“Lebih Baik” dari orang lain?  (Ojo dibanding bandingke)

Oleh: Simon Mangatur

Inti dari semua hasrat “lebih” adalah menjadi menjadi lebih baik. Yang menjadi masalah adalah lebih baik ini diikuti oleh pembanding, sehingga muncullah kalimat: “Lebih baik dari…” Hal ini akan memunculkan persaingan, dan karena akan selalu ada yang lebih baik dari… maka persaingan itu tidak akan berakhir, dan akhirnya menjadi sebuah persaingan abadi. Karena di atas langit ada langit, demikian pepatah berkata.

Apakah benar, bahwa kita harus lebih baik dari orang lain, atau obyek lain? Untuk menjawab hal ini mari renungkan

  1. Setiap orang punya kekurangan dan kelebihan.

Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing. Setiap manusia memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda, memiliki system pendukung yang berbeda dan pengalaman-pengalaman yang berbeda. Ketika kita membanding diri kita untuk lebih baik dari seseorang, kerap kita lupa kita memiliki kekurangan, kelebihan, lingkungan  dan system pendukung yang berbeda.

  1. Selalu ada yang lebih baik

Sampai pada level apapun kita menyamakan dan membandingkan diri kita dengan orang lain, maka akan selalu ada yang lebih baik dari kita saat kita sudah berada di level tertentu. Kalau kita tidak melihatnya, itu karena kita belum bertemu dengannya.

  1. Setiap orang unik

Setiap pribadi dirancang unik oleh Sang Pencipta, Ia tidak menginginkan kita menjadi “kopian atau duplikat” dari yang lain. Ia ingin kita menemukan dan menghidupi rancangan pribadiNya bagi kita, tanpa harus membanding bandingkan dengan orang lain.

  1. Orang lainpun berusaha lebih baik.

Ketika kita berusaha lebih baik dengan menjadikan orang lain sebagai pembanding, maka jangan lupa bahwa sosok yang kita jadikan pembanding itupun sedang berusaha untuk menjadi lebih baik. Akhirnya kita tidak akan pernah bisa menjadi seperti dirinya, karena ia pun sedang berusaha menjadi seperti yang lain.

  1. Kita tidak meilihat secara holistic

Ketika kita membandingkan diri kita dengan orang lain, maka biasanya kita membandingkan hanya pasa satu aspek saja.

Jadi dengan siapa dan apa kita membandingkan diri kita, sehingga kita tahu bahwa kita sudah lebih baik. Satu-satunya yang menjadi pembanding bagi diri kita adalah diri kita sendiri pada waktu yang lalu. Bandingkanlah diri kita dengan sosok diri kita kemarin, apakah kita lebih baik?

Jadi, jangalah kita membandingkan diri kita dengan orang lain untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pembanding yang benar adalah diri kita sendiri, karena diri kita unik yang pada diri kita juga yang maha kuasa punya rancangan ilahi yang harus digenapi.

Simon Mangatur