Guru – Sang Pendidik Sejati (Serial Pendidikan – 2)

Oleh: Murty Magda Pane, ST., M.Si

Melanjutkan tulisan saya bulan lalu tentang guru, Jeremy Harmer dalam bukunya How to Teach English (1998:1 -2) menjelaskan bahwa beberapa hal penting yang harus dimiliki guru agar menjadi guru yang diidolakan dan dihormati siswa adalah, pertama, guru harus menciptakan suasana yang menarik sehingga tidak ditemukan lagi siswa yang ngantuk dan tertidur saat proses belajar-mengajar berlangsung.

Kedua, untuk menciptakan kelas yang menarik tentunya guru harus profesional dalam pekerjaannya sehingga ketika guru mempunyai feeling terrible tidak akan memberikan efek buruk pada siswanya dan tentunya guru tidak akan melepaskan  a good teachers face ketika mereka memasuki kelas.

Ketiga, siswa merindukan guru yang tidak hanya kaya akan pengetahuan yang berhubungan dengan pelajaran yang diberikan tetapi juga memiliki wawasan luas terhadap berbagai cabang ilmu lainnya. Hal ini akan menjadi penilaian dan catatan khusus bagi siswa karena jika guru tidak bisa mengembangkan sayap pengetahuannya hingga menerobos seluruh penjuru dunia, bukan tidak mungkin siswa akan melecehkan dan menganggap “sudah basi” dengan materi yang disampaikan.

Keempat, seorang guru pantas dijadikan idola ketika guru tersebut mampu menjadi entertainer yang baik dan dalam pilahan makna positif yang memicu ledakan-ledakan semangat giat belajar dalam diri siswa. Tatkala guru menyadari bahwa pada usia sekolah anak didik tidak ingin didikte, maka hal yang perlu diantisipasi adalah bagaimana caranya pendidik menyusupi nilai-nilai moral dan keteladanan yang akan membangun jiwa hambar siswa menjadi bercahaya dan rindu akan ilmu pengetahuan. Ketika ada sebuah kulit pisang yang jatuh di depan kelas tempat belajar dan guru mengambil serta menempatkannya di tempat sampah, apakah posisi guru tidak akan terhormat? Demikian pula ketika ada anak didik yang terjangkit virus troublemaker ataupun terkenal dengan malas belajarnya dan kita mengajak mereka untuk duduk bersama bagaimana caranya untuk mengatasi problem yang mereka miliki, apakah dengan action yang dilakukan tersebut menyebabkan kita tidak dihargai?

Menyadari bahwa usia sekolah merupakan usia belajar dan saat tepat untuk penanaman akhlak, sudah saatnya guru menyadari bahwa sebagai model atau contoh dari perilaku siswa kita perlu menanamkan di sanubari kita bahwa meskipun anak didik kita sesungguhnya merupakan cerminan dari perilaku mereka di rumah, tetapi ketika di sekolah mereka adalah cerminan dari pola perilaku guru ketika mengajar di kelas dan di sekolah.

Dengan demikian, guru dituntut untuk mampu memproteksi sistem yang sudah dianggap liar tersebut menjadi semakin liar namun mencoba melenturkan mereka dengan kesabaran hati, lebih kreatif, inovatif, dan produktif sehingga tidak patah karena lapuknya diterjang badai pesimis. Apabila cara berfikir kita sebagai guru diarahkan pada sistem keteraturan yang mengarah pada pola peningkatan memberikan penghormatan kepada anak didik, memberikan pelayanan prima kepada mereka, menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menarik, merealisasikan lingkungan sekolah yang bersahabat dan menciptakan keharmonisan rumah tangga sekolah, sedikit demi sedikit wibawa seorang guru akan terbentuk. Dengan demikian dapat kita garisbawahi bahwa seorang guru dengan sendirinya akan mendapat penghormatan dan penghargaan tertinggi dari anak didiknya ketika guru tersebut mampu menjadi pribadi yang diidam-idamkan siswa tanpa harus kaku dengan prinsip-prinsip yang belum tentu masih sesuai dengan kondisi siswa yang ada (sumber: www.riaupos.jawapos.com > Opini – Guru yang Dihormati dan Menghormati – Abdullah).

Jika kita mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:337), pengertian guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Sebenarnya tugas seorang guru tidak hanya mengajar, lebih dalam lagi yaitu mendidik. Tujuan dari mendidik adalah membimbing peserta didik baik dari akhlak, adab hingga pemahaman. Jadi tugas yang diemban oleh seorang guru cukup berat dan fundamental, namun walaupun dengan tugas yang cukup berat – mereka tetap tersenyum dan semangat dalam mendidik generasi bangsa.

(sumber: https://www.kompasiana.com/yogimudasukses/617097ac06310e434e7d0ab2/guru-sang-pendidik-yang-tak-pernah-kekang-oleh-zaman). Ternyata guru itu kuat sekali ya? Bagaimana guru bisa sekuat itu? Nanti kita bahas lagi di artikel bulan depan ya.

Murty Magda Pane, ST., M.Si