Time Is Money?

Oleh: Linda Mutiara Lumban Tobing

Ada seorang Ayah yang hari-harinya sibuk bekerja. Sangkin sibuknya, ia sering larut malam pulang ke rumah. Hari-harinya dilalui dengan bekerja sehingga tidak memiliki waktu lagi dengan anaknya. Bahkan untuk berkomunikasi pun jarang sekali, apalagi untuk bermain.

Sangkin rindunya kepada sang Ayah, si Anak terjaga dan tidak tertidur menunggu ayahnya pulang kerja. Sesampainya dirumah, sang Ayah mendapati anaknya yang berusia 8 tahun, sudah menunggunya di depan pintu rumah.”Kok belum tidur?” sapa sang Ayah kepada anaknya.

Biasanya si anak sudah lelap ketika ia pulang kerja, dan baru bangun ketika ia akan bersiap berangkat ke kantor di pagi hari.”Aku menunggu Ayah pulang , karena aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?””Lho,tumben, kok nanya gaji Ayah segala? Kamu mau minta uang lagi ya?””Ah, nggak Yah, aku sekedar pengen tahu aja…””Oke, kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp.400.000. setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji Ayah satu bulan berapa, hayo?!”Si anak kemudian berlari mengambil kertas dari meja belajar sementara Ayahnya melepas sepatu dan mengambil minuman.

Ketika sang Ayah ke kamar untuk berganti pakaian, sang anak mengikutinya. “Jadi kalau satu hari Ayah dibayar Rp 400.000 untuk 10 jam, berarti satu jam Ayah digaji Rp 40.000 dong!” ”Kamu pinter, sekarang tidur ya..sudah malam!” Tapi sang anak tidak mau beranjak.”Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 10.000 nggak?” ”Sudah malam nak, buat apa minta uang malam-malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu tidur, ”Tapi papa…” ”Sudah…, sekarang tidurlah, Ayah capek sekali.” Suara sang Ayah mulai meninggi. Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya.

Sang Ayah tampak menyesali ucapannya. Tak lama kemudian, ia menghampiri anaknya di kamar. Anak itu sedang-terisak-isak sambil memegang uang Rp 30.000. Sambil mengelus kepala sang anak, Ayahna berkata”Maafin Ayah ya! Oh ya, kenapa kamu meminta uang malam-malam begini? Besok kan masih bisa. Jangankan Rp.10.000, lebih dari itu juga boleh. Kamu mau pakai buat beli mainan khan?….” “Ayah, aku ngga minta uang. Aku pinjam…nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajanku.””Iya..iya..tapi buat apa?” tanya sang Ayah.”

Aku menunggu Ayah pulang hari ini dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Satu jam saja Yah, aku mohon. Mama sering bilang, kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi aku mau beli waktu Ayah. Aku buka tabunganku, tapi cuma ada uang Rp 30.000. Tapi Ayah bilang, untuk satu jam Ayah dibayar Rp 40.000.Karena uang tabunganku hanya Rp.30.000, dan itu tidak cukup, aku mau pinjam Rp 10.000 dari Ayah. ”Sang Ayah cuma terdiam.”

Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk erat anak kecil itu sambil menangis. Ia segera merangkul sang anak dan dan minta maaf. ”Maafkan Ayah sayang, ujar sang Ayah.” Ayah lupa untuk apa Ayah bekerja keras. Ayah terlalu sibuk dengan urusan kantor sehingga tidak punya waktu untuk mu. Uang sudah membuat Ayah tidak memiliki waktu bermain dengan mu. Maafkan Ayah ya.

Kita sering mendengar orang berkata, time is money (waktu adalah uang). Tetapi apakah benar uang dapat mengembalikan waktu? Apakah benar uang dapat membeli nikmatnya makanan? Apakah benar uang dapat membeli nyenyaknya tidur? Time is money but money can’t replace time. Uang tak dapat mengembalikan waktu. Uang tak dapat membeli nyenyaknya tidur. Uang tak dapat membeli nikmatnya makanan  dan uang tak dapat membeli kebahagiaan apalagi mengembalikan waktu.

Tentunya semua orang membutuhkan uang. Uang dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti membeli makanan, pakaian, obat, menyekolahkan anak-anak, membeli kendaraan motor atau mobil untuk transportasi, dan lain sebagainya. Uang memang penting dan semua orang memerlukannya, tetapi uang tidak pernah menjadi lebih penting daripada hidup kita. Uang adalah sebagai sarana untuk mencapai suatu tujuan, tetapi bukan tujuan itu sendiri. Saat seseorang memiliki pandangan yang benar terhadap uang, maka ia bisa lebih merasa puas.

Alkitab mengajarkan, ”Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari imandan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka (1 Timotius 6:10). Alkitab juga mengajarkan, “Jangan berjerih lelah untuk memperoleh kekayaan.” (Amsal 23:4). ”Orang yang percaya akan kekayaannya, ia sendiri akan jatuh.” (​Amsal 11:28).

Alkitab tidak mengatakan uang itu salah atau mengkritik mereka yang punya uang, bahkan yang punya banyak uang. Masalahnya bukan jumlah uang yang dimiliki seseorang tetapi  sikapnya terhadap apa yang dimiliki atau diingininya. 

Cinta akan uang itu yang berbahaya, bukan uang itu sendiri. Keinginan yang berlebihan akan uang bisa menyebabkan perpecahan dalam keluarga, teman bahkan dalam persekutuan gereja.

Uang dapat dikumpulkan dan menjadi tujuan utama Yudas Iskariot ketika melayani bersama Yesus tetapi uang tidak dapat membuatnya bahagia (Matius 27:3, Yohanes 12:6) malah Yudas Iskariot kehilangan nyawanya oleh karena uang (Matius 27:5). 

Sebagai orang percaya (beriman), kita harus hati-hati terhadap uang dan kekayaan. Uang dan kekayaan dapat merubah watak seseorang, uang dan kekayaan dapat dijadikan illah menggantikan Allah sumber segala perkara, uang dan kekayaan dapat dijadikan tujuan hidupnya, uang dan kekayaan telah menghambat harta rohaninya. 

Karena itu, janganlah biarkan cinta akan uang berakar dalam hati kita. Milikilah pandangan yang seimbang tentang uang dengan selalu menganggap Tuhan, keluarga, teman, dan kesehatan jauh lebih penting daripada uang. Dengan melakukannya, kita akan memiliki pandangan yang benar tentang uang. Jangan menjadi hamba uang sehingga kita kehilangan segalanya.

Referensi:
Sholihin’s. 2014. Bolehkah Aku Membeli Waktu Papa 1 Jam Saja? (Sebuah Renungan) https://sholihin.staff.uns.ac.id/2014/01/09/bolehkah-aku-membeli-waktu-papa-1-jam-saja-sebuah-renungan/

Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)

Linda Mutiara Lumban Tobing