Belajar dari Pohon Ara, sang Pohon Kehidupan

Oleh: Arcadius Benawa

Teman saya, Th. Wiryawan berkisah minggu lalu ia menginap di Andaz hotel di Sanur, Bali.  Ia hampir setiap hari menikmati makan pagi di samping pohon Ara yang rindang, karena  pohon Aranya itu  tinggi serta banyak buahnya.  Pohon ara (Ibrani: te en ah, Yunani: sukon) mengandung arti menghamparkan. Pohon ara memang wajar mejadi tempat berteduh (1Raj 4:25) yang tumbuh di dataran rendah. Buah pohon ara terdiri dari tiga macam, yaitu buah ara musim kemarau, buah ara hijau atau buah ara musim dingin, dan buah ara bungaran yang masak sebelum musim kemarau. Oleh karena itu, buah ara menjadi makanan favorit di daerah Timur Tengah dan dimakan pada saat perjalanan (1Sam 25:18).

Menelesik ihwal pohon Ara, ternyata pohon Ara itu unik. Di manakah keunikannya? Pertama, pohon Ara itu disebut sebagai tanaman suci oleh berbagai agama. Contoh. Dalam agama Buddha, Sang Sidharta Buddha Gautama mendapatkan pencerahan saat duduk di sebuah pohon Bodhi yang dalam bahasa lain tak lain adalah pohon Ara. Dalam agama Hindu, pohon ini disebut dengan nama pohon dunia, yang akar-akarnya menjulang menjadi sumber dari sungai Saraswati.

Di dalam agama Kristen , pohon Ara disebutkan sebagai salah satu pohon yang namanya diabadikan di dalam Alkitab Ibrani dan Kitab Suci Perjanjian Lama Agama Kristen. Pohon Ara merupakan pohon ketiga yang disebutkan di dalam Alkitab Perjanjian Lama sebagai pohon kehidupan ataupun pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Dikisahkan misalnya, Adam dan Hawa menyematkan daun pohon ara dan membuat cawat untuk menutupi tubuh mereka setelah mereka tahu bahwa mereka telanjang (Kitab Kejadian 3:7). Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengutuk pohon ara karena tidak menghasilkan buah (Mat 21:19-21 dan Mrk 11:13). Namun di tempat lain Yesus menggunakan pohon Ara untuk pengajaran-Nya (Luk 6:44, 13:6-7, 17:6).

Sedangkan dalam agama Islam, nama pohon ini diabadikan dalam salah satu surat di dalam Al-Quran yang bernama At-Tin, yang mempunyai arti pohon ara. Jadi, hampir semua agama mayoritas menyinggung nama pohon Ara. Hal tersebut menjadi indikasi khusus bahwa pohon Ara itu memiliki sesuatu makna yang berbeda pula.

Pohon Ara memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah buahnya merupakan sumber pakan bagi hewan. Serangga, kelelawar, monyet dan binatang lainnya menjadikan buah pohon Ara sebagai makanan utamanya. Selain itu, pohon Ara juga merupakan obat bagi banyak penyakit. Pada dasarnya pohon ara berbeda dengan berbagai macam pohon lainnya. Misalnya, buah ara rasanya sulit digambarkan. Selain itu, buah ara tersembunyi dan tertutup daun yang lebat serta berbuah tanpa bunga. Karena bunga pohon ara terletak di dalam buah, sehingga tidak terlihat. Pada zaman itu, jika pohon ara tidak berbuah, maka dianggap sebagai simbol bencana nasional, terutama di Israel. Sedangkan ketika produktivitas pohon ara tinggi, dilihat sebagai lambang kedamaian dan kemurahan Allah.

Jadi, pohon Ara menjadi istimewa karena memberi banyak manfaat dan simbol untuk kembali suci dalam hidup kita ini. Kita pun diingatkan untuk terus menjadi suci,  yang berarti untuk kembali menjadi manusia yang bersih lahir dan batin. Kalau kita renungkan, kesucian bukanlah menjadi domain para sufi, ustad, pendeta, pastor, bikhu dan para rohaniwan saja, akan tetapi juga menjadi kewajiban atau panggilan setiap kita selaku orang awam, orang biasa yang sibuk bergumul dengan urusan anak, urusan kerjaan, persoalan keuangan, masalah kemacetan dan aneka persoalan sehari-hari  yang kerap menguras energi dan pikiran kita.

Siapapun kita sejauh ingin berlatih dalam hidup akan menerima apa yang diinginkan, termasuk kesucian. Jalan kesucian yang paling sulit adalah dengan mengerjakan pekerjaan yang ada pada kita dan membuatnya sebagai persembahan indah bagi alam semesta. Marilah kembali menjadi suci seperti saat kita  lahir ke dunia. Itulah panggilan hidup yang sungguh indah: menjadi suci dengan menghasilkan banyak buah seperti pohon ara. Buah pertobatan, buah pelayanan, buah kebaikan yang ada di setiap waktu. Baik saat dalam kekurangan atau kelimpahan, dalam keadaan sehat maupun sakit tetaplah menghasilkan buah  yang lebat seperti pohon ara yang tetap berbuah di segala musim. Karena seperti pohon Ara, jika tidak berbuah akan dianggap sebagai simbol bencana, terutama di Israel. Sedangkan ketika produktivitas pohon ara tinggi, akan dilihat sebagai lambang kedamaian dan kemurahan Allah. Mari kita belajar dari pohon Ara, sang pohon kehidupan, agar kita menjadi berkah dan bukan kutuk bagi sesama.

Arcadius Benawa