Kepekaan Sosial Terhadap Anak Yatim
Oleh: Dr. Sukron Ma’mun, S.Ag., M.A
Secara psikologis, anak-anak yatim adalah anak-anak yang kehilangan orang tua, bapak dan ibu, yang memberikan perlindungan, rasa aman, cinta dan kasih sayang. Sementara secara ekonomis, anak-anak yatim adalah anak-anak yang kehilangan orang tua yang memberikan nafkah kepada mereka untuk keberlangsungan hidup, kesehatan dan pendidikan. Kepekaan sosial terhadap mereka merupakan bentuk tindakan positif yang dilakukan dengan sukarela atas inisiatif sendiri yang dilakukan semata-mata hanya untuk membantu anak yatim dan fakir miskin. Demikianlah Hadis Rasulullah SAW menjelaskan bahwa, “seseorang tidak sempurna imannya sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana halnya ia mencintai akan dirinya sendiri.” Salah satu contohnya adalah dengan memiliki rasa kepedulian terhadap anak yatim.
Kepekaan sosial terhadap anak yatim diwujudkan dengan memberikan perhatian dan kepedulian terhadap mereka dari aspek sandang, pangan, papan dan pendidikannya. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab orang kaya saja, tetapi sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim. oleh sebab itu pada surah al-Ma’un Allah mengecam orang-orang yang menghardik dan menelantarkan anak yatim. Kepekaan terhadap anak yatim dijelaskan di dalam Q.S al-Maun ayat 1-7, Allah Swt berfirman: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat, (yaitu) yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya dan enggan (memberi) bantuan.”
Ayat di atas mengecam keras orang-orang yang salat tetapi tidak disertai dengan perbuatan saling tolong-menolong, tidak mempunyai sifat dan sikap peduli terhadap anak yatim. Sikap pangabaian terhadap anak yatim tersebut hanya dimiliki oleh orangorang munafik serta orang sombong. Mereka menunjukkan keangkuhannya dengan harta yang dimilikinya, seakan anak yatim dan orang-orang miskin itu tidak akan dapat hidup tanpa mendapat bantuan mereka