Sumpah Pemuda sebagai Prinsip dalam Kehidupan

Oleh: Vierdaria Wijayanti | 2502040732 | PPTI 13 |

Pertama. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, Tanah Indonesia.

Kedoea.  Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, Bangsa Indonesia.

Ketiga.  Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.

Jumat, 28 Oktober 2022.

Tidak terasa, hari berganti hari, bulan terus bergilir, hingga memasuki paruh akhir tahun ini. Bulan kesepuluh dari dua belas banyaknya. Mungkin hanya hari kerja lainnya. Mungkin hanya hari Jumat ke-43 dalam tahun ini. Tetapi, tidak sesederhana itu. 28 Oktober, 94 tahun yang lalu di Batavia, pemuda pemudi Indonesia dari berbagai daerah berkumpul dengan semangat yang menggebu-gebu. Penuh antusias melewati rapat demi rapat, pertemuan demi pertemuan, dengan niat dan tujuan yang sama. Sama-sama mau melakukan sesuatu untuk bangsa yang dicinta. Rasa antusias yang memuncak, juga perasaaan bangga yang meletup-letup, dan saya yakin perasaan bangga ini tiada luruh hingga saat ini, detik ini, dalam diri kita semua.

Bertumpah darah yang satu, berbangsa yang satu, dan menjunjung bahasa persatuan. Sudahkah ketiga hal ini kita terapkan dalam keseharian? Bertumpah darah yang satu, dapat berarti membela dan memperjuangkan bangsa hingga titik darah penghabisan. Memang sudah bukan di zaman penjajahan seperti dahulu, tetapi sudahkan kita membela bangsa dalam perilaku dan tata kelola pikir kita? Berbangsa yang satu, dapat berarti tetap bersatu dengan teguh dan kokoh walau terbagi atas banyak suku, ras, agama, dan banyak faktor pembeda lainnya. Memang status kewarganegaraan tetaplah Warga Negara Indonesia, tetapi apakah perbuatan kita sudah mencerminkan hal serupa? Menjunjung bahasa persatuan, dapat berarti menghargai dan mencintai bahasa yang menjadi pemersatu kita dalam banyaknya perbedaan. Dalam penggunaannya, penerapannya, dan pengucapannya, sudahkan kita junjung tinggi Bahasa Indonesia yang menjadi pemersatu kita ini?

Bagi saya, sumpah pemuda bukan hanya sekedar sumpah. Bukan hanya sekedar tiga bait tulisan dalam buku cetak pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bukan hanya tanggal 28 Oktober. Tetapi, sumpah pemuda adalah prinsip. Sumpah pemuda adalah pegangan, dan tiada diragukan lagi kekokohannya untuk menjadi penuntun bagi pemuda pemudi masa kini di tengah gencaran kemajuan zaman dan teknologi. Sumpah pemuda akan selalu terpatri dalam hati, meski usia sudah tidak dapat lagi dikatakan muda. Selamat hari Sumpah Pemuda untuk pemuda pemudi Indonesi

Vierdaria Wijayanti