Pintar Saja Tidak Cukup, Mahasiswa Binus Harus Berintegritas!
Oleh: Linda Mutiara Lumban Tobing
Pada jaman sekarang, teknologi semakin hari semakin berkembang pesat. Perkembangan teknologi yang ada merupakan bukti bahwa dunia ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan berinovasi dengan pesat. Dengan terus berevolusinya teknologi, semakin memudahkan kita dalam mengakses berbagai informasi dan memudahkan pekerjaan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti: teknologi informasi dan komunikasi smartphone dan penggunaan internet. Dengan semakin canggihnya teknologi maka segala sesuatu dapat diselesaikan dengan cara-cara yang praktis.
Tetapi kemudahan-kemudahan tersebut justru menyebabkan manusia semakin hari semakin tidak bertanggung jawab. Hal ini dapat dilihat dari budaya copy-paste yang sering terjadi di kalangan mahasiswa. Dengan bangganya mereka mengatakan bahwa karya copy-paste mereka sebagai karya “orisinil”. Namun begitu pertanggungjawaban diminta, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak mengerti apa yang telah mereka tulis karena karya tersebut tidak mengakar di dalam pikiran mereka.
Walaupun pendidikan kuliah merupakan tingkat tertinggi dalam dunia pendidikan, tetapi kecurangan masih lazim terjadi, seperti melakukan trik-trik ‘kancil’ yang dikenal Titip Absen (TA) atau membantu teman untuk melakukan TA. Ketidak jujuran dalam kuliah secara online (zoom), misalnya mematikan kamera zoom dengan alasan sinyal jelek, kuota tinggal sedikit, oncam sangat mempengaruhi sinyal alias zoom menjadi mati hidup. Tetapi ketika namanya dipanggil 5x… Ferdi, Ferdi Ferdi, Ferdi, Ferdi … tetapi nama tersebut tidak menyahut.
Bukan hanya itu, uang SKS yang diminta dari orang tua bisa juga dijadikan ajang pengembangan bakat korupsi kecil-kecilan di masa ini. Karena itu tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa mahasiswa atau mungkin Anda sendiri pernah melakukan salah satunya, atau salah duanya, atau bahkan semuanya. Nampaknya perilaku-perilaku yang sudah disebutkan tadi merupakan hal yang ‘sepele’, bukan? Tetapi tahukah Anda bahwa hal itu sangat berpengaruh kepada karakter diri yang terbentuk? Benar, perilaku tersebut menunjukkan bahwa seseorang memiliki integritas yang rendah. Bahkan bisa dikatakan tidak memiliki integritas.
Kata integritas berasal dari Bahasa Latin yaitu “Integre” yang memiliki arti lengkap atau utuh. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga potensi dan kemampuan yang dimiliki memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Kesatuan yang utuh di sini adalah kesamaan antara pikiran, hati, dan tindakan. Orang yang berintegritas adalah orang yang sama ketika sedang sendirian dan ketika berada di khalayak ramai. Tidak ada perbedaan, baik dari sifat maupun karakternya ketika ditempatkan di keadaan apapun.
Pintar saja tidak cukup. Mahasiswa Binus harus berintegritas! Karena pada integritas ada Tuhan di dalamnya. Bagi orang beriman, integritas merupakan hal yang sepaket dengan kehidupan rohaninya. Integritas menjadi gambaran hidup orang yang percaya (beriman), yang tercermin dari sikap sehari-harinya, entah saat berada di tempat umum maupun saat sendirian. Tentulah orang yang berintegritas mempunyai hubungan atau pergaulan yang intim dengan Tuhan.
Lalu, bagaimana caranya kita bisa menjadi pribadi yang berintegritas? Mari belajar dari Nuh, Yusuf, Daniel, Ayub dan lainnya yang menjunjung tinggi nilai integritas dalam kehidupan mereka.
Yusuf menolak diajak berzinah oleh istri majikannya dan memilih lari, bahkan menerima risiko difitnah dan dipenjara. Hal ini karena Yusuf memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan. Berkat integritas yang diterimanya, Yusuf dipercaya tuannya untuk mengurus rumah dan asetnya.
Daniel diberi fasilitas untuk menikmati santapan raja dan minum anggur, tetapi dia menetapkan hati untuk tidak menajiskan dirinya dengan hanya makan sayur dan minum air putih. Daniel melakukan apa yang menjadi ketetapan hatinya. Dia bukan hanya sekedar berbicara, tetapi juga konsisten melakukan apa yang dikatakannya. Daniel memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan.
Dia tidak menajiskan dirinya sampai akhir. Ketetapan hati Daniel (berkat integritas) tidak membuatnya menjadi kurus, tetapi justru semakin segar. Bahkan dikatakan Daniel memiliki kecerdasan 10 kali lebih baik dari yang lainnya.
Ayub kehilangan harta. Isteri dan anak-anaknya serta sahabat-sahabatnya pergi meninggalkannya. Kata-kata isterinya kepadanya, “masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” Tetapi Ayub tidak tergoda. Ayub tidak meninggalkan Tuhan. Ayub sangat mengasihi Allah. Berkat integritasnya, Tuhan mengembalikan harta-hartanya. Ayub kembali mendapatkan isteri dan anak-anak serta penyakitnya disembuhkan oleh Tuhan.
Menjaga integritas bukanlah hal yang mudah. Ada banyak kelemahan, bahkan dosa yang akan menghalanginya. Tetapi janganlah itu menjadi alasan untuk kita kehilangan integritas. Integritas hanya dimiliki bagi orang yang mempunyai hubungan yang erat dengan Tuhan melalui doa, ibadah dan rasa syukur. Karena pada integritas, ada Tuhan di dalamnya. Rasa hormat kepada Tuhanlah yang dapat membuat seseorang jauh dari kebohongan, penipuan, kejahatan dan dari kecurangan. Rasa hormat kepada Tuhanlah (integritas) yang pada akhirnya membuat Yusuf, Daniel dan Ayub menerima kesuksesan. Karena itu, milikilah integritas dan nikmatilah berkat integritas!
Referensi:
Wikepedia Enklopedia Bebas, Integritas, 24 Februari 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Integritas