Pandangan Positif Terhadap Agama
Oleh: Dr. Sukron Ma’mun, S.Ag., M.A
Agama dipandang membawa kebaikan karena mampu menyatukan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, bahasa, budaya dan lain-lain. Dalam keragaman tersebut kehadiran agama dapat memberikan ikatan baru yang lebih komprehensif sehingga sentimen-sentimen kelompok yang didasarkan pada kesamaan suku, bangsa dan budaya dapat dihilangkan. Agama dengan doktrin kepercayaan yang formal, format ritual yang sakral, serta memiliki pengaturan dalam hubungan sosial memiliki suatu ikatan yang amat kuat bagi terwujudnya persatuan masyarakat.
Pada dasarnya agama hadir sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam menjalani kehidupan di muka bumi ini agar memperoleh kebahagiaan, baik dalam kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat kelak. Agama hadir menjadi kekuatan untuk membebaskan manusia dari kebodohan, ketertindasan dan pertikaian yang menyengsarakan. Sementara itu, para Rasul yang menerima wahyu dari Tuhan adalah sebagai pembimbing, pengatur dan pemberi solusi dari problem kehidupan yang dihadapi oleh manusia. Dengan bekal wahyu Tuhan itulah para Rasul mampu meredam konflik yang terjadi, sebut saja Nabi Muhammad Saw yang hidup di tengah-tengah masyarakat Arab pada saat itu, yang dikenal sebagai masyarakat jahiliyah yang kehidupannya kurang beradab dan selalu dipenuhi dengan konflik antarsuku. Selama hampir dua puluh tiga tahun, Nabi Muhammad Saw, telah berhasil membentuk kepribadian bangsa Arab menjadi lebih beradab, berperikemanusiaan serta hidup dalam persatuan dan penuh dengan kedamaian.
Dengan demikian kehadiran agama menjadi wahana strategis untuk membentuk manusia cerdas, bermoral, prestatif, dan berkepribadian luhur, dalam membangun dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dilandasi kekuatan iman dan taqwa. Melalui agama, manusia sebagai mahluk sosial mampu mengembangkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai itu meliputi persaudaraan (ukhuwah islâmiyah), perdamaian (islâh), kasih sayang (rahmah), kebaikan (ihsân), lapang dada/toleransi (tasâmuh), dan pema‘af (‘afuwwu).
Ada banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk senantiasa menebarkan kebaikan, kasih sayang, memaafkan, menjadi pemurah, dan mencintai untuk mencapai kebenaran sejati, misalnya QS. al-Baqarah [2]: 256; QS. al-Hujurât [49]: 13; QS. Âli-‘Imrân [3]: 103; dan QS. al-Baqarah [2]: 263. Nabi Muhammad saw juga mengajarkan untuk saling toleransi seperti QS. al-Baqarah [2]: 272, tidak boleh saling mencaci seperti dalam QS. al-An‘âm [6]: 108, keadilan, kebersamaan dan persaudaraan seperti QS. al-Mâidah [5]: 8, perdamaian dalam segala hal, pemurah dan pecinta, kebaikan dan kesadaran, kesopanan dan rasa hormat kepada siapa pun seperti QS. al-Anbiyâ [21]: 107; dan QS. al-Mumtahanah [60]: 8. Dengan beragama setiap individu diharapkan mampu menjadi pribadi yang memiliki karakter-karakter yang telah disebutkan di atas.