Revolusi Mental dan Kemerdekaan (Serial Tulisan tentang Kesehatan Mental – 1)
Oleh: Murty Magda Pane, ST., M.Si
Di bulan Agustus ini, selain saya ingin membicarakan tentang kemerdekaan, sebagai bentuk peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, saya juga ingin memulai tulisan saya dalam serial tulisan “Kesehatan Mental”.
Memulai tulisan ini, saya ingin memberi reminder kepada pembaca tentang kalimat-kalimat berikut:
“Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong.”
“Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.”
Masih kita ingat cuplikan dari pidato Presiden Soekarno tentang revolusi mental pada Peringatan Hari Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1956. Sepertinya Bung Karno melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek, padahal tujuan revolusi untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai. Revolusi di jaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah dan sekutunya, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kini, 78 tahun setelah bangsa kita merdeka, sesungguhnya perjuangan itu belum, dan tak akan pernah berakhir. Kita semua masih harus melakukan revolusi, namun dalam arti yang berbeda. Bukan lagi mengangkat senjata, tapi membangun jiwa bangsa. Membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Mengacu pada perkataan Bung Karno di atas, membangun suatu negara, tak hanya sekadar pembangunan fisik yang sifatnya material, namun sesungguhnya membangun jiwa bangsa. Dengan kata lain, modal utama membangun suatu negara, adalah membangun jiwa bangsa (https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20150914/2213421/revolusi-mental-membangun-jiwa-merdeka-menuju-bangsa-besar/).
Jika kita tilik kembali potongan lirik lagu Indonesia Raya, yaitu “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”, maka bisa kita simpulkan bahwa membangun jiwa lebih penting daripada membangun badan (fisik), karena membangun jiwa disebut lebih dahulu. Dari lirik ini juga bisa dikatakan bahwa pembangunan bangsa dimulai dari pembangunan manusia seutuhnya per individu, yang akhirnya menjadi seluruh bangsa, sehingga terciptalah Indonesia Raya yang berjaya. Pribadi yang sehat sangat diperlukan dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Seorang individu belum bisa dikatakan sebagai pribadi yang Merdeka bila ia tidak sehat baik secara fisik maupun mental. Tetapi, bagaimana hubungan membangun kesehatan mental dengan membangun kesehatan fisik? Jika kita belum menemukan cara untuk membangun Kesehatan mental, bisakah membangun kesehatan fisik terlebih dahulu? Mari kita lihat jawabannya dari artikel bulan depan, September 2023. Sampai jumpa lagi!