Pandemi dan Perkembangan Teknologi Digital

Oleh: Heru Widoyo

Pada awal tahun 2020 terjadi pandemi yang disebabkan oleh virus yang bernama covid-19. Virus ini menyerang saluran pernapasan, terutama organ paru-paru pada manusia. Penyebarannya dapat terjadi lewat kontak dengan droplet yang berisi virus tersebut, droplet dapat berasal dari cairan mulut, hidung, dan sebagainya. covid-19 juga dapat berubah menjadi virus yang mematikan bagi sebagian orang, seperti lansia atau orang dengan riwayat penyakit khusus. Kedua hal inilah yang menjadikan virus ini menjadi berbahaya, yaitu karena gampangnya penularan virus dan tingkat bahayanya. Pandemi ini bermula dari sebuah kota yang bernama Wuhan di China, yang seiring berjalannya waktu, menyebar ke seluruh belahan dunia.

Hampir semua negara di dunia memutuskan untuk melakukan lockdown kepada masyarakat di negaranya. Hal ini guna memutus rantai penularan serta meminimalisir tingkat penularan dari virus covid-19. Lockdown mengharuskan masyarakat untuk tetap di rumah selama pandemi masih berlangsung, walaupun peraturan lockdown bervariasi di setiap negara, namun secara umum masyarakat hanya diperbolehkan untuk keluar dari rumah untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan pokok, seperti bahan makanan, pelayanan kesehatan, dan lain-lain.

Lockdown memaksa hampir seluruh masyarakat di dunia untuk tetap tinggal di rumah mereka sendiri selama berbulan-bulan. Walaupun lockdown memang meminimalisir penularan covid-19, namun lockdown juga membawa dampak-dampak negatif. Salah satu yang paling terasa adalah terhambatnya perekonomian, hal ini dapat terjadi karena masyarakat yang terpaksa dirumahkan selama pandemi.

Pada saat lockdown dijalankan, rata-rata negara hanya memperbolehkan karyawan-karyawan yang bekerja pada sektor krusial saja yang boleh keluar rumah dan bekerja, seperti sektor kesehatan, jasa dan lainnya. Industri-industri yang mengharuskan orang-orang untuk keluar rumah otomatis akan mengalami bencana, seperti industri maskapai penerbangan, perhotelan, restoran, pariwisata. Pembelajaran di sekolah dan universitas yang biasanya terjadi secara onsite juga otomatis terhambat.

Hal-hal seperti inilah yang secara spesifik menjadi pendorong dalam perkembangan teknologi digital dimasa pandemi covid-19 ini. Salah satu hal yang paling dekat di kehidupan sehari-hari kita yang dapat kita amati secara langsung adalah, penggunaan aplikasi-aplikasi seperti Zoom, Google Meet, Microsoft Teams, dan yang lainnya. Pada waktu sebelum terjadinya pandemi covid-19, mungkin sebagian besar orang baik siswa, mahasiswa, guru, dosen, karyawan, tidak tahu aplikasi-aplikasi yang menyediakan jasa video conference seperti Zoom, Google Meet, Microsoft Teams, namun sekarang ini kita semua sudah pasti familiar dengan nama aplikasi-aplikasi tersebut. Aplikasi-aplikasi tersebut baru mulai digunakan saat pandemi dimulai. Orang-orang di seluruh dunia terpaksa terkurung di rumah selama jangka waktu yang lama, namun ekonomi perlu terus berputar, perusahaan perlu terus berjalan, hal ini memaksa mereka untuk mencari cara bagaimana untuk bisa tetap bekerja dari rumah. Disaat itulah mulai digunakan aplikasi seperti Zoom dan sejenisnya, yang memungkinkan penggunanya untuk bertemu secara online dengan jumlah peserta meeting yang banyak.

Banyak hal yang mau tidak mau ikut terdigitalisasi selama pandemi covid-19 ini. Karena disituasi pandemi, banyak industri serta perusahaan perlu improvisasi agar bisa tetap bertahan. Seperti contohnya restoran-restoran yang memfokuskan pelayanan pemesanan makanan secara online selama pandemi, bisnis-bisnis berbasis online semakin naik, proses belajar-mengajar secara online, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan lebih banyak orang akan bergantung pada teknologi digital.

Teknologi digital membawa banyak sekali dampak-dampak positif kepada penggunanya, karena dengan teknologi digital, pengguna dapat menggunakan waktu dengan lebih efisien, informasi dapat mudah diakses darimana saja, pengguna dapat bertemu pengguna lain di belahan dunia manapun secara online dengan biaya yang sangat minim yaitu berbekal perangkat serta internet saja.

Namun teknologi digital juga dapat membawa dampak buruk atau negatif bagi penggunanya, contohnya kebebasan mengakses serta mengunggah informasi yang disediakan dari teknologi digital dapat menjadi pedang bermata dua bagi penggunanya. Dengan kebebasan mengakses serta mengunggah informasi, pengguna dapat dengan mudah terpengaruh dengan informasi-informasi yang menyesatkan atau tidak sesuai dengan fakta. Hal ini sering kita sebut dengan berita hoax.

Maka dari itu pengguna perlu tahu serta mengerti hal-hal seperti etika menggunakan internet dan literasi digital. Karena walaupun pengguna mudah mengakses informasi dari internet, namun tidak selalu informasi tersebut benar-benar sesuai fakta. Contoh lain misalnya pengguna perlu menggunakan kata sandi yang tidak mudah ditebak, supaya akun pengguna dapat tetap aman dari serangan-serangan hacker di dunia maya. Pengguna perlu mengerti konsep-konsep penting seperti hak cipta dari sebuah karya di internet. Hal-hal seperti itulah mengapa edukasi mengenai etika berinternet serta literasi digital bagi pengguna itu sangat penting.

Kesimpulan yang kita dapatkan adalah, pandemi covid-19 secara langsung maupun tidak langsung mendorong perkembangan teknologi digital dengan lebih cepat, dan orang-orang di seluruh dunia semakin bergantung pada teknologi digital. Teknologi digital sejatinya hanyalah sebuah alat yang dapat berdampak positif maupun negatif, tergantung dari pengguna yang memakainya, maka dari itu pengguna perlu mengerti etika berinternet serta memiliki literasi digital yang cukup dalam menggunakan teknologi digital, guna meminimalisir dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari penggunaan teknologi digital pada masa kini.

Heru Widoyo