Pare dan Pahitnya Hidup

Oki Hermawati

Seorang teman mengomentari saya sewaktu saya membuka bekal makan siang dan ada menu pare didalamnya. Ia berkata, “Ms, pare kan pahit, kenapa suka makan pare?” Sambil tertawa, saya menjawab, “Pahitnya pare tidak sepahit pahitnya hidup Ms.” Sontak seisi ruangan kantor tertawa. Sambil menikmati makan siang pare saya bercerita bahwa ada kejadian sewaktu saya masih SD. Suatu kali saya lapar sekali dan di rumah tidak ada masakan selain pare dan biasanya saya tidak pernah menyentuhnya sama sekali. Kondisi saat itu tidak ada orang di rumah dan saya lapar dan terpaksa saya mencicipi pare karena pare satu-satunya makanan yang tersedia di meja makan. Entah kenapa pare tersebut terasa nikmat dimakan dengan nasi panas dan saya menikmatinya dengan lahap sampai habis ludes. Pengalaman itu membuat saya menyadari nikmatnya pare sekalipun ia ada rasa pahitnya. Keadaan lapar dan memakan pare untuk pertama kalinya merupakan pengalaman yang membekas di hati saya dan sejak saat itulah saya jatuh cinta dengannya.  Apa yang dapat dipelajari dari pengalaman diatas?

  1. Pare mengajarkan kenikmatan hidup adalah pilihan. Natur pare yang pahit membuat banyak orang tidak menyukainya. Rasa pahit yang ada di dalam pare dan keputusan orang untuk memakannya adalah sebuah pilihan. Pilihan untuk memakan dan menikmati enaknya rasa pahit pare adalah keputusan pribadinya. Hidup di dunia ini tentu kita diperhadapkan dengan berbagai macam pilihan meski terkadang diperhadapkan kondisi tidak ada pilihan. Ada pilihan atau tidak ada pilihan keduanya meminta kita untuk memilih atau menjalaninya. Jadi nikmati saja apa yang telah kita pilih dan belajar sesuatu darinya.
  2. Pare mengajarkan dua sisi kehidupan yaitu manis dan pahit. Pare jika langsung dimakan tentu terasa pahit sekali. Pare butuh diolah seperti di kukus, di rebus, di tumis dan diberikan berbagai macam bumbu sehingga pare menjadi siap dimakan dan tersedia dalam beragam bentuk seperti pare yang didalamnya ada siomay, tumisan pare dengan udang besar dsb. Natur pare yang memiliki bahan dasar pahit jika diolah sedemikian rupa, rasa pahit tersebut berkurang atau malah menjadi nikmat jika dipadukan dengan bahan-bahan lain. Jadi pare yang aslinya pahit setelah diolah ada rasa manis, asin, gurih, pedas yang menjadikan pahit tersebut terasa nikmat. Jika pare saja dalam natur pahitnya tetap ada rasa nikmat di dalamnya jika diolah, kita bisa juga menjadikan pengalaman hidup yang pahit menjadi rasa yang manis. Sekalipun pahit dalam melaluinya namun ketika dijalani akan ada saja dukungan, sapaan, pelukan dari orang-orang disekitar yang mengasihi kita.

Mari makan pare, ia tak sepahit pahitnya hidup bukan? Tetap semangat menjalani hidup!

Oki Hermawati