Apa Pentingnya Memilih Pemimpin (Bagian 8/12 Tulisan)
Oleh: Dr. Catarina Manurung, S.H., M.M.
Mengapa memilih pemimpin demikian penting? Karena dengan kepemimpinanlah kemaslahatan publik (al-mashlahah al-‘ammah) dapat diwujudkan. Tanpa pemimpin, sistem bermasyarakat akan kacau, tidak ada tatanan kehidupan sosial, tidak ada ketenangan bahkan tidak akan pernah tercipta sebuah peradaban umat manusia.
Setiap orang pasti pernah merasakan menjadi seorang pemimpin, baik itu di lingkungan sekolah (ketua kelas), tempat kerja (supervisor), organisasi (ketua organisasi/ kordinator), pertemanan, keluarga, atau untuk dirinya sendiri. Momen tersebut akan membantu memunculkan kualitas dan gaya kepemimpinan dalam diri seseorang. Pemimpin bukan sekadar memerintah orang di bawahnya. Sosok pemimpin membantu diri mereka sendiri dan orang lain untuk melakukan hal yang benar. Mereka menetapkan arah, membangun visi yang menginspirasi, dan menciptakan sesuatu yang baru. Kepemimpinan adalah tentang memetakan ke arah mana harus pergi untuk berhasil sebagai tim atau organisasi. Ketika seorang pemimpin menetapkan tujuan, mereka juga harus menggunakan keterampilan manajemen mereka untuk membimbing orang-orang mereka ke tujuan yang tepat, dengan cara yang efektif dan efisien.
Secara umum, kepemimpinan menggambarkan hubungan yang erat antara seseorang pemimpin dengan sekelompok manusia yang dipimpin karena adanya kepentingan bersama. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan dinamisator seluruh proses kegiatan organisasi. Kepemimpinan mutlak diperlukan bila terjadi interaksi kerja sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan organisasi.
Paul Hersey dan Ken Blanchard dalam teori “Kepemimpinan Siklus Hidup” yang kemudian berganti nama menjadi teori “Kepemimpinan Situasional” (1969), mengemukakan bahwa esensi kepemimpinan adalah tercapainya tujuan melalui kerja sama kelompok. Kepemimpinan seharusnya ditempatkan di depan baru kemudian diikuti dengan manajemen. Mengapa kepemimpinan harus diletakkan terlebih dahulu, yaitu karena kepemimpinan pada dasarnya merefleksikan proses pemimpin menciptakan visi, mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai- nilai, norma, dan sebagainya dari pengikut untuk mewujudkan visi tersebut.
Peranan kepemimpinan adalah memberikan dorongan terhadap bawahan untuk mengerjakan apa yang dikehendaki pemimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan secara umum didefinisikan sebagai suatu seni bagaimana membuat orang lain mengikuti serangkaian tindakan dalam mencapai tujuan. Tujuan ini merefleksikan nilai-nilai, motivasi, keinginan, kebutuhan, aspirasi yang diharapkan oleh pemimpin dan yang dipimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun, dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Dari sekian banyak definisi kepemimpinan yang pernah dikemukakan para pakar, satu diantaranya yang paling lugas dan sederhana adalah apa yang pernah dikemukakan John C. Maxwell dalam bukunya “The 21 Irreputable Laws Of Leadership” bahwa “Kepemimpinan itu adalah pengaruh, tidak lebih dan tidak kurang”.
Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2024 yakni Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) sudah tinggal menghitung hari. Pada tanggal 14 Februari 2024, masyarakat Indonesia akan melaksanakan hajatan besar pesta demokrasi lima tahunan. Mari kita sukseskan pesta rakyat untuk memilih pemimpin kita.
Pemilu 2024 bukan hanya soal kontestasi elektoral. Jauh lebih penting dari itu adalah bagaimana Pemilu 2024 bisa melahirkan para pemimpin yang punya gagasan besar untuk mengatasi berbagai persoalan kesulitan rakyat. Mulai dari kemiskinan, pengangguran, melambungnya berbagai kebutuhan pokok, akses pendidikan dan kesehatan yang belum bisa dinikmati secara menyeluruh, termasuk kesenjangan sosial yang terus melebar, serta berbagai persoalan lainnya.
Dari berbagai kajian dan survei sejumlah lembaga survei, Pemilu 2024 akan berlangsung di tengah kondisi perekonomian masyarakat yang cukup sulit, pasca pandemi berkepanjangan Covid-19. Akibatnya, masyarakat mengalami penurunan pendapatan. Angka kemiskinan bertambah. Hasil survei terbaru yang dilakukan PolMark Indonesia, misalnya, sekitar 65% masyarakat Indonesia mengeluhkan soal kesulitan ekonomi. Hal ini harus disikapi serius oleh para calon pemimpin masa depan bangsa. Jangan sampai berbagai potensi pertumbuhan yang kita miliki tidak bisa terwujud jika kita salah memilih pemimpin.
Disinilah pentingnya kita memiliki calon pemimpin bangsa yang punya gagasan besar untuk bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengerti kesulitan masyarakat dan akan dibawa kemana arah bangsa ini kedepan. Berbagai lembaga survei selalu memunculkan tokoh-tokoh karena popularitas ataupun elektabilitas, namun masih minim yang mengangkat soal gagasan-gagasan besar para calon.
Dalam pertemuan elite-elite partai politik (parpol) menjelang pemilu seperti sekarang, misalnya, topik-topik pembicaraan umumnya juga hanya soal kesepakatan koalisi yang berlandaskan pada kecukupan syarat presidential threshold (PT) 20% atau soal elektabilitas calon saja, namun minim bicara soal gagasan-gagasan besar yang dimiliki para calon untuk masa depan bangsa.
Padahal, pemilu seharusnya menjadi ajang terminal untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Pemilu bukan permainan para capres dan cawapres. Bukan pula permainan koalisi parpol. Tapi pemilu adalah pesta rakyat yang hasilnya harus bisa dinikmati oleh rakyat. Bukan pesta rakyat yang hasilnya untuk segelintir orang.