Integrasi Nasional Pada Masa Pra Kemerdekaan

Oleh: Dr. Iwan Irawan

Faktor sejarah melawan penjajah menyebabkan adanya perasaan senasib sepenganggungan antar masyarakat Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaan. Kemunculan imperialisme dan perkembangannya di dunia menyebabkan perubahan yang signifikan di wilayah masyarakat Indonesia. Pada masa kompeni, penduduk-penduduk dipaksa untuk menyerahkan hasil kerja mereka, seperti rempah-rempah, beras, kopi, kayu jati, dan lain-lain kepada VOC. Penduduk Indonesia juga dipaksa kerja rodi, tanam paksa tanaman yang langka di daerah Eropa, kayu jati, dan lain-lain kepada VOC. Pelaksanaan imperialisme menyebabkan kesengsaraan dan penderitaan bagi masyarakat Indonesia karena mereka dipaksa untuk bekerja bagi VOC. Penjajah hanya berfokus pada kemakmuran bangsa sendiri. Penderitaan dan kesengsaraan ini memunculkan gerakan kemerdekaan dan menjadi faktor pendorong perlawanan terhadap penjajah.

Keinginan untuk mewujudkan integrasi nasional di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu, seperti pada masa Kerajaan Majapahit, dimana rakyatnya yang berbeda agama dapat hidup dengan harmonis. Dalam sejarah Indonesia, salah satu gejolak integrasi nasional yang signifikan terjadi pada masa penjajahan. Gejolak tersebut tentunya terjadi bukan tanpa alasan. Pada abad ke-20, sering disebut sebagai abad nasionalisme di Indonesia karena bangsa Indonesia saling bekerja sama untuk mewujudkan negara-bangsa.  Integrasi nasional adalah upaya dan proses dalam menyatukan keberagaman yang ada dengan tujuan untuk menciptakan harmoni dan keserasian sehingga mencapai tujuan bersama sebagai satu kesatuan . Integrasi nasional pada masa pra kemerdekaan Indonesia telah berjalan dengan baik sehingga bangsa Indonesia berhasil mencapai kemerdekaan. Faktor yang menyebabkan terwujudnya integrasi nasional pada masa pra kemerdekaan adalah:

Faktor pertama yaitu adanya rasa senasib sepenanggungan. Seluruh rakyat Indonesia mengalami penderitaan yang mendalam selama masa penjajahan. Mereka terpaksa untuk tunduk kepada para penjajah jika tidak ingin menanggung konsekuensi yang tidak diinginkan. Melalui penderitaan tersebut, muncullah rasa solidaritas dan keinginan untuk membebaskan diri.

Faktor kedua yaitu adanya rasa solidaritas dan gotong royong. Menyadari penderitaan yang dialami oleh rakyat-rakyat Indonesia, satu per satu rakyat mulai bangkit dan bergabung ke dalam kelompok-kelompok perlawanan untuk bekerja sama mencapai satu tujuan, yakni menumpas para penjajah.

Faktor ketiga yaitu adanya rasa cinta tanah air dan rela berkorban. Para pejuang membela Indonesia melawan penjajah, baik secara fisik maupun diplomatik. Meskipun bayang-bayang kematian berada di hadapan mereka, para pejuang tetap berani melawan penjajah, terutama pejuang yang bertempur secara fisik.

Faktor keempat yaitu terjadinya peristiwa Sumpah Pemuda. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 tersebut menjadi puncak motivasi rakyat Indonesia untuk mewujudkan integrasi nasional. Kongres yang dihadiri oleh pemuda-pemuda dari berbagai daerah Indonesia tersebut berhasil melahirkan ikrar yang bertujuan untuk menyatukan Indonesia.

Kehadiran pemimpin nasionalis yang karismatik dan berpengaruh menjadi faktor penting dalam mendorong integrasi nasional. Soekarno dan Mohammad Hatta adalah contoh pemimpin yang berhasil menggalang dukungan luas dan mempersatukan berbagai kelompok masyarakat. Melalui pidato-pidato dan gerakan mereka, mereka mampu mengatasi perbedaan suku, agama, dan ideologi politik untuk menciptakan kesatuan dalam perjuangan bersama. Kepemimpinan yang kuat dan inspirasional menjadi kunci dalam membangun kesadaran akan persatuan nasional.

Terakhir, media dan komunikasi memiliki peran penting dalam menyebarkan gagasan persatuan nasional. Surat kabar, majalah, dan radio menjadi media yang digunakan untuk menyampaikan pemikiran nasionalis dan mempersatukan semangat perjuangan. Melalui media ini, ide-ide dan nilai-nilai kebangsaan disampaikan kepada masyarakat luas, membantu membangun kesadaran kolektif akan integrasi nasional.

Secara keseluruhan, integrasi nasional pada masa pra kemerdekaan di Indonesia dapat terwujud melalui faktor-faktor seperti perlawanan terhadap penjajah, keberagaman budaya, pendidikan nasional, pemimpin nasionalis, dan media/komunikasi. Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan memperkuat satu sama lain dalam membangun identitas nasional yang kuat. Integrasi nasional yang berhasil memberikan pijakan yang kokoh bagi perjuangan kemerdekaan dan pembentukan negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Perlawanan yang awalnya bersifat kedaerahan mulai menjadi perlawanan secara nasional. Bersatunya seluruh rakyat Indonesia ke dalam suatu bangsa yang utuh perlahan-lahan dapat memukul mundur para penjajah. Dijatuhkannya bom atom oleh Amerika Serikat di Jepang menjadi kesempatan besar bagi Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan. Setelah Jepang menyerahkan kemerdekaan kepada Indonesia serta menyerah kepada Sekutu, para pemuda segera mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia, hingga pada 17 Agustus 1945, kemederkaan Indonesia akhirnya diproklamasikan oleh Soekarno.

Referensi:

Tim Dosen CBDC. (2021). Character building: kewarganegaraan (CHAR6014). Universitas Bina Nusantara.

Suroyo, A. M. D. (2002). Integrasi nasional dalam perspektif sejarah Indonesia: sebuah proses yang belum selesai [Transkripsi pidato]. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/308/1/AM_Djuliati_Suroyo.pdf

Rodani, A. (2022, Oktober 14). Sumpah Pemuda sebagai tonggak perubahan perjuangan bangsa Indonesia. Direktorat Jenderal Ke

Iwan Irawan