Belajar Dari Kehidupan

Oleh: Dr. Madya Andreas Agus Wurjanto, S.Th., M.Th.

Sudut Pandang Berbeda

Suatu kali Ketika saya berkendara motor, saya melihat seorang bapak yang mengendarai motor juga dan membawa istri dan ketiga anaknya, lima orang bersama-sama manaiki satu motor tersebut, satu anak laki-lakinya duduk di bagian depan, anak perempuannya di belakang dia, lalu berikutnya sang istri dan bayi yang sedang digendongnya. Melalui kejadian tersebut kita bisa mengambil banyak pelajaran, yang ada di benak saya saat itu adalah perjuangan. Tetapi mungkin dalam benak bapak/ibu/saudara sekalian bisa kesederhanaan, atau yang lain bisa saja kepura-puraan atau juga kemalasan (coba suami istri ini kerja keras mungkin mereka tidak perlu naik motor, bisa jadi mereka naik mobil), dan pelajaran-pelajaran lain yang bisa kita ambil darinya.

Lalu peristiwa lainnya adalah ketika saya jalan pagi. Setiap pagi biasanya saya pasti menyempatkan diri untuk berolah raga dengan berjalan kaki memutari komplek rumah tempat kami tinggal. Biasanya ½ jam sampai 45 menit  saya berjalan kaki. Setidaknya saya bisa dapat 4-5 km atau adakalanya 6 km. Nah Ketika saya berjalan, dan melewati sebuah perempatan, saya mendengar seorang bapak tua dengan cukup lantang berbicara kepada rekan-rekan lainnya, kalimatnya seperti ini:

“Orang yang pola pikirnya bersih, pasti mau ikuti proses.”

Kalimat ini menghenyakkan hati saya, sampai saya memelankan langkah kaki saya, ingin mendengar lanjutan kalimatnya, dan ternyata memang ada lanjutan kalimatnya. Bapak itu melanjutkan kalimatnya seperti ini:

“Tapi kalau orang itu gak mau ikut proses, ya pasti ada yang kotor pola pikirnya!”

Wadoooh, saya tidak tahu apa agamanya, bagaimana latar belakangnya, tapi saya bisa mendapatkan kalimat yang meneguhkan saya. Kalimat yang ternyata bukan hanya milik kelompok agama tertentu, tetapi milik masyarakat umum. Saya juga yakin ada banyak orang lain yang mampu menyimpulkan kehidupan ini dalam kalimat-kalimat yang unggul, hebat, dan mengagumkan!

Balajar dari Kehidupan

“Pengalaman adalah guru yang terbaik di dalam kehidupan kita.” Pengalaman, secara sederhana diartikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh seseorang. Seseorang tersebut bisa kita, atau juga bisa orang lain. Di dalam kehidupan inilah berbagai pengalaman yang dialami manusia itu dapat kita temukan.

Berbicara pengalaman orang lain, beberapa kisah yang saya ceritakan tadi, dan tentunya ribuan bahkan jutaan kisah lain yang ada di kehidupan kita, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, sangatlah berguna dan bermanfaat menegur dan menasihati kita dalam menjalankan kehidupan ini. Namun seringkali kita sulit belajar dari kehidupan ini karena kita kurang atau bahkan sudah membeku kepekaan nurani kita. Sehingga apapun yang terjadi pada diri kita, atau yang terjadi atas hidup orang lain tidaklah terlalu berpengaruh bagi kita. Padahal jika diperhatikan sederhana saja tujuan kita belajar dari kehidupan ini

  1. Jangan sampai kita jatuh ke lobang yang sama. Jangaan sampai kita melakukan kesalahan yang sama. Kita tidak sembrono, tidak gegabah dalam menjalani kehidupan ini.
  2. Memperbaiki karakter kita. Kita menjadi pribadi yang semakin matang, semakin dewasa dan semakin bijaksana dalam menjalani kehidupan ini

Mari kita mulai melatih kepekaan nurani kita, sehingga semakin hari kita semakin menemukan kekayaan nasihat dan pembelajaran dari kehidupan ini. Sehingga tidak sia-sia lama waktu hidup yang kita jalani, namun semuanya itu semakin mematangkan kita sebagai makhluk istimewa yang pernah diciptakan Tuhan.

Dr. Madya Andreas Agus wurjanto, S.Th., M.Th.