Memaafkan untuk Kesehatan Mental dan Kedamaian Diri  (Serial Menjadi Manusia Paripurna – 2)

Oleh: Murty Magda Pane, ST., M.Si

Bulan April ini terdapat Hari Raya Idul Fitri, hari yang penting bagi seluruh umat muslim. Seperti sudah disebutkan pada artikel sebelumnya, penduduk Indonesia mayoritas adalah umat muslim. Di hari raya ini, terdapat kebiasaan saling bermaaf-maafan satu sama lain antar individu. Jika orang mengidentikkan momen hari raya lebaran sebagai waktu untuk minta maaf pasti tidak mengherankan. Sebenarnya tidak ada waktu atau momen khusus untuk manusia saling bermaaf-maafaan, karena semua waktu itu baik dimanfaatkan untuk meminta maaf. Pada dasarnya memaaf-mafaan adalah soal keikhlasan hati untuk meminta dan memberi maaf. Masyarakat Indonesia memang mengidentikkan momen idulfitri sebagai momen yang paling baik untuk bersilaturahmi dengan meminta maaf. Maaf-memaafkan ini, dalam agama, tidak ada tuntutan atau bagian dari hukumnya sebagai bagian dari ibadah di Hari Raya Idul Fitri (atau biasa disebut dengan Lebaran), melainkan hanya tradisi.

Tradisi bermaaf-maafan pada saat lebaran tentunya sangat positif, masyarakat sepakat bahwa hari raya lebaran adalah waktu yang paling baik untuk saling meminta maaf, karena sebagai hari kemenangan dengan subtasnsi kembali ke fitri atau suci. Proses untuk menjadi suci, seluruh kesombongan manusia dipendam agar menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Secara metafor, kembali ke suci berarti lahirnya kembali seorang Muslim selama beribadah sebulan harus mampu menguatkan keislamannya tanpa hati benci, iri, dengki dan bersih dari dosa dan kemaksiatannya (sumber: https://kumparan.com/fatma-eka-safira/bermaaf-maafan-saat-lebaran-tradisi-atau-kewajiban-1tXYnAzj2Nv/full).

Memaafkan sendiri, dalam hal ini memaafkan orang lain, adalah tindakan untuk melepaskan perasaan sakit hati, kesal, atau dendam yang mungkin kita miliki terhadap seseorang yang telah melakukan kesalahan atau menyakiti kita. Tindakan Ini sebenarnya bukanlah hal yang mudah dilakukan dan seringkali membutuhkan waktu dan usaha untuk memaafkan. Memaafkan orang lain bisa menjadi sebuah proses yang panjang dan penuh tantangan. Beberapa orang mungkin merasa sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain karena kita merasa bahwa orang tersebut tidak pantas mendapat pengampunan, atau kita merasa bahwa tindakan yang dilakukan sangatlah buruk sehingga sulit untuk dilupakan. Meskipun sulit, memaafkan orang lain bisa membawa manfaat yang besar bagi diri sendiri. Ketika kita memaafkan seseorang, kita juga membebaskan diri kita dari perasaan negatif yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik kita. Memaafkan juga dapat memperbaiki hubungan dan memungkinkan kita untuk melanjutkan hidup dengan lebih positif dan damai. Memaafkan orang lain tidak berarti bahwa kita harus melupakan apa yang telah terjadi atau bahwa tindakan yang dilakukan tidak penting. Ini hanya berarti bahwa kita memilih untuk tidak membiarkan peristiwa tersebut mempengaruhi hidup kita lebih jauh dan kita memilih untuk melepaskan beban yang ada dalam diri kita. Memaafkan orang lain adalah tindakan penting dalam hidup kita yang memungkinkan kita untuk berdamai dengan masa lalu dan melanjutkan hidup dengan lebih positif. Meskipun tidak mudah dilakukan, proses memaafkan dapat membawa kebahagiaan dan kedamaian yang luar biasa dalam hidup kita (sumber: https://thr.kompasiana.com/tobaritobari8690/644c5202a7e0fa0a30470692/pentingnya-memaafkan-untuk-kesehatan-mental-dan-kedamaian-hidup?page=all#).

Dari uraian-uraian di atas, kita ketahui bahwa memaafkan sangat penting bagi kedamaian diri kita, bahkan memberi pengaruh penting bagi kesehatan mental kita. Setelah meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual di bulan Ramadhan selama 30 hari, seharusnya kemampuan kita dalam memaafkan orang lain juga meningkat. Memang, peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual dalam diri kita memberikan kedamaian dan perasaan bahagia. Tetapi, kedamaian dan perasaan bahagia tersebut hanya dapat dirasakan oleh diri kita sendiri saja. Jika kedamaian dan kebahagiaan itu bisa kita tularkan kepada orang lain, terutama yang pernah bersalah kepada kita, tentunya orang yang bersalah kepada kita tersebut akan merasa senang dan kemungkinan besar meningkatkan kedamaian pada dirinya juga. Bila kedamaian sudah ada pada diri seseorang, maka kemungkinan bagi kecerdasan emosional dan kesehatan mental untuk meningkat menjadi besar pula. Jika demikian, maka dengan memaafkan banyak orang kita dapat memberi sumbangan dalam meningkatkan derajat kesehatan mental dan kedamaian masyarakat.

Murty Magda Pane, ST., M.Si