Hubungan Antara Memberi dan Membantu Orang Lain, Hormon, Kesehatan dan Kebahagiaan

Oleh: Kartika Yulianti

Di dalam masyarakat modern yang kompleks, ada banyak cara untuk memberi dan kabar baiknya adalah neurosains membantu kita untuk dapat lebih memahami bagaimana pemberi juga mendapat manfaat dari tindakan memberi. Neurosains telah menunjukkan bahwa memberi adalah cara dan jalur yang kuat untuk menciptakan lebih banyak kebahagiaan pribadi dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Meskipun otak manusia sangat kompleks, penggerak neurokimia kebahagiaan cukup mudah untuk diidentifikasi. Dopamin, serotonin dan oksitosin merupakan “Happiness Trifecta.” Setiap aktivitas yang meningkatkan produksi neurokimia ini akan menyebabkan peningkatan mood.

Serotonin terhubung dengan tidur, pencernaan, ingatan, proses belajar dan nafsu makan. Sementara itu, dopamin berhubungan dengan motivasi dan gairah. Oksitosin yang disebut sebagai “the cuddle hormone” memiliki efek yang kuat pada otak dan tubuh.

Beberapa studi menunjukkan bahwa memberi dan membantu orang lain memicu pelepasan oksitosin yang memiliki efek meningkatkan mood kita dan melawan efek kortisol (hormon stress). Menariknya, ketika oksitosin meningkat, serotonin dan dopamin pun meningkat.

Dan Ariely, seorang profesor ekonomi perilaku dan psikologi di Universitas Duke menyatakan bahwa studi (penelitian) menunjukkan kebahagiaan jangka panjang lebih tinggi ketika seseorang menjadi pemberi daripada penerima hadiah. Kuncinya adalah memberi dengan sengaja dan penuh perhatian. Bahkan, berniat untuk memberi dapat menghasilkan efek positif kepada pemberi.

Sebuah studi yang dilakukan pada orang yang berusia 55 tahun ke atas menemukan efek positif dari memberi bantuan dan dukungan emosional kepada orang lain. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di “Journal of Psychological Science”, para peneliti dari Universitas Michigan menemukan bahwa tindakan memberi kepada orang lain bagi para orang tua tersebut mengurangi risiko kematian mereka hampir 60% dibandingkan dengan teman sebaya yang tidak memberi bantuan praktis atau dukungan emosional kepada kerabat, tetangga, atau teman. Stephanie Brown penulis utama artikel dari studi tersebut mengatakan bahwa “memberikan kontribusi kepada kehidupan orang lain dapat membantu memperpanjang hidup kita sendiri.”

Referensi

Brown, S.L., Nesse, R.M., Vinokur, A.D., & Smith, D.M. (2003). Providing social support may be more beneficial than receiving it: Results from a perspective study of mortality. Psychological Science.

 Lentz, M.E. (2022). Is giving essential to better health and well-being?. Ohio Bar.

 Ritvo, E. (2014). The Neuroscience of giving: Proofs that help others help you. Psychology Today.

Kartika Yulianti