Ojo Dibanding-bandingke

Oleh: Arcadius Benawa

Bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78 pada 17 Agustus 2023 ini, kita diingatkan dengan sosok penyanyi cilik Farrel Prayoga yang membawakan lagu “Ojo Dibanding-bandingke” di hadapan Presiden dan segenap Menteri Kabinet Indonesia Kerja II serta tamu undangan lainnya. Tulisan singkat ini tentu tidak akan mengulas tuntas tentang event itu, tetapi lebih pada judul lagunya saja: Ojo Dibanding-bandingke”. Mengapa kita tidak semestinya membanding-bandingkan? Apakah membanding-bandingkan itu per se jelek? Kalau per se jelek mengapa perlu ada Studi Banding? Tentu ajakan untuk tidak membanding-bandingkan itu dalam konteks akan pentingnya kita bisa menerima dengan penuh syukur atas apa yang bisa dan boleh kita terima, sehingga kita tidak terjebak pada angan-angan hampa, yang jauh dari kenyataan, namun kerap menjebak kita, sehingga kita terkuras energinya untuk meratapi atas apa yang tidak ada, tidak kita peroleh. Sebaliknya, yang ada, yang dapat kita kembangkan justru tidak kita lihat, tidak kita terima dengan penuh syukur dan sukacita.

Ada sebuah ilustrasi demikian. Suatu hari Siska menerima sebuah bingkisan dari sahabatnya. Siska kembali ke rumah dan membuka bungkusan itu yang ternyata berisi baju kaos. “Ah, ternyata cuma kaos seharga Rp 35.000”, gerutu Siska. Ia kemudian meletakkan kaos itu dan sama sekali tidak berminat untuk memakainya. Sementara itu, pada waktu yang sama, Andre, seorang pengusaha muda yang berhasil itu menerima pemberian dari seorang Ibu, pegawai di kantornya, berupa sebungkus kue yang dibeli dari pasar. Kue yang seharga Rp 3.000 itu dibawa Andre pulang dan diletakkan hati-hati di atas piring. Lalu Andre pun berdoa mengucap syukur atas kasih Tuhan yang dinyatakan lewat sebungkus kue pemberian karyawatinya itu. Bisa dibayangkan, Andre yang terbiasa makan kue mahal tetapi dia bisa menghargai dan memandang sangat berarti kue pemberian seharga Rp 3.000,- itu. Itu sebabnya Andre diberkati Tuhan. Barangsiapa setia pada perkara-perkara kecil, kepadanya akan diberikan tanggung jawab yang lebih besar, sabda Tuhan.

Orang yang bisa merasa puas dan selalu mengucap syukur, berkatnya semakin ditambahkan Tuhan setiap hari. Itu karena mereka menghargai pemberian Tuhan meskipun bernilai kecil. Nick Vujic Cik pun sebagai motivator nomor satu dunia selalu memperkenalkan 3 prinsip yang menghantarnya menjadi orang kondang, yakni to be thankful man (Menjadi orang yang selalu bersyukur), Make Big Dream (Berani bermimpi besar), Never Give up (Tidak mudah menyerah). Dengan kiatnya itu Nick Vujic Cik mau mengingatkan kita bahwa to be thankful man bukan berarti tanpa mimpi, tanpa idealisme, namun justru harus tetap memiliki mimpi besar yang mendrive kita untuk selalu maju dan berkembang dengan semangat tidak mudah menyerah, namun atas capaian-capaian yang kita terima kita syukuri menjadi milestones untuk sukses yang lebih besar lagi. Namun, betapa seringnya kita membiasakan diri hidup dalam sungut-sungut, tidak mengucap syukur dan tidak menghargal berkat-berkat kecil yang real kita terima, karena kita menantikan berkat-berkat yang spektakuler semata, yang justru tidak nyata dianugerahkan kepada kita. Kita lebih sering menuntut dan tidak pernah merasa cukup atas kebaikan orang lain kepada kita. Kita menuntut agar orang lain bersikap begini dan begitu, kita menuntut agar mereka lebih memerhatikan kita, tetapi kita mengabaikan dan tidak pernah memerhitungkan banyak hal yang sudah mereka lakukan untuk kita.

Marilah kita tinggalkan hasrat membanding-bandingkan, rasa tidak puas ini dan marilah kita belajar mengucap syukur untuk tempat tinggal, pakaian, makanan, orang tua, anak, teman, pekerjaan, sekolah, nafkah dan untuk segala yang bisa kita terima, maka berkat Tuhan akan mengalir atas kita.

Terima kasih ya Tuhan atas semua berkat-berkat-Mu, baik yang kecil maupun yang besar, yang real telah aku terima selama ini. Ajarilah aku untuk senantiasa mengucap syukur atas semuanya itu. Lepaskanlah aku dari sungut-sungut dan gerutuan karena kecenderunganku untuk membanding-bandingkan, yang nyatanya justru menjadi penghalang bagi tercurahnya berkat-berkat-Mu untuk hidup dan kehidupanku. Semoga dengan demikian kami semakin bersemangat dan tidak mudah menyerah dalam mewujudkan mimpi-mimpi besar.

Arcadius Benawa