Dosen Sebagai Assesor Dalam Kerja Sama Tim

Oleh: Dr. Sukron Ma’mun, S.Ag.,M.A

Dalam sebuah kerja sama tim peran dosen adalah sebagai assessor yang bertujuan untuk mengevaluasi sudah sejauh mana peran masing-masing anggota dalam kerja-kerja tim telah terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, dosen dalam hal ini harus membuat kriteria penilaian  secara jelas serta perlu dipahami, diketahui dan disepakati bersama. Penilaian, idealnya, mencakup tiga hal yang selalu berkaitan, antara lain: Pertama, kinerja masing-masing anggota kelompok, kedua, kinerja tim secara keseluruhan, ketiga, outcome atau hasil kerjanya. Sebagaimana kriteria penilaian, aturan yang dimaksudkan untuk mengarahkan dinamika kerja kelompok pun perlu ditetapkan, diketahui dan disepakati bersama.

Umumnya aturan kerja bersama harus mencakup hal-hal seperti bahwa semua anggota wajib berkontribusi, semua kelompok harus menyerahkan tugas tepat waktu, semua ide patut dihargai dan dievaluasi secara kritis, setiap anggota wajib menjalankan tugas dan perannya, dan sebagainya.         Penilaian yang meliputi aspek sanction dan reward dapat diintegrasikan ke dalam bentuk coaching demi menginspirasi para peserta didik agar dapat memberikan yang terbaik dari diri dan kemampuan mereka demi mencapai hasil kerjasama tim yang maksimal. Praktik kerjasama tim yang terus menerus dengan pendampingan yang teratur diharapkan sanggup memaksimalkan hubungan dari para peserta didik yang mana dimaksudkan untuk memampukan mereka berinteraksi dan bekerjasama secara lebih efektif ketika dituntut dalam hidup.

Ada beberapa tolok ukur yang digunakan oleh dosen untuk menilai apakah Sebuah kerja tim dapat dikatakan solid serta berjalan baik atau sebaliknya, yaitu : pertama, dari segi kehadiran tim, apakah tim hadir tepat waktu atau tidak. Juga dari segi kelengkapan anggota, apakah anggota hadir semua atau ada yang tidak hadir. Kedua, dari segi pembagian tugas, pada saat presentasi apakah masing-masing anggota sudah mengetahui tugasnya masing-masing atau tidak. Ketiga, dari segi penguasaan terhadap materi presentasi, apakah setiap anggota benar-benar menguasai bahan presentasinya atau tidak. Keempat, dari segi kemampuan menjawab pertanyaan. Apakah kelompok mampu menjawab dan memecahkan persoalan yang disampaikan kepada mereka atau tidak. Kelima, dari segi berlangsungnya diskusi, apakah diskusi berjalan aktif dan dinamis atau pasif dan mengalami kevakuman.

Dr. Sukron Ma’mun, S.Ag.,M.A