Implementasi dan Refleksi Sumpah Pemuda di Kalangan Milenial

Oleh: Nicole Felice | PPTI 12 |

Sumpah Pemuda merupakan satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia yang sakral. Ikrar Sumpah Pemuda ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita – cita berdirinya negara Indonesia. Sumpah Pemuda juga merupakan suatu pengakuan dari pemuda – pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Sumpah Pemuda yang di ikrarkan pada 28 Oktober 1928 di Batavia (sekarang Jakarta) merupakan hasil keputusan Kongres Pemuda Kedua yang dilakukan selama dua hari, 27 – 28 Oktober 1928.

Bunyi Ikrar Sumpah Pemuda

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Makna Sumpah Pemuda Bagi Generasi Milenial

Makna Sumpah Pemuda yang utama ialah menyatukan perjuangan bangsa Indonesia. Berkat perjuangan para pemuda, kemerdekaan bangsa berhasil diperoleh. Waktu, tenaga, jiwa, pikiran, tenaga, dan harta telah dikorbankan demi menyatunya bangsa Indonesia. Tanpa adanya pengorbanan mereka, mungkin saja Indonesia belum dapat bersatu untuk melawan penjajah. Para pemuda dan pemudi Indonesia saat itu telah berhasil mewujudkan persatuan, kesatuan, dan keutuhan NKRI.

Makna Sumpah Pemuda yang kedua adalah rasa cinta tanah air. Indonesia dapat merdeka setelah perjuangan ratusan tahun yang melibatkan begitu banyak pengorbanan jiwa, harta, waktu, tenaga, dan pikiran rakyat. Sumpah Pemuda menyumbang besar dalam gerakan kemerdekaan sebagai cerminan dari rasa cinta terhadap tanah air. Dengan adanya Sumpah Pemuda, Indonesia yang penuh keberagaman baik dari segi suku, agama, ras, kepercayaan, etnis, bahasa, budaya, dan lain sebagainya ini dapat melebur menjadi satu bangsa yang utuh, yakni bangsa Indonesia.

Mendorong Semangat Juang Generasi Milenial

Dalam ikrar Sumpah Pemuda, dapat dijumpai gelora semangat para pemuda yang berkobar untuk menciptakan kesatuan dan persatuan. Pada masa itu, diharapkan para pemuda dan pemudi Indonesia dapat bersatu untuk mengusir penjajah. Tujuan tersebut akhirnya tercapai pada 17 Agustus 1945. Walaupun tujuan tersebut sudah tercapai, bukan berarti Sumpah Pemuda dapat dilupakan begitu saja. Generasi masa kini juga harus menerapkan Sumpah Pemuda di era sekarang.

Semangat juang para pemuda dalam isi Sumpah Pemuda dapat menjadi contoh nyata bagi generasi muda masa kini untuk mengambil langkah dalam mengisi kemerdekaan. Makna Sumpah Pemuda yang dapat dipetik adalah semangat yang terus berkobar meskipun banyak rintangan seperti yang dilakukan oleh pemuda generasi dulu. Saat ini, makna hari Sumpah Pemuda di kalangan milenial tidak hanya sekedar kebiasaan dan perayaan tahunan saja, namun seharusnya dapat merefleksikan semangat perjuangan pemuda saat itu ketika memegang tombak dalam meraih kemerdekaan.

Salah satu perjuangan pemuda pada masa itu adalah menjaga persatuan dan kesatuan. Namun, di era sekarang, rasa persatuan tersebut dapat terkikis bila kalangan milenial tidak mampu memanfaatkan teknologi dengan baik dan tidak dapat menoleransi untuk menerima perbedaan. Untuk menghargai perjuangan pemuda di masa lalu, kalangan milenial haruslah dapat melahirkan kreativitas, ide, dan inovasi untuk mempertahankan eksistensi dari kemerdekaan Indonesia sendiri.

Implementasi Sumpah Pemuda di Era Milenial

Terdapat banyak sekali hal yang dapat dilakukan oleh kalangan milenial untuk merefleksikan makna dan tujuan dari Sumpah Pemuda itu sendiri. Beberapa diantaranya seperti:

  1. Berhenti menyebar berita hoax yang dapat menimbulkan perpecahan. Artinya, sebagai generasi muda yang lebih memahami teknologi, harus dapat menjadi garda terdepan dalam menghadapi hoax.
  2. Menjaga toleransi agar tercapai keutuhan persatuan dan kesatuan. Keberagaman ras, suku, agama, budaya, dan bahasa di Indonesia tidak sepatutnya menjadi sumber perpecahan, melainkan generasi milenial harus mampu menoleransi keberagaman itu.
  3. Melestarikan bahasa Indonesia. Kalangan milenial kerap menggunakan bahasa gaul dan bahasa asing yang sedang trend. Hal ini tentunya bukan merupakan hal yang salah. Namun, sebagai generasi milenial bangsa Indonesia, sudah sepatutnya dan seharusnya untuk melestarikan bahasa Indonesia.
  4. Menggunakan produk dalam negeri. Di masa sekarang ini, produk import semakin tak terbendung. Namun, di tengah banjirnya produk dari luar negeri, kalangan milenial harus mampu peduli dan bangga dengan produk – produk dari dalam negeri.
  5. Menjaga kebersihan lingkungan, melakukan penghijauan, dan mengolah sampah dengan bijak. Walaupun tampak sepele, hal tersebut merupakan hal yang sangat penting. Jika kalangan milenial mampu menjaga kebersihan lingkungan, melakukan penghijauan, dan mengolah sampah dengan bijak, maka kesehatan masyarakat Indonesia lebih terjamin dan terhindar dari penyakit.
Nicole Felice