Pancasila di Tengah Ketidakpastian Dunia

Oleh:  Vincent Kartamulya Santoso | PPTI 12 |

Ketidakpastian tak akan berakhir hingga kita menghidupkan generasi yang mengerti dengan pasti  apa yang harus dijadikan pegangan dalam kehidupan berbangsa ini.

Dunia sedang mengalami ketidakpastian arah. Bukan hanya pandemi Covid-19 yang tak  kunjung usai, namun krisis pangan dan inflasi juga bertebaran di semua negara. Adanya isu  terjadinya resesi ekonomi tahun 2023 di banyak negara membuat masyarakat global ketar-ketir,  tak terkecuali Indonesia. Perlambatan 2023 akan berbasis luas, dengan negara-negara yang  menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi global siap untuk berkontraksi tahun ini atau tahun  depan (Gourinchas, October 11, 2022). Muncul berbagai pertanyaan di benak masyarakat  Indonesia, Apakah Indonesia juga akan mengalami resesi? Apakah Indonesia akan selamat jika  terjadi resesi? Apa yang harus kita lakukan jikalau terjadi resesi? Satu hal sudah yang sudah pasti,  kita butuh pegangan dalam menjalani kehidupan kita. Ibarat orang yang akan terjatuh, secara naluri  ia akan mencari pegangan agar tidak terjatuh. Bangsa Indonesia memiliki pedoman dan pegangan  hidup tersendiri yang lahir pada 1 Juni 1945, Pancasila. Setiap perilaku dan keputusan pejabat  pemerintahan dan semua rakyat Indonesia harus berdasar pada Pancasila. Melihat ke belakang dari  resesi-resesi yang pernah terjadi di Indonesia, terutama yang baru-baru ini terjadi, resesi pada saat  pandemi Covid-19, perekonomian di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan. Namun dengan berdasar pada Pancasila dan gotong royong di antara kita, Indonesia bisa bangkit dan  menuju era New Normal. Kembali ke permasalahan awal, Bagaimana Pancasila dapat  menuntun kita melewati ketidakpastian dunia saat ini?

Pertama, kita lihat dari sila pertama Pancasila, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Bangsa  Indonesia telah menyatakan iman dan pengabdiannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ketika kita  berada dalam ketidakpastian, akan muncul banyak pilihan yang membuat kita harus memilih. Kita  sebagai bangsa yang beragama, dalam menyikapi pilihan-pilihan yang ada, perlu dilandasi  kecerdasan spiritual. Seperti di saat awal dan puncak pandemi Covid-19, kita menguatkan  keimanan kita menghadapi rintangan yang muncul dengan berdoa agar kita bisa mengambil  keputusan dengan bijak.

Kedua, dari sila kedua Pancasila, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Setiap manusia  memiliki derajat, hak, dan kewajiban yang sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.  Di situasi yang sulit, aspek kemanusiaan dari berbagai sisi kehidupan perlu menjadi perhatian serta  menjadi dasar penyelenggaraan negara dan relasi antar sesama manusia. Kita tidak boleh egois dan

hanya mementingkan diri kita sendiri. Manusia di manapun dan kapanpun akan selalu memiliki  martabat yang sama, sehingga kita tidak boleh memerlakukan orang lain semena-mena. Selain itu  juga, kita sebagai rakyat memiliki kewajiban untuk taat pada kebijakan yang dikeluarkan oleh  pemerintah.

Ketiga, kita melihat dari sila ketiga Pancasila, “Persatuan Indonesia”. Rasa nasionalisme  dan gotong royong adalah salah satu faktor kunci menangani ketidakpastian. Kita bahu-membahu  untuk mengatasi ketidakpastian ini dan melepas ego kita masing-masing. Fokuslah bukan pada diri  sendiri melainkan kepentingan bersama. Kita dapat melihat implementasinya dari pandemi

kemarin, semua rakyat Indonesia saling bahu-membahu dan memberikan pertolongan satu sama  lain. Banyak orang yang melakukan penggalangan dana untuk membantu yang terdampak. Karena  gotong royong itulah, sekarang terlihat bahwa Indonesia perlahan mulai bangkit.

Keempat, dengan sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat  Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”, menunjukkan adanya sifat bijaksana,  tanggung jawab dan cinta akan kebenaran dalam kerangka yang berkedaulatan rakyat. Di tengah  ketidakpastian yang melanda, harus ada keputusan yang diambil pemerintah yang tentunya harus  melalui musyawarah dan kesepakatan bersama yang mencerminkan suara masyarakat. Dari  putusan itulah yang selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk tindakan demi kepentingan bangsa ini.  Seperti yang kita lihat pada awal mula pandemi, pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk  melandaikan kurva penyebaran Covid-19 dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan seperti  PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Tanpa partisipasi masyarakat luas, kebijakan itu  hanyalah sekedar angin yang lewat saja. Tetapi karena masyarakat patuh terhadap kebijakan  tersebut, kurva penyebaran virus pun berhasil melandai. 

Terakhir, dari sila yang dilambangkan dengan padi dan kapas, dengan bunyi “Keadilan  Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Keadilan dalam momen yang tidak pasti seperti ini  sangatlah genting untuk diperhatikan. Semua orang pasti akan mengalami hal yang serupa di  momen seperti ini. Bantuan-bantuan yang diberikan serta kebijakan yang dibuat harus  menguntungkan bagi segala pihak tanpa membeda-bedakan. Jika kita berkaca pada pandemi sebelumnya, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) diberlakukan kepada semua golongan masyarakat tanpa terkecuali. Begitu pula dengan pemberian vaksin yang merata hingga pelosok  sekali pun.

Kita tahu dunia sedang tidak baik-baik saja. Dunia sedang diselimuti oleh ketidakpastian  yang disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari inflasi di mana-mana, konflik antara Rusia dan  Ukraina, sumber daya alam yang semakin menipis dan isu resesi yang sedang naik daun. Tak  heran, jika di mana-mana terjadi kepanikan, tak terkecuali Indonesia. Walau begitu, kita sebagai  rakyat Indonesia harus bangga karena kita mempunyai pegangan yang kuat yakni Pancasila. Setiap  tindakan yang kita lakukan harus dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila. Jiwa gotong royong, saling  membantu dan kekeluargaan harus dipahami oleh pemerintah dan semua komponen bangsa untuk  sama-sama bertahan di badai ketidakpastian ini, Sekarang pertanyaannya hanya satu, kita sudah  memiliki pegangan, apakah kita semua bisa memegangnya dengan kuat? Mari kita bersama-sama sebagai rakyat Indonesia berjuang melawan ketidakpastian yang ada dengan berpegang teguh pada  Pancasila. Kita berhasil bangkit dari resesi dan tantangan-tantangan yang dihadapi sebelumnya,  penulis yakin dengan gotong royong dan bahu-membahu kita semua pasti bisa bertahan di badai ini.

Daftar Pustaka

Gourinchas, Pierre-Oliver. (2022, October 11). Policymakers Need Steady Hand as Storm  Clouds Gather Over Global Economy. Diakses dari

https://www.imf.org/en/Blogs/Articles/2022/10/11/policymakers-need-steady-hand-as storm-clouds-gather-over-global-economy

Vincent Kartamulya Santoso