Makna Tanggung Jawab

0leh: Simon Mangatur Tampubolon, S.Th.,S.Pdk.,M.A

Tanggung jawab dalam bahasa Inggris adalah “responsibility” jika diurai adalah “response – ability”. Dalam bahasa Indonesia Response artinya adalah :  jawaban, balasan ; tanggapan, reaksi. Sedangkan ability artinya adalah : kecakapan, bakat, kemampuan ; ketangkasan, kesanggupan.

Bila ditelusuri lagi responsibility berasal dari dua akar kata bahasa latin: responsum, yang berarti “suatu jawaban, balasan” dan spondere, yang berarti “berjanji”. Jadi ide dari pertanggungjawaban adalah memberikan tanggapan seperti yang telah dijanjikan. Pribadi yang bertanggung jawab memperoleh kepercayaan dan dipercayakan memikul tanggung jawab yang lebih besar, sewaktu mereka menepati janji.

Thomas Lickona (2012) menempatkan tanggung jawab sebagai bagian dari dua nilai utama, yaitu rasa hormat dan tanggung jawab. Lebih jauh menurut Lickona, tanggung jawab merupakan bentuk implementasi dari rasa hormat, sehingga ketika kita  menghargai atau menghormati seseorang, berarti kita merasakan sebuah nilai atau ukuran dari rasa tanggung jawab kita untuk menghormati kesejahteraan hidup mereka.

Orientasi dari tanggung jawab adalah orang lain, yang membutuhkan respon dan jawaban dari kita. Di sini keberadaan atau eksistensi seseorang ada dalam konteks relasi dengan orang lain, artinya kita ada ketika kita menunjukkan tanggung jawab kepada sesama kita.

Sebagai contoh, keberadaan seorang ayah bagi keluarganya bukan sekedar ada secara fisik, tetapi ada karena tanggung jawab yang dijalankan oleh seorang ayah. Berapa banyak anak-anak yang tidak merasakan keberadaan ayah, bukan karena ayah itu tidak hadir secara fisik, namun karena ayah tidak menjalankan fungsi dan tanggung jawab yang seharusnya.

Namun tentunya tidaklah cukup dan memadai, bila tanggung jawab itu hanya dalam konteks relasi dengan manusia. Tanggung jawab terbesar ada dalam konteks relasi manusia dengan Tuhan, Sang Pencipta. Dalam kisah Adam-Hawa, Kain-Habel, kita mendapati bahwa tanggung jawab pertama dan utama harus diletakkan pada relasi kita dengan Allah, karena Dialah yang menciptakan kita dan meletakkan pribadi, mahluk dan benda lainnya disekitar kita.

Hukum emas dalam Alkitab, mengatakan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Matius 22:36-40)

Tanggung jawab yang diwujudkan dalam kasih pertama harus ditujukan kepada Allah dengan ukuran segenap, dan kemudian kasih kepada Allah itu diwujudkan juga dalam kasih kepada sesama, sehingga dikatakan “hukum kedua, yang sama dengan itu.” Tanggung jawab yang diwujudkan dalam kasih kepada Allah menjadi sumber tanggung jawab dalam kasih kepada sesama manusia.

Dalam hal kasih kepada sesama ini dikemudian hari Yesus berkata: Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. (Yoh. 13:34) Hal ini menegaskan bahwa Kasih Allah yang dianugrahkan kepada kita akan mengubahkan kita menjadi pribadi yang mengasihi Allah dengan segenap dan mengasihi sesama sebagaimana Allah mengasihi kita.

Simon Mangatur Tampubolon, S.Th.,S.Pdk.,M.A