Pentingnya Kemampuan Literasi Informasi di Era Digital

Oleh: Cecilia Audrey Herli | PPTI 12 | 2502040461

Literasi Digital: Literasi Teknologi dan Literasi Informasi

Seiring dengan berkembangnya dunia digital, teknologi sudah menjadi hal yang tidak asing bagi kehidupan sehari-hari masyarakat. Teknologi telah memberikan banyak kemajuan dan manfaat bagi kehidupan manusia sehingga semakin banyak digunakan. Namun, teknologi sebaiknya tidak serta merta dapat digunakan tanpa adanya suatu kemampuan khusus karena selain hal positif, terdapat juga hal negatif di dalamnya. World Economic Forum pada tahun 2015 menetapkan bahwa salah satu keahlian yang harus dimiliki masyarakat adalah literasi dasar, dimana didalamnya mencakup literasi digital.

Berdasarkan artikel dari Kompas.com yang mengutip buku Peran Literasi Digital di Masa Pandemik (2021) karya Devri Suherdi, literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya. Selanjutnya, dijelaskan bahwa kecakapan pengguna yang dimaksud adalah kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat, dan memanfaatkannya dengan bijak, cerdas, cermat, serta tepat sesuai dengan kegunaannya (Putri, V. K. M., 2021).

Sehingga, literasi digital dapat dibagi menjadi dua kelompok keahlian, yaitu literasi teknologi dan literasi informasi. Literasi teknologi atau keahlian teknis berarti pemahaman mengenai perangkat teknologi digital, termasuk kecakapan dalam menggunakan perangkat tersebut. Sedangkan, literasi informasi berarti kemampuan untuk memetakan, mengidentifikasi, mengolah serta menggunakan informasi digital secara optimal (Kemendikbud, 2017). Tentunya, kedua keahlian harus dimiliki oleh masyarakat pada era digital ini, terkhususnya keahlian literasi informasi yang menjadi sangat penting dalam teknologi informasi dan komunikasi.

Mengapa Literasi Informasi Itu Penting?

Berkaitan dengan perkembangan teknologi, arus informasi menjadi semakin cepat dan banyak. Ini merupakan sebuah tantangan yang paling kuat dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi. Masyarakat hanya dengan handphone dan internet dapat dengan mudah menerima, menyebar, dan bertukar informasi, baik informasi yang baik maupun tidak baik. Dalam hal tersebut, literasi informasi berperan dalam memilah, menggunakan, dan memahami informasi secara optimal sehingga masyarakat tidak terbawa dengan berita-berita maupun informasi-informasi palsu (hoax).

Tantangan lainnya berada pada konten maupun informasi negatif yang ada dalam internet, seperti konten pornografi, SARA, dan hal-hal lainnya. Konten tersebut tentunya tidak sesuai dengan budaya Indonesia dan tidak baik bagi pertumbuhan anak-anak, maupun remaja. Selain itu, akses terhadap hal tersebut sangat mudah dan terbuka karena hanya dengan internet, siapapun dapat membukanya. Sehingga, hal tersebut sulit untuk dicegah dari luar dan harus ada bimbingan serta kemampuan literasi informasi dari dalam diri mereka masing-masing. Kemampuan literasi informasi akan membuat pengguna teknologi mengetahui bahwa konten negatif harus dipilah dan diabaikan.

Salah satu contoh negatif lainnya adalah tren atau konten-konten viral yang ada di media sosial. Menurut A. Kasandra Putranto, “Pada dasarnya, di masa kini, semua orang berlomba-lomba mengejar fame and fortune (ketenaran dan keberuntungan). Berbagai upaya dimaksimalkan untuk menggapai cita-cita tersebut di era digital ini” (Pemita, D., 2021). Berkaitan dengan hal tersebut, terlihat bahwa ada banyak kasus dan berita bahwa orang-orang mengikuti tren tersebut dan menyebabkan korban luka hingga kematian. Masyarakat harus cerdas dan cermat dalam mengikuti tren,  menggunakan kemampuan literasi informasinya sehingga ia memahami dan dapat menganalisis bahwa tren-tren tersebut berbahaya, baik bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain.

