Janganlah Menganggap Dirimu Pandai
Oleh: Jamson Siallagan
Ada sebutan yang sering digunakan dalam pergaulan generasi sekarang yakni Si Paling. Si paling baik, si paling si paling heboh, si paling pendiam, si paling pintar. Biasanya sebutan itu digunakan untuk penyebutan orang lain bukan diri sendiri. Sebab, jika penyebutan si paling digunakan untuk diri sendiri akan terkesan menjadi: merasa paling baik, merasa paling cantik, merasa paling pintar. Merasa diri lebih dari orang lain memiliki dampak negative karena akan cenderung memposisikan diri sendiri lebih dari orang lain. Mari kita ambil satu contoh untuk dibahas, merasa diri paling pintar atau pandai.
Perasaan yang menganggap diri lebih pandai tersebut dapat mengarah pada sikap merendahkan atau meremehkan orang lain. Merasa lebih pintar dari orang lain secara berlebihan dapat menyebabkan perilaku arogan, superioritas, atau mengurangi rasa empati terhadap orang lain. Hal ini dapat mengganggu hubungan sosial dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam interaksi dengan orang lain.
Selain mengganggu relasi dengan orang lain, merasa lebih pintar juga akan merugikan diri sendiri. Dalam dorongan untuk merasa pintar, ada dua konsekuensi negatif: Pertama, kemajuannya akan stagnan dan bahkan kemungkinan mundur. Orang yang merasa dirinya sudah pintar cenderung enggan untuk terus belajar, menolak masukan koreksi dari orang lain, dan bahkan bisa bersikeras melawan kritik serta saran yang diberikan. Kedua, ia akan mulai tertinggal dari orang lain. Saat mengalami stagnasi, orang lain akan lebih mudah melewati dan mengungguli kita dalam perkembangan kecerdasan dan hikmat. Mengejar ketertinggalan akan menjadi sulit, kecuali kita berhenti merasa angkuh dan merasa paling pintar, mulai membuka diri untuk belajar lagi, dan berusaha mengejar ketertinggalan tersebut.
Janganlah menganggap dirimu pandai! Ini merupakan nasehat yang baik bagi kita. Kita harus menyadari dan paham bahwa kecerdasan bersifat multidimensional, dan setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan dalam bidang yang berbeda-beda sehingga kita harus menghormati kecerdasan orang lain dan mengakui bahwa semua orang memiliki potensi unik. Sikap ini merupakan perilaku yang sehat dalam berelasi dengan orang lain dan mendorong kita untuk dapat belajar bersama dengan orang lain.