Akar Kekerasan secara Sosiologis

Oleh: Sitti Aaisyah

Ketika tatanan dunia berjalan koruptif, yang kuat bebas menindas yang lemah, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin tenggelam dalam kemelaratannya, rasa empati dan peduli menjadi barang langka, kesadaran akan arti mengada tidak lagi menjadi fokus perhatian, tepat pada saat itulah kehidupan menuju akhirnya. Dunia bekerja di bawah suatu Tatanan Kejahatan yang terbentuk dari kondisi pembiaran kejahatan-kejahatan trivial lalu dinormalisasi sebagai suatu kewajaran. Orang tidak malu untuk berbuat korupsi karena toh semua orang melakukannya. Berkata bohong adalah hal yang lumrah, karena semua orang mempraktikkannya. Berpolitik tanpa etika menjadi hal yang wajar, karena politik bukan lagi suatu tindakan mulia untuk menghadirkan kebenaran dalam kehidupan melainkan aktivitas memenangkan pertarungan semata.

Dalam rimba kehidupan, mereka yang masih bisa mendapatkan akses untuk merasakan kenikmatan dan fasilitas berjuang akan melakukan segala cara untuk bertahan. Survival of the fittest, mereka yang adaptif-lah yang dapat bertahan. Lalu, bagaimana kondisi mereka yang tidak berdaya? Yah, mereka hanya berada di rangkaian paling akhir ekosistem kehidupan, keberadaannya untuk ditindas dan penyuplai eksistensi yang berada di atasnya. Kondisi ketidakberdayaan itu bukan semata-mata karena ketidak-mampuan untuk beradaptasi, melainkan kondisi yang tercipta secara struktural dan sistematis. Kisah sukses seorang miskin yang bisa berubah jadi orang yang sukses adalah satu dari sejuta kasus.

Ketika dikepung oleh tekanan hidup yang bertubi-tubi, penolong pun tidak tampak batang hidungnya, karena masing-masing orang hanya menyelematkan sekocinya sendiri-sendiri, pikiran dipenuhi dengan hal-hal yang negatif dan jahat, akhirnya kekerasan menjadi satu-satunya cara untuk lepas dari tekanan dan kondisi yang tidak mengenakkan. Tindakan kekerasan bukan semata untuk pelepasan energi negatif, melainkan suatu strategi bertahan hidup. Nilai kebaikan dianggap hanya sebuah utopia, suatu yang abstrak dan tidak hadir sama sekali dalam kehidupan. Manusia demikian tercipta dari tatanan yang salah, dikelilingi oleh manusia-manusia yang yang tidak peduli, dan sistem hukum yang dipermainkan sesuka hati oleh mereka yang berkuasa.

Sitti Aaisyah