Mengapa Harus Kuatir?
Oleh :Linda Mutiara Lumban Tobing
Siapakah di antara kita yang sama sekali tidak kuatir akan hidupnya? Rata-rata orang akan menjawab, pernah kuatir bahkan sering kuatir akan hidupnya. Misalnya, kuatir akan kesehatannya, kuatir akan studinya, kuatir akan pasangan hidupnya, kuatir bagaimana masa depannya, bagaimana ekonomi ke depannya, dan lain sebagainya.
Kekuatiran hadir pertama sekali dalam kehidupan manusia sebagai akibat dari dosa. Kekuatiran merupakan dampak dari kejatuhan manusia (Adam dan Hawa) dalam dosa. Akibatnya, dosa menjalar dan menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia, termasuk ratio, kehendak, emosi, hati nurani dan keberadaannya secara menyeluruh. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa (Roma 5:12).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari kata kuatir, adalah takut, gelisah, cemas terhadap sesuatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Kekuatiran adalah sikap berpikir berlebihan atau terlalu cemas tentang suatu masalah atau situasi. Kekuatiran biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman dan kecemasan berlebihan. Hal ini bisa berdampak kepada kesehatan jasmani, seperti: tidak bisa tidur (tidak nyenyak), gugup, gelisah, sakit kepala, keringat berlebihan, sulit bernafas, gangguan pencernaan, dan lain sebagainya. Tidak hanya kesehatan jasamani, kekuatiran juga dapat berdampak kepada kesehatan mental, seperti stress, depresi dan gangguan mental lainnya.
Itulah sebabnya, Tuhan Yesus dalam pengajarannya berkata: “Jangan Kuatir. “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai (Matius 6:25). Kekuatiran tidak dapat menambah sehasta dalam hidup ini. “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” (Matius 6:27).
Orang yang kuatir adalah orang yang meragukan penyertaan Tuhan dalam hidupnya dan orang yang kuatir adalah orang belum mengenal benar siapa Allah itu dan bagaimana kuasa-Nya. Mengapa kita harus ragu dan kuatir padahal Tuhan dipihak kita. Mengapa kita harus kuatir, apakah Tuhan kita kurang baik dan kurang memperhatikan kita?
Tuhan Yesus mengingatkan dan mengajarkan kita untuk tidak perlu kuatir tentang hidup ini, tentang apa yang kita makan dan minum serta tidak perlu kuatir akan masa depan kita. ”Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (Matius 6:25-25).
Kekuatiran tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah kita. Kekuatiran itu tidak berguna. Kekuatiran tidak membantu kesulitan hari esok, tetapi benar-benar merusakkan kebahagiaan hari ini. Semakin kita kuatir maka semakin sulit dan berat kehidupan yang kita jalani. Karena itu jangan pernah membiarkan kekuatiran mengarahkan hidup kita. Tetapi nyatakanlah kekuatiran itu dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi 4:6).
Percayalah dan berserah kepada Tuhan. Carilah kerajaan Allah maka semuanya akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33). Tuhan Yesus selalu ada di balik semua kekuatiran dan perjuangan kita. Dia tidak pernah meninggalkan kita. Karena itu, jangan kuatir!