Teknologi dan Ketahanan Nasional, Ada Hubungannya?

Oleh: Vincent Kartamulya Santoso | PPTI 12

 Belum lama ini, Indonesia digemparkan dengan adanya sosok peretas yang dikenal dengan sebutan “Bjorka”. Ia berhasil melakukan peretasan terhadap informasi sensitif masyarakat Indonesia seperti 26 juta history browsing pelanggan Indihome, 1,3 miliar data registrasi SIM Card, 105 juta data KPU dan bahkan data pemerintah yang memang seharusnya tidak diketahui oleh pihak umum, dimana salah satunya merupakan surat dari Badan Intelijen Negara (BIN). Ya, sosok ini sampai sekarang masih belum diketahui identitas aslinya dan masih terus dilakukan penyelidikan oleh pihak berwenang. Tentunya hal ini menimbulkan keresahan dari banyak pihak dan mengancam ketahanan nasional bangsa kita tercinta.

Apa itu ketahanan nasional? Ketahanan nasional berkaitan dengan kapasitas atau kemampuan yang dimiliki suatu bangsa untuk dapat beradaptasi menghadapi guncangan dan perubahan baik dari luar negara maupun yang berasal dari dalam negeri sebuah bangsa. Tujuan dari ketahanan nasional sendiri adalah agar suatu bangsa selamat dari berbagai keadaan dan mencapai tujuan nasional bangsa kita yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dari kasus yang disebutkan di awal, terlihat bahwa teknologi dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi ketahanan nasional, terutama di era globalisasi ini dan ibarat pisau bermata dua, teknologi bisa memberikan dampak positif ataupun negatif. Ketahanan nasional dapat dianalisis dari berbagai sisi, mulai dari modal politik, sosial dan manusia. Modal-modal tersebut menjamin suatu bangsa memiliki kapasitas dan kemampuan yang baik. Proposisinya adalah semakin baik modal-modal tersebut dimiliki oleh sebuah negara, maka semakin baik pula ketahanan nasional negara tersebut. Sebaliknya. semakin buruk atau langka modal-modal tersebut, maka semakin terancam ketahanan bangsa atau negara tersebut. Lalu apa hubungan modal-modal tersebut dengan teknologi? Mari kita analisis beberapa modal tersebut dan hubungannya dengan teknologi.

Pertama, modal politik. modal poltik berkaitan erat dengan tiga hal yakni mendapatkan kekuasaan, menjalankan kekuasaan, dan mempertahankan kekuasaan. Terutama pada saat artikel ini ditulis, pada tahun 2023, politik terfokus pada mendapatkan kekuasaan, berhubung dengan akan dilaksanakannya pemilihan umum tahun 2024. Jika digunakan secara bijak, hal ini akan membawa hal positif bagi politik Indonesia. Teknologi membuka media baru bagi kegiatan politik, contohnya kampanye politik yang kita bisa dilakukan secara efektif dengan media sosial tanpa perlu menggunakan spanduk. Selain itu dengan analisis big data, para calon bisa membuat konten yang menarik, sehingga persaingan yang timbul adalah persaingan sehat. Akan tetapi, jika digunakan untuk hal-hal negatif seperti peretasan hasil perhitungan suara dan menjelek-jelekan calon lain, justru akan menimbulkan perselisihan dan melemahkan ketahanan nasional. Secara naluri, tentunya masyarakat ingin tinggal di negara yang politiknya sehat dan bisa mewujudkan aspirasi dan hak-hak sipil masyarakat. Jika teknologi digunakan untuk hal yang negatif, tentunya masyarakat tidak tenang dengan kondisi negeri tersebut dan akhirnya kehilangan rasa cinta tanah air.

Berikutnya, modal sosial. Modal sosial berkaitan dengan berbagi pengetahuan, pemahaman, nilai, norma dan harapan mengenai pola interaksi yang dibawa oleh kelompok masyarakat terhadap kegiatan yang berulang. Modal sosial berkaitan dengan tiga hal, yakni kepercayaan sosial, jaringan sosial, dan nilai serta norma sosial. Kepercayaan sosial berbanding lurus dengan terciptanya keteraturan sosial. Bayangkan jika seseorang tidak percaya kepada orang lain dan terus berprasangka buruk, akibatnya tidak ada kerja sama yang akan terjalin. Bangsa yang memiliki kepercayaan sosial yang rendah akan sering terjadi konflik sosial. Sebagai contoh, kita bisa lihat dari kasus di awal. Jika privasi data rakyat tidak bisa dijaga, rakyatpun akan kehilangan rasa percaya pemerintah.

Akibatnya? Pembangunan akan terhambat dan ketahanan nasional kita akan memudar. Pihak luar akan berpikir bahwa negara kita mudah goyah dan mudah diadu domba. Tentu kita tidak mau hal tersebut terjadi. Jaringan sosial berbicara mengenai bagaimana kita bisa saling terhubung dengan orang lain. Jaringan butuh sarana fisik dan yang paling nyata adalah komunikasi. Terutama sekarang dimana jarak bukan lagi menjadi penghalang karena adanya internet dan media sosial. Bayangkan jika seseorang hanya bisa tahu kota tempat tinggalnya saja dan tidak tahu kota yang lain, imajinasi dan pikiran mereka hanya terpaku pada kota tersebut saja. Tak kalah pentingnya, unsur nilai dan norma sosial. Kita harus memiliki nilai dan norma yang sama agar tindakan kita semua juga selaras agar terjadi harmoni, jika berbeda-beda akan terjadi konflik. Contoh sederhananya adalah melalul komentar media sosial. Betul bahwa kita semua bebas berpendapat dan mengemukakan pendapat namun kita memiliki nilai dan norma yang sama dan berlaku. Nilai dan norma menjadi panduan kita untuk berperilaku dalam menggunakan teknologi agar tercipta keteraturan sosial.

Teknologi, bagaikan pisau bermata dua, bisa memberikan dampak positif ataupun negatif terhadap ketahanan nasional. Beberapa kasus seperti kasus peretasan yang belum lama terjadi membuktikan bahwa dengan sarana teknologi, ancaman bisa datang dari manapun. Teknologi mempengaruhi dari beberapa aspek ketahanan nasional di antaranya politik, sosial dan manusia. Dari sisi politik misalnya, teknologi dapat digunakan dalam hal menjalankan, mempertahankan, dan memperoleh kekuasaan, terutama pada tahun 2023 ini, teknologi banyak digunakan dalam hal memperoleh kekuasaan. Dari sisi sosial, teknologi adalah kunci terjadinya komunikasi dan interaksi di era digital ini, sehingga teknologi sangat berpengaruh pada ketahanan nasional yang tentunya dibentuk oleh hubungan sosial. Oleh karena itu, perlu adanya langkah konkri\est untuk mencegah dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dari sisi teknologi, baik dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Negara harus memiliki sistem keamanan yang handal, serta meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi pegawai yang bertugas di bidang keamanan.

Selain itu, negara juga harus melakukan kerja sama dengan negara lain untuk mengatasi masalah peretasan. Tak kalah penting, negara juga harus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai masalah peretasan. Masyarakat harus dapat mengenali tindakan yang dapat menyebabkan peretasan, serta cara untuk mencegah peretasan. Hal ini penting agar masyarakat dapat melindungi diri dari ancaman peretasan. Diharapkan kedepannya tidak ada hal-hal negatif lain yang mengancam ketahanan nasional dari sisi teknologi dan teknologi dapat dijadikan sarana untuk memperkuat ketahanan nasional bangsa kita bersama, Indonesia.

Vincent Kartamulya Santoso