kemurahan hati. Pernyataan tersebut mungkin terkesan berlawanan dengan hasil penelitian selama puluhan tahun dan keyakinan konvensional selama berabad-abad yang mengaitkan “sifat manusia” dengan keegoisan dan agresi.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pemahaman yang lebih kompleks dan rinci tentang sifat manusia telah muncul. Meskipun berbagai studi (penelitian) tanpa keraguan menunjukkan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk berorientasi pada kepentingan sendiri, namun belakangan berbagai studi lain mengungkap bahwa jiwa dermawan juga mengalir kuat di dalam diri kita.

Menurut the University of Notre Dame’s Science of Generosity Project kedermawanan adalah “kebajikan memberi kepada orang lain dengan suka cita dan berlimpah.”  Kedermawanan atau kemurahan hati hadir dalam berbagai wujud, misalnya sumbangan amal (charitable donations), relawan formal (formal volunteering), membantu orang lain, ketersediaan dan dukungan emosional, merawat pasangan atau anak dan masih banyak lagi.

Sejumlah studi telah menemukan bukti bahwa manusia secara biologis diprogram untuk kemurahan hati. Bertindak secara dermawan mengaktifkan reward pathway yang sama yang diaktifkan oleh seks dan makanan, sebuah korelasi yang mungkin membantu menjelaskan mengapa memberi dan membantu terasa baik pada diri kita.

Bukti lebih lanjut tentang akar yang kuat dari kemurahan hati manusia berasal dari penelitian yang menemukan pola konsisten kemurahan hati di antara anak-anak muda, bahkan balita. Banyak studi menunjukkan bahwa anak-anak tampaknya memiliki dorongan bawaan untuk bekerja sama dan membantu orang lain, namun dorongan ini mulai teredam saat anak-anak tumbuh dewasa dan perilaku pemberian mereka menjadi lebih selektif.

Faktor-faktor yang membentuk kedermawanan atau kemurahan hati

Faktor intrapersonal

Ada beberapa faktor intrapersonal yang dapat memengaruhi kemurahan hati. Perasaan empati, belas kasihan dan emosi lainnya dapat memotivasi kita untuk membantu orang lain. Beberapa karakteristik kepribadian, seperti kerendahan hati dan keterbukaan, terkait dengan peningkatan kemurahan hati dan kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam perilaku prososial dapat dianggap sebagai karakteristik kepribadian itu sendiri. Nilai-nilai, moral dan sense of identity seseorang juga dapat memodifikasi seberapa sukarela mereka terlibat dalam tindakan kemurahan hati.

Faktor sosial dan budaya

Selain faktor-faktor intrapersonal, sejumlah faktor sosial dan budaya juga memengaruhi kemurahan hati. Banyak studi menunjukkan bahwa orang sering bertindak dermawan dengan harapan bahwa kemurahan hati mereka akan dibalas atau karena mereka merasa itu akan membantu reputasi mereka. Kemurahan hati seseorang juga dipengaruhi oleh norma budaya, seperti standar keadilan.

Faktor sosial dan budaya lainnya adalah jaringan sosial yang kuat. Sebagai contoh, orang dengan lebih banyak teman terlibat dalam lebih banyak kegiatan relawan, sumbangan amal dan donor darah. Selain itu, kemurahan hati menular; dapat menyebar dalam jaringan sosial dan tempat kerja.

Lalu, apakah kedermawanan atau kemurahan hati berhubungan dengan status sosial seseorang? Studi menunjukkan bahwa pengaruh status sosial ekonomi terhadap kedermawanan adalah kompleks; apakah individu yang lebih miskin maupun lebih kaya lebih dermawan tergantung pada studi dan konteksnya.

Keputusan seseorang untuk memberi juga dipengaruhi oleh karakteristik individu penerima. Contohnya, orang lebih cenderung membantu seseorang yang teridentifikasi secara spesifik daripada individu abstrak atau anonim dan mereka lebih cenderung membantu individu daripada kelompok.

Faktor pola asuh orangtua

Pola asuh atau didikan orangtua juga berperan dalam menumbuhkan kemurahan hati.

Beberapa studi telah menemukan bahwa berbagai praktik pengasuhan, terutama menjadi role model (memberi contoh) bagi anak dan membahas tentang kemurahan hati dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih dermawan. Studi lain menemukan bahwa penggunaan media termasuk televisi, musik dan video permainan (game) yang memiliki pesan prososial dapat membuat orang cenderung bertindak lebih dermawan.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda memilih untuk berorientasi kepada kepentingan sendiri atau menjadi individu yang dermawan atau murah hati?

Referensi:

Allen, S. (2018). The Science of Generosity. The Greater Good Science Center at UC Berkeley, a white paper prepared for the John Templeton Foundation.

Kartika Yulianti