Diversity And Social Conflict

Oleh: Jason Chrisbellno Mackenzie | PPTI 16 | 2602190450 |

Indonesia, sebagai bangsa yang kaya akan keragaman budaya, etnis, dan agama, tidak bisa menghindari kompleksitas yang timbul dari variasi tersebut. Konflik yang muncul di tengah masyarakat seringkali mencerminkan dinamika sosial yang kompleks, memerlukan pemahaman mendalam untuk mengidentifikasi akar permasalahan, dan mencari solusi yang bersifat inklusif. Dalam artikel ini, kita akan menyoroti keragaman sebagai sumber kekuatan, menganalisis tantangan yang dihadapi untuk mencapai harmoni dan persatuan di tengah keberagaman yang sangat besar ini.

Di Indonesia, terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa, dan kata “Indonesia” sendiri berhasil menyatukan 1340 suku yang tersebar di antara 17000 pulau dengan perbedaan agama, adat, dan bahasa. Situasi ini menciptakan struktur budaya yang beragam dan unik di setiap wilayahnya. Perbedaan tersebut mencakup variasi dalam bahasa, adat istiadat, keyakinan agama, jenis kesenian, dan aspek lainnya. Esensinya, masyarakat dianggap multikultural jika terdapat keanekaragaman dan perbedaan di dalamnya, seperti variasi dalam struktur budaya yang berakar pada nilai-nilai yang berbeda, keragaman ras, suku, agama, ciri-ciri fisik seperti warna kulit, rambut, wajah, postur tubuh, dan variasi kelompok sosial dalam masyarakat.

Sejarah mencatat bahwa agama memiliki dampak positif dengan memperkuat persaudaraan dan kerjasama di masyarakat. Namun, di sisi lain, agama juga dapat menjadi pemicu konflik antar komunitas beragama, seperti yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Keanekaragaman agama di Indonesia menyebabkan perbedaan pemahaman yang muncul dari doktrin agama, suku, ras, kebudayaan, serta perbedaan kelompok minoritas dan mayoritas.

Hak-hak warga negara di Indonesia dijunjung tinggi sesuai dengan UUD 1945, dan kedua pilar NKRI, Pancasila dan UUD 1945, memiliki potensi mengurangi kekerasan dan diskriminasi antar umat beragama. Meskipun demikian, peran pemerintah yang bijak tetap diperlukan dalam menyelesaikan konflik beragama, didukung oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya toleransi. Salah satu cara mengatasi kekerasan dan diskriminasi antar umat beragama adalah melalui dialog atau musyawarah yang dikoordinir oleh pemerintah, di mana pihak yang berkonflik dapat mencapai kesepakatan dan menghormati perbedaan, mendorong pemahaman bahwa kemajemukan dapat diwujudkan tanpa konflik. Setiap warga negara perlu menyadari bahwa konflik horizontal, yang berasal dari keberagaman, dapat melemahkan persatuan bangsa dan menghambat pembangunan nasional.

Indonesia dapat dilihat sebagai sebuah negara yang menghadapi tantangan dan peluang seiring dengan keragaman budaya, etnis, dan agamanya. Meskipun konflik seringkali muncul sebagai hasil dari perbedaan tersebut, kita juga dapat mengakui bahwa keragaman inilah yang memberikan kekuatan dan kekayaan unik pada bangsa ini. Pentingnya pemahaman mendalam, dialog terbuka, dan tindakan bijak pemerintah dan masyarakat dalam menanggapi perbedaan menjadi kunci untuk mencapai harmoni dan persatuan di tengah keberagaman yang begitu besar ini. Melalui kesadaran akan hak-hak warga negara yang dijunjung tinggi, serta upaya bersama untuk memahami, menghormati, dan merayakan perbedaan, Indonesia dapat melangkah maju sebagai contoh bagi dunia dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.

REFERENSI

 https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/view/3483

https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/administratum/article/view/3016/2561

https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/ims/article/download/1219/1060

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia/article/view/4930

https://dprexternal3.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/439

https://al-afkar.com/index.php/Afkar_Journal/article/view/13

Jason Chrisbellno Mackenzie