HP dan Roh Kudus
Oleh: Arcadius Benawa
Waktu saya jemput istri ke pangkalan bis, saya mengendarai sepeda motor. Dalam perjalanan hampir setiap orang yang saya jumpai selalu sedang asyik dengan HPnya, entah ia pedagang ketoprak, pedagang sayur yang pakai gerobak dorong, ibu-ibu yang jualan gorengan. Nyaris semua sedang asyik dengan HP-nya. Dalam hati saya berpikir, “Ah, seandainya nasib Roh Kudus itu seperti HP, tentulah Roh Kudus akan digandrungi oleh setiap orang sehingga orang hidup sedemikian tergantung pada Roh Kudus. Sayangnya yang terjadi tidaklah demikian. HP memang memberi informasi entah melalui percakapan dalam WA atau melalui telepon, atau melalui facebook di dalamnya, dlsb. Namun seperti kita semua tahu bahwa ujaran dan info di dalam HP itu tidak selalu mencerahkan, bahkan kerap malah bikin bingung atau panik. Sementara kalau Roh Kudus selalu memberi tuntutnan pada kebaikan dan kebenaran yang mencerahkan. Sebab seperti kata Santo Paulus, buah-buah Roh seperti tertulis dalam Galatia 5: 22-23 adar sembilan, yakni: Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera, Kesabaran, Kemurahan hati, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemah-lembutan, dan Penguasaan Diri. Luar biasa, bukan?
Namun sayangnya, kebanyakan dari kita kurang setia pada Roh Kudus, tetapi lebih setia kepada HP. Roh Kudus mudah dilupakan, sementara HP jangan sampai dilupakan. Bahkan ketinggalan HP sudah dianggap kecelakaan. Seolah orang zaman now sudah tidak bisa hidup tanpa HP. Bayangkan kalau hal itu dikenakan pada Roh Kudus. Orang tidak bisa hidup tanpa Roh Kudus. Betapa kita akan diliputi oleh Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera, Kesabaran, Kemurahan hati, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemah-lembutan, dan Penguasaan Diri. Namun karena kebanyakan kita tidak tergantung pada Roh Kudus tetapi pada HP yang terjadi justru kehidupan ini dikotori dengan ujaran kebencian dan hoax atau berita bohong yang tidak ada dasar faktualnya. Akibatnya jelas bertentangan dengan buah-buah roh. Orang menjadi lebih mudah membenci daripada mengasihi, bermuram durja dan berkeluh kesah daripada bersukacita, bersungut-sungut dan penuh kedengkian daripada hidup dalam damai sejahtera, grusa-grusu dan gelisah daripada bersikap sabar, menjadi sangat kikir dan penuh perhitungan cari untung sendiri daripada bersikap murah hati, menjadi lebih suka menebar keburukan daripada kebaikan, mengumbar egoisme daripada bersikap setia, bersikap dan bertutur kata kasar daripada bersikap lemah-lembut, dan lebih mengumbar nafsu daripada menguasai ataupun mengendalikan diri.
Semoga dengan kesediaan kita untuk lebih setia pada Roh Kudus daripada HP, kesan orang bahwa orang Indonesia itu ramah, santun, toleran, dan suka bergotong royong itu tidak hanya di dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga di dalam pergaulan di media sosial, baik saat ber-WA, ber-instagram, ber-line, ber-facebook, ber-youtube, ber-tik-tok-an, dll. Dan mari kita perangi hoaks dan hate speech dengan lebih setia pada tuntunan Roh Kudus daripada pusing dengan info yang berseliweran di HP kita.