Urgensi Pembangunan Karakter Toleransi

Oleh: Dr. Sukron Ma’mun, S.Ag., M.A

Konflik antarumat beragama yang masih terjadi menunjukkan bahwa masyarakat kita pada umumnya belum mampu mengelola kemajemukan agama secara baik. Hal tersebut disebabkan oleh masih berkembangnya prasangka (prejudice) antarpemeluk agama, persepsi ingroup-outgroup, fanatisme keagamaan, sikap eksklusif, klaim kebenaran dan keselamatan, politisasi agama, dan minimnya pengalaman berinteraksi dengan pemeluk agama yang berbeda.

Perlu diakui bahwa menjaga kerukunan terutama pada masyarakat plural bukanlah perkara mudah, karena ketegangan-ketegangan dan konflik sangat mudah tersulut. Namun, bukan berarti juga harus pasrah menerima kenyataan yang demikian, justru harus selalu diupayakan dan dicari berbagai pendekatan, metode, strategi sampai akhirnya menemukan model terentu untuk mewujudkan toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Bukankah agama diturunkan salah satu misi yang dibawa adalah misi perdamaian. Kehadiran agama di dunia ini sesungguhnya ingin menyelesaikan konflik antarumat manusia, membimbing mereka dengan akhlak al-karimah dan mengantarkan mereka pada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu ketika konflik antarumat manusia terjadi justru disebabkan karena perbedaan keyakinan atau agama ini berarti misi suci agama tersebut belum terwujud. Namun, bukan berarti agama gagal karena sebenarnya agama lewat kitab sucinya telah menyediakan resep-resep yang manjur untuk mengobati penyakit-penyakit seperti intoleransi, disharmonisasi dan perpecahan.

Mewujudkan toleransi bagi kebebasan beragama menuju kerukunan dan kedamaian dalam kemajemukan yang ada di Indonesia harus terus diupayakan. Namun, mewujudkan suasana toleransi dan kerukunan antar umat beragama bukanlah perkara yang mudah, tetapi juga bukan perkara yang mustahil. Cara yang dapat dilakukan dalam membentuk sikap inklusif dan plural, serta mengembangkan sikap toleransi dan mendorong kerjasama antarumat beragama adalah melalui jalur pendidikan. Melaui Pendidikan para mahasiswa mempelajari, menginternalisasi, dan mengembangkan  nilai-nilai kebaikan untuk dipraktekkan dalam kehidupan mereka sehari-hari baik di kampus, di rumah maupun di lingkungan. Pendidikan yang didapat oleh para mahasiswa tidak hanya di dalam kelas, namun juga mereka mendapatkan latihan-latihan praktis dalam kehidupan nyata di luar kelas. Dalam hal ini, diperlukan sebuah metode pembelajaran yang bervariasi dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan.

Alex R. Rodger mengatakan bahwa pembangunan karakter toleransi merupakan bagian integral dari pendidikan yang bertujuan memperkuat keimanan kepada Tuhan dan menumbuhkan pemahaman tentang pluralisme. Pembangunan karakter toleransi harus mampu menjelajahi alam keyakinan agama peserta didik sampai pada praktiknya di masyarakat. Disamping itu, pembangunan karakter toleransi juga harus mampu menjernihkan masalah pluralisme, dengan mentransmisikan nilai-nilai yang dapat menumbuhkan keterbukaan, kebebasan, dan toleransi pada peserta didik

Dr. Sukron Ma'mun, S.Ag., M.A