Hati Nurani, Jangan Sampai Tumpul!

Oleh: Linda Mutiara Lumban Tobing

Hati Nurani adalah salah satu bagian penting dalam diri manusia. Setiap manusia dianugerahi Tuhan hati nurani. Hati nurani adalah media Tuhan dalam mewahyukan diri-Nya.

Kata ‘hati nurani’ dalam bahasa Yunani, yaitu ‘suneidesis’, memiliki arti harfiah ‘persepsi bersama’ (co-perception). Ini adalah persepsi seseorang bersama dengan dirinya sendiri. 

Kata ‘suneidesis’ dalam berbagai bentuk muncul sebanyak 30x dalam Perjanjian Baru. Ini berarti, Alkitab banyak berbicara mengenai hati nurani.  Sebagian orang mungkin tidak menyadari tentang keberadaan hati nurani, tetapi kita ingin menjadi orang-orang yang menyadari keberadaan hati nurani ini sesuai yang Firman Tuhan katakan. Karena hati nurani adalah sebuah kesadaran (awareness) maka hati nurani akan mengimbau kita untuk melakukan apa yang kita percayai benar dan menahan kita dari perbuatan yang kita percayai salah.

Hati nurani berfungsi sebagai alarm dalam diri manusia. Jika kita akan melakukan dosa, hati nurani akan mengingatkan. Seolah-olah ia berkata, “Jangan lakukan itu!” Akan tetapi kalau peringatan hati nurani ini selalu kita tepis dan kita tetap melakukan dosa, maka lama kelamaan suara hati nurani ini akan semakin tidak terdengar. Sama halnya dengan dosa, ketika berulang-ulang dilakukan, maka hati nurani kita lama kelamaan akan menjadi tumpul (mati rasa). Kita akan kehilangan kepekaan untuk mendengarkan suara Roh Kudus yang menegur dan memperingatkan kita. Hati-hati, itulah jerat dosa! 

Waktu pertama sekali kita melakukan dosa, kita merasa takut, jantung berdetak kencang, gelisah dan susah tidur. Namun ketika kita terus menerus mengulangi dosa yang sama, maka perasaan dan pikiran kita mulai menganggap tindakan itu adalah hal biasa.

Rasul Paulus dalam Efesus 4:18-19, pernah mengingatkan jemaat di Efesus, agar tidak lagi berbuat dosa. Karena dikhawatirkan apabila mereka terus menerus melakukannya, maka hati nurani mereka perlahan akan menjadi tumpul seperti orang yang tidak mengenal Tuhan. Karena itu, setiap orang beriman harus terus menerus memperhatikan suara yang ada dalam hatinya sendiri. Menjaga hatinya untuk tetap murni. Menjaga hati nurani agar tidak tercemar oleh dosa kembali dan menjaganya secara konsisten.

Caranya bagaimana?

  1. Mengisinya dengan membaca dan melakukan Firman Tuhan. “Aku telah banyak merenungkan firman-Mu dan menyimpannya di dalam hatiku sehingga aku terhindar dari berbuat dosa” (Mazmur 119:11).  Hati nurani yang sudah dikuduskan oleh kebenaran Firman Tuhan akan membuat seseorang semakin mengenal Tuhan dengan benar dan tentunya membuat seseorang semakin peka akan kehendak dan rencana Tuhan dalam hidupnya , sehingga ia tahu apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan dalam setiap langkah hidupnya sebagai anak Tuhan.
  2. Terus-menerus mengaku dosa di hadapan Allah melalui doa dan percaya bahwa darah Yesus memperdamaikan kita di hadapan-Nya. 1 Yohanes 1:9 menyatakan bahwa, “jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 
  3. Kemudian  berlanjut mencari “dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya” (Matius 6:33) melalui intensitas kita beribadah, berdoa dan terlibat dalam komunitas kelompok tumbuh bersama dalam Tuhan.

Referensi:

  1. Diktat character building: Agama, yang disusun oleh Tim CBDC, Universitas Bina Nusantara.
  • Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).
Linda Mutiara Lumban Tobing