No Man Is An Island


Oleh: Dr. Ramot Peter, S.Pd., M.Th (D4534)

Ada banyak pandangan filsuf mengenai manusia sebagai mahluk sosial. Salah satu di antaranya yaitu John Donne (1624) yang mengatakan “No Man Is An Island”. Isi syair lengkapnya, yaitu: No man is an island entire of itself; every man is a piece of the continent, a part of the main; if a clod be washed away by the sea, Europe is the less, as well as if a promontory were, as well as any manner of thy friends or of thine own were; any man’s death diminishes me, because I am involved in mankind. And therefore never send to know for whom the bell tolls; it tolls for thee. Adapun yang dimaksud dari pernyataan tersebut yaitu manusia tidak dapat hidup sendirian seperti satu pulau di tengah samudera luas. Manusia diciptakan bukan untuk hidup terisolasi sendirian melainkan untuk hidup berpasangan, berkelompok atau berkomunitas. Sifat dasar hidup manusia adalah untuk hidup membangun hubungan dengan orang lain. Hidup dalam lingkungan, komunitas, pertemanan dan hingga berpasangan lawan jenis.

Sulit untuk dibayangkan jika seorang harus menjalani hidup sendirian (totally alone) karena manusia memang merupakan mahluk sosial yang saling terhubung satu sama lain untuk dapat menjalani hidup dengan lebih baik. Saya pernah satu kali berbincang dengan seorang penghuni rumah tahanan yang saya layani. Saya menanyakan apa yang dia rasakan terberat selama hidup dalam penjara. Adapun ungkapan yang paling menyiksa dirinya selama berada dalam rumah tahanan ketika merasa diisolasi sendirian, tanpa ada kesempatan untuk bertatap muka dengan orang lain, berkomunikasi dan sebagainya, itu yang ia rasakan paling menyiksa. Inilah bukti bahwa manusia yang butuh kasih sayang, perhatian dan dukungan orang lain. Sulit bagi seseorang menjalani hidup dengan baik ketika dalam kesendirian dan keadaan tersebut pasti sangat menyiksa dirinya.

Pada hakikatnya Tuhan menciptakan manusia tidak untuk hidup sendiri-sendiri karena “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.” (Kejadian 2:18). Lalu, Tuhan menciptakan seorang penolong yang sepadan dengan Adam yaitu Hawa untuk beranakcucu dan berkuasa atas segala ciptaan Tuhan yang ada di bumi. Adam tidak dapat hidup sendiri tanpa Hawa sebagai penolong. Artinya, manusia pasti membutuhkan kehadiran orang lain yang dapat menolong ketika terjatuh, yang menguatkan ketika lemah, yang meringankan ketika ditimpa beban berat, yang memberi penghiburan ketika berduka.

Tuhan Yesus menasihatkan pentingnya sebuah persekutuan, yaitu “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”(Matius 18:19-20) Firman Tuhan tersebut mengindikasikan bahwa manusia harus terhubung satu sama lain agar dapat hidup lebih baik. Namun, firman Tuhan menasihatkan agar tetaplah berhati-hati dalam memilih teman, sebab firman Tuhan berkata “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang” (Amsal 13:20) dan “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33). No man is an island, so let’s reach out and develop a tight friendships, for our own sake and theirs. Jadi, bangunlah hubungan yang baik dengan sesama agar hidupmu menjadi semakin baik.

Dr. Ramot Peter, S.Pd., M.Th