Satu Bumi Untuk Masa Depan

Oleh: Murty Magda Pane

Memasuki awal bulan Juni 2022, saya teringat pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day), yang jatuh pada tanggal 5 Juni setiap tahunnya. Tema yang diusung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) adalah “Satu Bumi Untuk Masa Depan”, sedangkan tema dunia untuk Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini kembali diperingati dengan tema yang sama seperti 50 tahun yang lalu, yaitu “Only One Earth”. Tema ini mengingatkan kita sebagai penduduk bumi bahwa kita hanya punya 1 tempat yang baik untuk hidup, yaitu bumi. Ya, planet bumi yang kita huni sekarang ini, terbukti paling cocok dihuni oleh manusia sebagai salah satu spesies makhluk hidup.

Kenapa disebut paling cocok? Ya, tentunya karena apapun yang berada di bumi ini, baik itu makhluk hidup ataupun mati, tapi jika itu bersifat alami, ternyata baik untuk menjadi bagian dari habitat manusia untuk menjalani kehidupan. Bukan berarti yang tidak alami itu tidak baik bagi kehidupan kita, di sini saya hanya menegaskan bahwa apapun yang berada di bumi ini secara alami, baik bagi kehidupan kita sebagai manusia.

Tetapi, ternyata, manusia memang berbeda-beda sifat dan sikapnya dalam menjalani hidup. Sudah cukup banyak juga manusia yang serakah, yang dengan keserakahannya ternyata banyak mengambil sumber daya alami yang berada di bumi, ataupun tanpa sengaja mengotori, mencemari, ataupun merusaknya.

Masih belum bisa move on dari Hari Pendidikan Nasional bulan lalu, seyogyanya kita mulai berpikir: “Apakah perilaku yang ‘kejam’ terhadap lingkungan merupakan perilaku manusia terdidik?” “Apakah benar perilaku yang ramah lingkungan merupakan salah satu indikator manusia yang terdidik?” Kemudian berlanjut ke pemikiran: “Tidakkah kita menyadari bahwa kita hanya punya 1 rumah saja sebagai tempat tinggal, yaitu bumi kita?” “Jika kita tidak menjaga kelestarian bumi sebagai rumah kita, lalu siapa lagi?”

Untuk perenungan pertanyaan-pertanyaan di atas, saya cukup bangga menjadi salah satu personil Character Building Development Center (CBDC) di Binus University yang mengangkat tema peningkatan kesadaran lingkungan dalam 2 mata kuliahnya, yaitu CB-Kewarganegaraan dan CB-Agama. Dalam CB-Kewarganegaraan tema ini berada dalam topik ke-13 (Berpartisipasi sebagai Warga Global) yang merupakan bagian dari isu global yang tercakup dalam Sustainable Development Goals 4 (SDG 4) dan dalam CB-Agama tema ini berada pada topik ke-11, yaitu Caring the Environment.

Hal ini menunjukkan bahwa perilaku ramah lingkungan memang merupakan bagian dari pendidikan yang berupa peningkatan soft skill kepada generasi muda. Menurut Fatih Abdul Aziz dalam “Refleksi Gerakan Lingkungan Hidup pada Hari Pendidikan Nasional” (tunashijau.id 3 Mei 2020), dunia pendidikan modern seperti saat ini memang menuntut seluruh masyarakat sekolah memiliki soft skill sebagai penunjang kehidupan yang berkerlanjutan, yang mana soft skill tersebut adalah peduli lingkungan hidup beserta aksi nyata dalam tujuan menjaga kelestarian dan keserasian alam.

Dalam tulisannya, Fatih juga menuliskan tentang pendapat salah seorang guru SMP Negeri di Surabaya, bahwa pembentukan karakter spiritual tidak hanya masalah ibadah kepada Tuhan, melainkan juga alam semesta dan seisinya yang diciptakan Tuhan untuk kemaslahatan umat manusia. Sama halnya dengan kita melaksanakan ibadah ritual.

Ternyata gerakan kepedulian lingkungan sudah semakin banyak dan meluas. Karena itu, kita di bidang pembinaan karakter yang cukup pionir dalam pembentukan dan penguatan karakter ramah lingkungan seyogyanya senantiasa menguatkan pendidikan pembentukan dan penguatan kesadaran akan ramah lingkungan ini.

Referensi: https://tunashijau.id/2020/05/refleksi-gerakan-lingkungan-hidup-pada-hari-pendidikan-nasional/e-book Character Building Kewarganegaraan dan Agama

Murty Magda Pane