Sumpah Pemuda: Sebuah Imajinasi yang Mempersatukan Bangsa

Oleh: Steven Sumadi | PPTI 11 | 2502040404

Pada tahun 1928, tepatnya tanggal 28 Oktober, sebuah ikrar dikumandangkan oleh para pemuda yang dinamai sebagai “Ikrar Pemuda” dan kemudian disebut dan dikenal sebagai “Sumpah Pemuda”. Ikrar ini lahir pada sebuah kongres pemuda, tepatnya kongres pemuda kedua di sebuah asrama pelajar milik peranakan cina Bernama Sie Kok Liang. Imajinasi para pemuda ini juga yang menjadi kekuatan dasar untuk merebut kemerdekaan negara Indonesia, 17 tahun setelah pertama kali digemakan dan 31 tahun kemudian diakui sebagai hari nasional melalui Keppres No. 316 Tahun 1959, tanggal 16 Desember 1959. Kini, setiap tahunnya negara Indonesia terus memperingati tanggal tersebut sebagai tonggak awal bersatunya para pemuda nusantara yang akhirnya melahirkan sebuah negara, negara yang bernama Indonesia.

Berdasarkan sejarah, Sumpah Pemuda sebenarnya merupakan peleburan ego primordialisme pemuda pada masa penjajahan untuk bersatu melawan imperialisme. Yang mana apabila Indonesia masih terkotak-kotakan oleh berbagai macam perbedaan seperti ras, suku, budaya, agama dan bahasa, bagaimana bisa bangsa yang besar ini menunjukkan kekuatan aslinya untuk mengusir para penjajah. Begitu luar biasa jika dibayangkan, bagaimana pada era penjajahan tersebut, masa dimana segala sesuatunya masih terbatas dan dibatasi, masa dimana secarik informasi begitu sangat didambakan, para pemuda-pemudi Indonesia mampu meramu dan mengimajinasikan sebuah konsep bangsa yang besar, sebuah bangsa yang terdiri dari beragam latar pembeda namun disatukan oleh nasib seperjuangan dan rasa ingin bebas dari kolonialisme.

Sumpah Pemuda bukan hanya sekadar rangkaian kalimat sederhana yang lemah dan tidak berarti. Maknanya tak lekang walau sudah termakan usia. “Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia” menggambarkan bagaimana pemuda-pemudi Indonesia bersungguh-sungguh memperjuangkan kemerdekaan di masa lampau hingga titik darah penghabisan dan bagaimana perjuangan itu diteruskan hingga kini dalam bentuk karya-karya anak bangsa. “Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia” menegaskan, bahwa latar pembeda yang dimiliki tidak menjadi halangan untuk berdirinya sebuah bangsa yang kemudian diakui sebagai sebuah identitas, yakni bangsa Indonesia, di mana rasa toleransi dipupuk demi tercapainya tujuan tersebut. “Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” menyatakan sebuah bahasa persatuan, yang terus dijunjung tinggi, dijaga dan dilestarikan, demi menyatukan segala perbedaan yang dapat menghambat bersatunya masyarakat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Sumpah Pemuda memiliki jasa yang besar bagi bangsa ini. Berangkat dari sebuah imajinasi liar dan berakhir sebagai tonggak awal yang menjadi cikal bakal berdirinya sebuah bangsa besar, Indonesia serta menjadi dasar bagi persatuan rakyatnya. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, kita harus bangga dan terus memaknai Sumpah Pemuda bukan hanya sebagai hari nasional dan hanya sebatas kalimat-kalimat sederhana, namun diresapi dalam kehidupan sehari-hari, demi Indonesia yang lebih baik.

Steven Sumadi