Menjadi Manusia yang Beretika dan Bermoral Dalam Sosial Media
Oleh: Calvin Kamardi | PPTI 13
Di era modern ini, sosial media menjadi peran penting dalam kehidupan masyarakat. Media sosial menjadi tempat bagi setiap individu untuk berbagi informasi, berkomunikasi dengan orang lain, membuat hiburan, dan lain sebagainya. Namun, dari kebebasan tersebut terdapat tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut adalah literasi digital. Literasi digital terdiri dari dua aspek yaitu aspek keterampilan digital dan aspek keterampilan etika. Keterampilan digital adalah keterampilan dalam menggunakan suatu teknologi digital, sedangkan keterampilan etika adalah kemampuan dalam mengimplementasikan nilai dan moral dalam kehiudpan sehari-hari. Realitanya banyak orang yang hanya memiliki keterampilan digital sedangkan keterampilan etikanya sangat kurang.
Dalam teori etika, terdapat beberapa pendekatan etika, salah satunya adalah utilitarianism. Pendekatan tersebut menganggap bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan untuk banyak orang. Begitu juga sebaliknya, suatu tindakan dikatakan tidak baik jika banyak orang yang tidak senang dengan tindakan tersebut. Salah satu contoh yang dapat kita ambil di media sosial adalah Majalah Charlie Hebdo. Majalah Charlie Hebdo adalah majalah satire mingguan dari Prancis yang menampilkan kartun, laporan, polemik dan lelucon. Majalah ini didirikan pada tahun 1970 dan memiliki reputasi sebagai majalah yang mengambil pendapat yang kontroversial dan mengejar berita dengan cara yang tidak tradisional. Majalah ini sering menyindir dan membuat bahan-bahan karikatur yang menyindir agama, politik, dan budaya populer. Sindiran terbaru yang membuat banyak kontroversial adalah kartun tentang gempa di Turki. Kartun tersebut menggambarkan bangunan-bangunan yang rutuh dan di tengah tumpukan puing terdapat tulisan “Tidak perlu mengirim Tank.” Kartun tersebut membuat banyak orang marah dan kesal karena kejadian tersebut merupakan kejadian yang menimbulkan banyak sekali korban jiwa tetapi majalah ini malah membuat lelucon tentang kejadian tersebut.
Dari kejadian tersebut, kita dapat belajar bahwa keterampilan digital saja tidak cukup, harus disertai dengan keterampilan etika. Keterampilan etika sangatlah penting dalam berkomunikasi dengan orang lain untuk memastikan bahwa tindakan kita memiliki dampak yang positif bagi lingkungan sekitar. Kita harus terus belajar untuk bertoleransi dengan orang lain dan tidak merugikan orang lain. Maka dari itu, kita harus menjadi manusia yang beretika dan bermoral dalam sosial media.