Tantangan Integrasi Nasional dalam Rivalitas Suporter Klub Sepakbola Indonesia

Oleh: Vieri Ferdian Putra Basuki | PPTI 13 | 2502041565

Integrasi nasional Indonesia merupakan suatu dasar atau konsep yang penting dalam usaha membangun kebersamaan dan persatuan di antara seluruh masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan budaya. Olahraga menjadi salah satu peran penting dalam upaya membangun integrasi nasional, khususnya sepak bola dapat menjadi sarana yang sangat efektif untuk mengatasi perbedaan dan mempererat persatuan di antara masyarakat Indonesia.

Salah satu faktor pendukung dalam upaya membangun integrasi nasional melalui olahraga sepak bola adalah peran dari suporter. Para suporter dapat menjadi agen perubahan dalam mewujudkan suasana yang positif di stadion dan memberikan contoh bagi masyarakat di luar stadion. Peran penting suporter yang dimaksud adalah dengan menunjukkan rasa kebanggaan terhadap klubnya tanpa merendahkan klub atau suporter lainnya.

Integrasi nasional di antara suporter sepak bola di Indonesia masih belum berjalan semestinya. Meskipun suporter sepak bola memiliki potensi yang besar untuk mewujudkan persatuan di antara masyarakat Indonesia, tetapi fakta berkata lain, masih banyak kasus kekerasan oleh oknum suporter dan konflik yang terjadi akibat persaingan antar klub. Misalnya kasus Pengeroyokan Haringga Sirla suporter dari Persija Jakarta yang dilakukan oleh sekelompok oknum suporter saat akan menyaksikan pertandingan antara Persija dengan Persib di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (dilansir dari website Kompas : https://nasional.kompas.com/read/2018/09/24/18521271/sederet-kasus-kekerasan-suporter-sepak-bola-yang-merenggut-nyawa ). Kemudian kasus Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang 1 Oktober 2022 yang merenggut nyawa ratusan orang, aksi ini bermula dari ulah beberapa oknum suporter yang masuk ke lapangan. Mereka protes atas kekalahan 2 – 3 yang dialami Arema dari Persebaya di kandang Arema. Aksi suporter tersebut dihalau oleh aparat keamanan hingga akhirnya berbuntut pada penembakan gas air mata (dilansir dari website Liputan 6 : https://www.liputan6.com/bola/read/5162791/kaleidoskop-2022-tragedi-kanjuruhan-masa-terkelam-sepak-bola-indonesia).

Dari contoh kasus di atas, perlu adanya upaya yang lebih serius dan terarah dari berbagai pihak khususnya yaitu pemerintah, klub sepakbola, suporter, dan media. Salah satu upaya mendasar yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan rasa hormat dan kesadaran akan pentingnya persatuan dan toleransi di antara suporter. Untuk pihak klub sepak bola dapat melakukan kerja sama dengan klub lain dan membangun hubungan yang baik di antara para suporternya. Sementara itu, media juga memiliki peran yang penting untuk membangun kesadaran integrasi nasional di antara para suporter. Media dapat menyebarkan nilai – nilai positif yang membahas isu – isu yang relevan dengan perkembangan sepakbola tanpa adanya provokasi terhadap suporter dari klub lain. Tidak lupa peran dari pemerintah juga diperlukan untuk memberi perhatian yang serius dalam mengatasi konflik yang terjadi antar suporter. Pemerintah dapat memperkuat pengawasan di dalam stadion dan memberikan sansi yang tegas bagi para pelaku atau oknum yang melakukan tindak kekerasan dan pelanggar aturan.

Dengan upaya serius dan terarah dari banyak pihak, diharapkan dapat mewujudkan integrasi nasional di antara para suporter sepakbola di Indonesia yang dapat berjalan semestinya dan mampu membangun maupun memperkuat persatuan di antara masyarakat Indonesia. Tragedi – tragedi yang telah terjadi seharusnya menjadi pelajaran bagi semua masyarakat Indonesia untuk lebih menghargai nilai – nilai persatuan, menghargai perbedaan, dan toleransi di dalam olahraga sepakbola dan kehidupan sosial.

Tidak ada satu kemenanganpun yang sebanding dengan nyawa” – Bambang Pamungkas,  Manajer Persija Jakarta

Vieri Ferdian Putra Basuki