 Cara Tepat Memilah Informasi

Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam literasi informasi adalah memilah informasi. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memilah informasi tersebut (Acer, 2019):

  1. Membaca Menyeluruh

Salah satu cara untuk memperoleh keuntungan dalam internet adalah dari klik dan iklan. Sehingga, judul artikel maupun berita akan dibuat semenarik mungkin untuk mendapatkan klik yang tinggi, bahkan bersifat provokatif dan tak sesuai dengan isinya. Hal ini sering disebut dengan clickbait. Sehingga, masyarakat yang melihat hal-hal seperti ini sebaiknya membuka dan membacanya terlebih dahulu sebelum menyebarluaskannya. Selain itu, mereka sebaiknya memastikan bahwa informasinya benar dan sesuai dengan judul sehingga tidak berpartisipasi dalam menyebarkan hoax.

  1. Membandingkan dengan Situs Lain

Apabila isi dan judul sudah sesuai, masyarakat dapat membandingkan informasi tersebut pada situs lain untuk memastikan kebenaran informasinya. Dengan adanya perbandingan tersebut, masyarakat dapat membedakan sudut pandang dari konten yang dibahas, baik pro, kontra, maupun netral.

  1. Membaca dari Sumber Terpercaya

Informasi sebaiknya diambil dari situs atau sumber yang terpercaya. Contohnya adalah laporan dan artikel berita. Tentunya, mereka akan lebih terpercaya dibandingkan situs yang mudah diganti atau diubah oleh orang lain. Pada social media, sebaiknya membaca dari akun yang telah diverifikasi oleh media social tersebut untuk mendapatkan informasi yang akurat.

  1. Menggunakan Fitur Filter Media Sosial untuk Menyaring Informasi

Sebenarnya, terdapat fitur yang telah disediakan oleh social media untuk menyaring konten-konten yang dapat muncul sehingga fitur tersebut dapat dimanfaatkan untuk meminimalisir munculnya konten-konten negatif dan tidak sesuai. Ini merupakan salah satu tindakan pencegahan yang dapat dilakukan.

  1. Jangan Menyebar Konten SARA, Pornografi, ataupun Informasi Pribadi

Dalam hal ini, penyebaran konten tersebut akan memicu konflik yang tidak diinginkan sehingga sebaiknya informasi yang disebar adalah informasi yang bermanfaat, seperti mengenai budaya, pendidikan, kesehatan, olahraga, hiburan positif, teknologi, dan konten-konten lainnya.

Dalam mewujudnyatakan literasi informasi, dibutuhkan partisipasi semua orang. Keluarga dapat memberikan bimbingan dan menciptakan lingkungan yang baik untuk anak-anak maupun remaja sehingga mereka memahami dan memiliki kesadaran terhadap literasi informasi. Salah satu contoh nyata yang telah dilakukan pemerintah adalah program Gerakan Literasi Nasional kepada 3 lapisan masyarakat, yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat. Usaha-usaha tersebut penting untuk dilakukan, namun usaha-usaha tersebut tak akan membuahkan hasil apabila tidak ada kesadaran dari masing-masing individu karena mereka sendirilah yang menentukan tindakan dan perbuatan mereka.

Daftar Pustaka

Acer. 2019. 5 Cara Bijak Memilih Informasi yang Pantas di Era Digital, dilihat pada tanggal 29 Januari 2023, dari https://www.acerid.com/5-cara-mendapatkan-informasi-pantas-di-internet/

Forum, W. E. 2015. New Vision for Education – Unlocking the Potential of Technology, World Economic Forum, dilihat pada tanggal 29 Januari 2023, dari https://widgets.weforum.org/nve-2015/chapter1.html

Kemendikbud. 2017. Literasi Digital. Jakarta: Kemendikbud.

Pemita, D. 2021. Ini Bahaya Mengikuti Tren Pamer Saldo ATM di Sosial Media, ChatNews, dilihat pada tanggal 29 Januari 2023, dari  https://chatnews.id/read/ini-bahaya-mengikuti-tren-pamer-saldo-atm-di-sosial-media

Putri, V. K. M. 2021. Literasi Digital: Pengertian, Prinsip, Manfaat, Tantangan dan Contoh, Kompas.com, dilihat pada tanggal 29 Januari 2023, dari https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/15/142539669/literasi-digital-pengertian-prinsip-manfaat-tantangan-dan-contoh

Tim Character Building Development Center (CBDC). 2022. Character Building: Kewarganegaraan, Universitas Bina Nusantara Jakarta, dilihat pada tanggal 29 Januari 2023, dari https://binus.ac.id/character-building/wp-content/uploads/2022/02/Character-Building-Kewarganegaraan-2.pdf

Cecilia Audrey Herli