John Dewey dan Pendidikan Progresif

Oleh: Dika Sri Pandanari, S.Fil., M.Sos.

“Pendidikan adalah proses sosial; pendidikan adalah pertumbuhan; pendidikan bukanlah
persiapan untuk hidup tetapi adalah kehidupan itu sendiri.”

John Dewey merupakan seorang filsuf pendidikan yang mengusulkan konsep pendidikan progresif dalam bukunya yang berjudul Experience and Education (1938). Pendidikan progresif merupakan jawaban alternatif dalam menghadapi pendidikan tradisional yang kian mendapat kritik, terutama karena sifat sentralistis dan bakunya. Bagi Dewey pendidikan merupakan aktivitas manusia dalam merangsang kemampuan pribadinya. Kemampuan ini umumnya ditemukan dalam memahami atau melakukan suatu hal. Karenanya pendidikan perlu melibatkan tidak hanya pengetahuan parsial melainkan juga pengalaman langsung. Menjadi seorang peserta didik atau murid bukan berarti bahwa seseorang perlu memahami apa yang harus diketahui melainkan juga mengalami apa yang mungkin dialami.

Pendidikan ialah proses pembangunan kemampuan dasar manusia. Seseorang belajar untuk menirukan suara, mengenal warna, atau memahami arti dari gambar-gambar tertentu melalui proses pendidikan. Secara fundamental kondisi intelektual dan emosional manusia dapat terarah karena sistem pendidikan yang ditempuh. Pendidikan baik melalui transfer pengetahuan dari orang tua maupun dari tenaga pendidik mampu membuat seseorang memahami dirinya maupun alam di sekitarnya. Usaha pendidikan dengan kata lain merupakan upaya untuk mengentaskan manusia dari ketidaktahuan, ialah kondisi yang menyebabkan manusia dapat merusak diri atau sekitarnya. Filsafat selanjutnya menjadi puncak dari pendidikan di mana seseorang bukan hanya belajar untuk mengetahui cara atau alasan atas hal-hal yang diperlukannya melainkan juga untuk melihat kondisi secara luas serta memahami dasar dari pengadaan kehidupan. Pendidikan juga membutuhkan filsafat, di mana tanpa filsafat pendidikan akan menjadi tanda landasan serta tujuan. Di sisi lain tanpa pendidikan, filsafat menjadi perihal yang sulit untuk diwariskan.

Terdapat sebuah konsep mengenai innate knowledge di mana manusia dipercaya memiliki pengetahuan semenjak ia lahir. Namun pengetahuan ini tidak dapat diproses sebagai sebuah pengertian tanpa adanya pengalaman dan proses pendidikan. Konsep inilah yang selanjutnya digunakan dalam pendidikan modern di mana tugas pengajar bukan lagi untuk menekankan pengetahuan sebagai yang harus diterima melainkan menjadi teman belajar yang dapat merangsang innate knowledge seorang peserta didik. Keaktifan peserta didik menjadi penting dalam pendidikan progresif karena pengalaman akan merangsang innate knowledge secara maksimal. Dewey mengandaikan pendidikan dalam proses transfer pengetahuan berskala anak-anak dan sosial. Dalam Children Centered, seseorang diajak untuk mengembangkan pengenalan atas diri dan sekitarnya. Seluruh proses pengetahuan diarahkan pada
pengembangan diri sehingga seseorang dapat memahami potensi dirinya. Sementara itu Social Centered masyarakat mengarahkan seseorang untuk memahami bahwa ia merupakan bagian dari sekumpulan individu lain sehingga ia perlu memahami dinamika komunikasi antar manusia-alam sehingga seseorang tersebut mampu memahami posisi dirinya di tengah entitas yang lain.

Dika Sri Pandanari, S.Fil., M.Sos