Pengorbanan dan Keikhlasan
Oleh: Murty Magda Pane
Di bulan Juli ini, terdapat Hari Raya Idul Adha, yang merupakan salah satu hari raya umat Islam, dan jatuh pada akhir bulan ini. Saya suka membahas momen ini karena makna dari momen Idul Adha sangat penting bagi kehidupan manusia. Istilah iduladha berasal dari bahasa Arab, yaitu عيد الأضحى yang kemudian diserap menjadi bahasa Indonesia yang tulisannya menjadi idul adha. Dalam bahasa asalnya (bahasa Arab), istilah iduladha merupakan gabungan dua kata yaitu عيد dan أضحى . secara hafiah dua kata ini mempunyai arti masing-masing. Kata عيد mempunyai arti ‘kembali” dan kata أضحى mempunyai arti binatang yang disembelih pada ritual ibadah tanggal 10 Zulhijah dan hari tasyrik. Dalam kamus bahasa Indonesia juga ada kata lainnya yang mempunia arti sama, yaitu kata Idul Kurban.
Terlepas dari pemaknaan-pemaknaan harfiah, Idul Adha tentunya memiliki makna metafor atau simbolis. Makna metafor inilah yang akan dibahas dalam artikel mini ini. Perayaan Idul Adha sendiri bertujuan untuk memperingati dan mengetahui sejarah peristiwa pengujian ketabahan Nabi Ismail yang tak menolak disembelih oleh Nabi Ibrahim. Mengapa umat Islam kemudian merayakannya? Apa saja makna penting Idul Adha? Sangat banyak makna penting Idul Ahda. Berikut adalah beberapa dari banyak makna penting Idul Adha:
1. Mengajarkan untuk ikhlas dalam menghadapi berbagai cobaan
Hari Raya Idul Adha memiliki makna mengajarkan sikap ikhlas ketika kita menghadapi berbagai cobaan apapun bentuknya. Hal itu dicerminkan dalam sikap Nabi Ismail yang ikhlas untuk disembelih oleh ayahnya sendiri jika hal itu merupakan perintah Tuhan. Tak ada kata keluh kesah apapun yang mereka utarakan karena yakin terhadap Tuhan.
2. Semua butuh pengorbanan
Hikmah Idul Adha selanjutnya yaitu mengajarkan kepada kita jika segala sesuatu memerlukan pengorbanan. Maksudnya adalah ketika kita menginginkan sesuatu, kita harus rela berkorban. Hal ini ditunjukkan oleh sikap Nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan putranya untuk menjalankan perintah Tuhan.
3. Sarana pemupuk empati sesama
Ibadah kurban wajib hukumnya dikerjakan oleh orang yang memiliki ekonomi lebih. Selain untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan terhadap Tuhan, Idul Adha juga berfungsi sebagai pemupuk rasa kepedulian terhadap sesama.
Apabila kita termasuk dalam kategori ekonomi mampu, maka tak ada salahnya kita ikut berkurban. Dengan berkurban, dimaksudkan agar kita bisa menyisihkan sebagian harta untuk berbuat kebaikan dan berbagi kepada orang yang membutuhkan.
Dari poin 1 dan 2 saja kita sudah bisa mengambil pelajaran bahwa pengorbanan itu baik dan tidak merugikan. Asalkan pengorbanan yang dilakukan itu berdasarkan kepada nilai-nilai kebaikan yang suci dan agung, sehingga dilakukan dengan keikhlasan. Seperti hal-hal yang kita pelajari dari kisah yang melatarbelakangi Hari Raya yang senantiasa diperingati dan dirayakan ini, yaitu betapa Nabi Ismail yang ikhlas akan disembelih oleh ayahnya, Nabi Ibrahim. Tetapi yang juga mengharukan adalah bagaimana ikhlasnya Nabi Ibrahim bersedia menyembelih anaknya hanya untuk mentaati perintah Tuhan. Tetapi akhirnya sangat indah, karena sang anak, Nabi Ismail, kemudian digantikan oleh seekor domba besar untuk disembelih. Hal ini tentu saja tidak saja menggembirakan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan seluruh keluarganya, tetapi juga masyarakat sekitar yang mendapatkan daging domba hasil sembelihan tersebut.
Dari kisah ini kita tentunya bisa belajar makna keikhlasan dan pengorbanan yang pada akhirnya memberikan kebaikan yang banyak dan luas.
Referensi: https://bsa.uinsgd.ac.id/blog/2020/07/31/iduladha-linguistik/ https://blog.kitabisa.com/makna-hari-raya-idul-adha-dalam-kehidupan-sehari-hari/ https://id.wikipedia.org/wiki/Iduladha