Keberadaan Integrasi Nasional di Masa Sekarang

Oleh : Belinda Meylia | PPTI 11|  2502040751

“Masih adakah integrasi nasional itu di tengah keramaian individu masa kini yang cenderung bersikap tidak acuh?”. Mungkin pertanyaan itu akan muncul di benak setiap orang ketika melihat berbagai masalah yang makin meletup-letup di seluruh penjuru dunia. Satu demi satu masalah kian bermunculan dan berakhir membuat perpecahan, entah itu dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Akibatnya, proses penyatuan yang harusnya telah terbentuk di dalam kelompok tersebut malah menjadi terbengkalai, sehingga keharmonian sosial menjadi terganggu.

Bila direnungkan, integrasi nasional di negara kita mungkin bisa dianggap sedang berada di ujung tanduk. Di satu sisi, kebersamaan dan kesatuan itu terlihat dan terasakan menembus jiwa raga. Namun, di sisi lain, tentunya masih ada ketegangan-ketegangan tertentu yang terbentuk dari dalam maupun dari luar hubungan itu sendiri. Dan, memang, justru sekarang yang kian muncul tiada henti adalah tegangan sosial tersebut yang memicu konflik.

Lalu, bagaimana ini bisa terjadi? Pada dasarnya, keretakan  ini berbasiskan dari kekurangan dari berbagai aspek, seperti menghargai sesama, toleransi antar kelompok, serta kesadaran akan pentingnya integrasi nasional itu sendiri. Banyak individu cenderung berpaku pada dirinya ataupun kepentingan kelompok pribadi, tanpa memperhatikan kepentingan umum secara menyeluruh. Tentunya, ini merupakan tindakan egois yang dapat berdampak sangat buruk untuk lingkungan sekitarnya. Tak hanya berhenti di situ, anggapan remeh terhadap integrasi nasional juga cenderung meningkat. Tak sedikit orang mungkin mengira integrasi nasional hanyalah sebuah “pernyataan” yang tak perlu untuk ditilik maupun dikulik lebih lanjut.

Sedih memang untuk melihat kenyataan dari sisi yang seperti ini. Namun, apakah semuanya berjalan seperti itu? Rasanya, tidak. Meskipun dihadang berbagai masalah yang mungkin akan memicu keretakan di dalam integrasi nasional negara kita tercinta, masih ada segelintir harapan yang muncul di dalamnya. Di satu sisi memang terlihat cukup miris, tetapi banyak individu yang masih tergerak untuk mewujudkan integrasi nasional. Bukti nyatanya, semakin banyak orang yang tidak mampu menjadi tertolong, gotong royong kian dihijaukan, serta musyawarah menjadi poin utama dari seluruh aspek dalam kelompok.

Mungkin terlihat kecil untuk beberapa bukti di atas. Mungkin juga masih belum terlihat dampaknya secara menyeluruh. Namun, kecil demi kecil, sedikit demi sedikit, dampak tersebut akan kian membesar bila jumlahnya tentu semakin menjulang pula. Jumlah yang dimaksudkan di sini mengacu pada pihak yang mau berjuang untuk membangkitkan dan menguatkan integrasi nasional. Dengan jumlah kian bertambah, tentu integrasi nasional bukanlah hanya sebuah “pernyataan” ataupun angan belaka, melainkan identitas realitas yang dipegang teguh oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Jadi, di tengah kondisi sekarang, maukah Anda sendiri bergabung untuk membentuk dinamika baru dalam sebuah integrasi nasional Indonesia?

Belinda Meylia