Semangat Daun Palma

Oleh: Arcadius Benawa

Dalam tradisi agama Katolik sepekan sebelum hari raya Paskah dikenal sebagai Pekan Suci yang diawali dengan perayaan Minggu Palem atau Minggu Palma. Perayaan Minggu Palma ini diselenggarakan untuk mengenangkan peristiwa Yesus yang masuk ke kota suci Yerusalem untuk merayakan Paskah Yahudi. Dalam perayaan Minggu Palma ini ditandai dengan dikenangkan sambutan yang luar biasa meriah dari umat Yahudi di Yerusalem ketika Yesus masuk Yerusalem dengan mengendarai keledai. Orang-orang menghamparkan mantol dan daun-daun palma di sepanjang jalan yang dilalui Yesus sambil mengelu-elukan-Nya: Hosana Putera Daud! OLeh karena itu Umat Katolik dalam merayakan Minggu Palma juga ditandai dengan membawa daun palma sebagai pengenangan atas sambutan warga Yerusalem pada Yesus yang masuk ke Yerusalem itu. Umat pun melambai-lambaikan daun palma itu sebagai tanda ikut menyambut Yesus yang hadir yang direpresentasikan oleh Imam sang pemimpin upacara Misa Minggu Palma yang masuk dari pelataran luar gereja ke dalam gereja sebagai lambang Yerusalem baru.

Yang menarik dari hari raya Minggu Palma ini adalah adanya kontras suasana ibadah yang terbagi dua, yakni ibadah pertama di luar gereja yang cenderung megah, meriah, penuh sorak sorai menyambut Sang Raja Penyelamat, Putera Daud. Sementara bagian kedua upacara di dalam gereja yang didominasi dengan nada duka cita yang direpresentasikan dengan kisah sengsara Tuhan Yesus dalam apa yang dikenal dengan Pasio. Dalam pasio ini kontras dengan suasana sebelumnya yang tak ada lagi puja dan puji bagi Yesus. Yang ada adalah hojatan dan kebencian pada Yesus secara membabi-buta bahwa Yesus harus disingkirkan, dibunuh, disalibkan.

Rupanya dua suasana yang mewarnai perayaan Minggu Palma itu sekaligus merepresentasikan dinamika sikap umat beriman pada Yesus yang tidak stabil, tidak konsisten. Suatu saat begitu penuh suka cita dan syukur, penuh puja-puji kepada Tuhan Yesus. Dalam kesempatan dan situasi lain berubah menjadi antipati pada Yesus dengan segala ajaran dan teladan hidupNya.

Oleh karena itulah, mencermati kecenderungan iman yang labil itu kita perlu belajar dari semangat daun Palma yang bisa menginspirasi kita agar konsisten dan teguh kukuh setia mengikuti Yesus. Pertanyaannya adalah seperti apa semangat daun Palma itu. Pertama kita melihat bahwa sifat dari daun palma itu selalu menghijau, ia tak pernah berubah rupa atau warna meski di musim penghujan ataupun musim kemarau. Ini menginspirasi bagi kita untuk tidak mudah berubah komitmen atas iman yang telah kita nyatakan di dalam pembaptisan yang dalam perayaan Paskah akan kita nyatakan dalam pembaharuan janji baptis. Kedua, daun palma itu penampangnya menengadah ke atas seolah mencerminkan sikap orang yang berdoa dengan menengadahkan kedua telapak tangan kita. Bahwa sebagai orang beriman yang berelasi dengan Tuhan mestinya kita juga membuka hati dan budi kita atas kuat kuasa Allah pada diri dan hidup serta karya kita. Memang kita harus melakukan yang terbaik atau do our best, namun selebihnya kita harus berani tulus ikhlas menyerahkan hasil finalnya pada kuat kuasa Allah sehingga seperti Bunda Maria, kita pun bisa berseru dalam doa kita, “Let it be. Let it be!” atas apa yang menjadi rencana dan kehendak Allah sebab itu jugalah yang diteladankan oleh Tuhan Yesus Kristus, meski untuk itu Ia harus menempuh jalan salib untuk menyongsong kebangkitanNya yang mulia. Selamat menyongsong Paskah, Kebangkitan Tuhan Yesus dengan semangat daun Palma yang selalu menghijau, segar, penuh semangat di segala musim dan terarah dan sekaligus selalu tengadah pada Tuhan yang maha kuasa.

Arcadius Benawa