I Love You God

Oleh: Dr. Ramot Peter, S.Pd., M.Th (D4534)

Setiap manusia pasti memiliki rasa menyayangi baik terhadap sesama maupun harta benda. Dalam satu keluarga, seorang anak menyayangi orangtua, sebaliknya orangtua menyayangi anak. Saudara sekandung tentu juga ada rasa saling menyayangi. Menyayangi sesama dimulai dari keluarga inti. Seorang bapak tentu lebih dulu menyayangi istrinya. Setelah memiliki keturunan, sayangnya bapak terbagi juga kepada anak-anak. Dengan kata lain, seorang bapak kasih sayangnya terarah pada istri dan anak-anak sehingga selalu menjaga orang-orang yang disayanginya.

Demikian pula dengan harta benda yang dimiliki tentu ada rasa sayang. Terhadap barang yang disayangi, misalnya kendaraan bermotor atau rumah, seseorang akan selalu menjaga dan merawatnya agar tidak rusak ataupun hilang. Ada yang menunjukkan rasa sayang berlebihan sehingga jika rusak atau hilang maka akan mengalami gangguan dalam dirinya. Bahkan, ada yang mengalami depresi ketika kehilangan kendaraan bermotor yang disayanginya atau kehilangan binatang yang disayanginya.

Kehilangan orang yang disayangi dapat mengganggu mental seseorang yang ditinggalkan. Ada banyak yang mengalami sedih berkepanjangan sehingga kehilangan pengharapan dalam menjalani kehidupan. Kehilangan harta benda yang diperoleh dengan susah payah tentu akan membuat sesseorang yang memilikinya akan mengalami tekanan berat dalam hidupnya. Sangat sulit melepaskan rasa kehilangan seseorang ataupun harta benda yang disayangi.

Mari belajar dari Daud, yaitu seorang raja yang menjadikan Tuhan sebagai bagian terbaik dalam hidupnya dan menjadikan Tuhan sebagai harta kesayangannya. Daud menyatakan bahwa tidak ada yang diingininya di bumi selain Tuhan. Manusia pada umumnya, pilihan hidupnya sering kali bukanlah Tuhan. Nabi Yeremia dalam kitab Ratapan menyatakan kebanggaannya dan bagian hidupnya hanya Tuhan, di luar Tuhan tidak ada pengharapan. Kesalahan manusia adalah menginginkan sesuatu hal yang fana lebih dibandingkan Tuhan. Manusia sering tidak menyadari  bahwa segala sesuatu yang dimiliki selama hidup di dunia ini tidak ada yang abadi. Artinya, semua yang bisa kita raih dan miliki di dunia yang fana ini,  harus kita lepaskan satu hari nanti karena semua fana adanya.

Pilihan hidup kita sering kali bukanlah Tuhan, tetapi semua keinginan hati yang kita pikir bisa memuaskan kita, saat kita mampu meraihnya. Nabi Yeremia dalam kitab Ratapan menyatakan kebanggannya bahwa Tuhanlah yang menjadi bagian hidupnya maka ia bisa berharap, dan ini berarti di luar Dia tidak ada pengharapan! Kesalahan manusia adalah menginginkan apa yang fana lebih dibandingkan Tuhan, lebih suka mengutamakan dirinya dibanding menyukakan hatiNya Tuhan, kemauannya sendiri dibanding kehendak Tuhan, dan menjadi lupa bahwa semua yang bisa kita raih harus kita lepaskan satu hari nanti, karena semua fana adanya.

Jadi, menyayangi segala sesuatu selain Tuhan akan dihadapkan dengan apa yang Yesus nyatakan, yaitu: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Markus 8:36-37)  “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1Yohanes 2:15-17) Dunia sedang lenyap dengan segala keinginannya, tetapi ketika kita menjadikan Yesus Tuhan sebagai segalanya dalam hidup ini, sampai tidak dapat terpisahkan lagi denganNya, maka kita pun akan bersama-sama denganNya sampai selama-lamanya dalam kekekalan sorgaNya. Mulailah dari sekarang menyatakan bahwa “I Love You God” yang berarti aku menyayangi Tuhan melebihi dari segala sesuatu yang Tuhan letakkan dalam genggaman tanganku.

Dr. Ramot Peter, S.Pd., M.Th