Toleransi Beragama dan Keberagaman di Asrama Penabur Learning Center

Oleh: Joseph Arthur Koo (SMAK Penabur Gading Serpong)
Dari seluruh BPK Penabur yang ada di Indonesia, hanya ada satu Penabur yang memiliki asrama, yaitu BPK Penabur Gading Serpong. Asrama tersebut didirikan untuk tempat tinggal siswa siswi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka datang untuk menimba ilmu, yang mungkin tidak bisa didapatkan di daerahnya masing-masing.
Asrama sempat ditutup dua tahun karena pandemi. Siswa siswinya dipulangkan kembali ke daerah asal dan belajar secara daring. Pandemi mengubah banyak hal, namun ada satu hal yang tidak berubah, yaitu semangat berjuang dan keyakinan mereka untuk masa depan yang lebih baik.
Saat ini saya duduk di kelas dua belas, merupakan salah satu siswa yang tinggal di asrama. Saya merupakan siswa yang berasal dari daerah terdekat, yaitu Depok, Jawa Barat. Siswa siswi lainnya ada yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Asrama kami dikenal sebagai Penabur Learning Center (PLC) Penabur Learning Center merupakan bangunan baru delapan lantai yang baru selesai dibangun saat pandemi. Bangunan ini terdiri dari asrama putra dan putri terpisah yang terdiri kamar-kamar, kamar mandi bersama, ruang makan, dapur, ruang belajar, ruang rapat, dan ruang rekreasi. Untuk setiap kamar, berisi dua siswa. Dua tahun sebelumnya, asrama berupa bangunan rumah tinggal sederhana yang berlokasi di belakang sekolah BPK Penabur Gading Serpong.
Di PLC, selain siswa siswi, ada Bapak dan Ibu Asrama, satpam, dan terkadang ada beberapa guru dari luar kota yang menginap semalam atau lebih. Penabur Learning Center juga berfungsi sebagai tempat pelatihan atau rapat guru-guru Penabur dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu para alumni Penabur kadang-kadang juga mampir berkunjung ke PLC.
Di asrama, kami biasanya bangun jam 4.30 pagi. Kami membantu Ibu asrama menyiapkan bekal sarapan, lalu mandi, dan bersiap-siap berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Dari PLC ke sekolah berjarak sekitar 1 km, ditempuh kira-kira dalam waktu 15 menit. Kami berangkat bersama-sama, tetapi pulang tidak bersama-sama karena jadwal pulang sekolah yang berbeda antara kelas 10,11,dan 12.
Tahun ini saya bertugas sebagai ketua asrama, bertanggung jawab atas adik-adik kelas saya di kelas 11 dan kelas 10 yang baru bergabung. Tanggung jawab saya antara lain yaitu memilih wakil ketua, sekretaris dan bendahara, serta memilih dan membimbing ketua untuk beberapa program rutin asrama. Saya juga harus mengecek kelancaran program kegiatan rutin asrama.
Yang dimaksud dengan program kegiatan rutin asrama ialah program-program di luar kegiatan sekolah seperti misalnya mengunjungi panti asuhan dan panti werdha. Di panti asuhan kami bisa berbagi ilmu, cerita, dan memberikan semangat kepada anak-anak di sana. Di panti werdha kami bermain musik, menyanyi, serta menghibur para lansia.
Program lainnya yaitu penghijauan asrama. Kami menanam berbagai tanaman yang bermanfaat untuk pelengkap bumbu masak seperti salam, pandan, suji, dll. Terkadang kami juga mengadakan acara memasak bersama berbagai makanan khas daerah kami masing-masing. Tujuannya supaya kami dapat saling mengenal dan memasak makanan khas dari berbagai daerah di Indonesia. Pernah juga acara memasak gagal, namun kami tetap bersemangat untuk memasak menu-menu lainnya.
Kemudian ada acara bersih-bersih asrama, yang kami lakukan setiap bulan sekali. Dimulai dari membersihkan kamar masing-masing, kamar mandi, ruang makan, dan juga taman. Sebenarnya setiap hari kami juga menyiapkan bekal sendiri, mencuci peralatan makan, piring, gelas, dan membereskan kamar sendiri-sendiri. Namun setiap bulan sekali kami melakukan bersih-bersih secara menyeluruh supaya tidak ada kecoa atau tikus yang bersarang di asrama.
Di tengah kesibukan kami juga menyempatkan diri di waktu senggang untuk berolahraga bersama, biasanya pada hari Sabtu atau Minggu pagi. Olahraga favorit yaitu lari pagi, basket, dan sepak bola.
Selain itu kami juga mengadakan acara kebersamaan yang diisi dengan bermain musik, bernyanyi, dan berdoa sesuai ajaran agama masing-masing. Di antara kami ada yang dari suku Jawa, Sunda, Batak, Nias Lampung, Makassar, dan Banjar. Ada yang beragama Kristen, Katolik, Islam, dan Buddha. Karena berasal dari berbagai suku dan memiliki keyakinan yang berbeda-beda, acara ini sangat membantu untuk mengenal keanekaragaman di antara kami.
Apakah kami selalu serukun itu? Bersama-sama dengan orang lain yang memiliki adat kebiasaan berbeda setiap hari dari bangun tidur hingga malam hari, tentu tidak mudah. Terkadang ada perselisihan juga. Diperlukan toleransi yang amat besar di sini. Kami berusaha keras untuk tidak egois, saling membantu dan saling menghormati satu sama lain. Kami senantiasa terus belajar memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Kami selalu mengingatkan diri sendiri bahwa kami harus berjuang bersama-sama karena apa yang kami hadapi di masa depan tidaklah mudah. Dunia terus berubah, tantangan di masa depan semakin besar. Dalam dua tahun terakhir ini saja ibaratnya kemerdekaan kita telah terampas oleh pandemi, dan saat ini kita berjuang lagi menghadapi keterpurukan ekonomi. Pesan guru kami ingat selalu bahwa dahulu memang kita berkompetisi, namun di masa depan kerja sama jauh lebih penting. Hanya dengan kerja sama yang baik kita dapat menghadapi masa-masa sulit. Tujuh puluh tujuh tahun yang lalu kita yang sudah melalui banyak pengorbanan barulah bisa memproklamasikan kemerdekaan, jangan sampai kita terpecah belah lagi hanya karena ego masing-masing. Prioritas kita saat ini adalah bekerja sama membangun bangsa dan hingga pada saatnya nanti di tahun 2045 kita dapat mewujudkan cita-cita Indonesia emas.