Keunikan Bahasa Manusia Menurut Youval Noah Harari

Oleh: Yustinus Suhardi Ruman

Artikel ini berdasarkan buku yang ditulis oleh Yuval Noah Harari yang berjudul Sapiens, A Brief History of Humankind (2011). Harari mendeskripsikan beberapa keistiemewaan bahasa, manusia spesies Sapiens. Pertama, bahasa manusia spesies Sapiens lebih luwes bila dibandingkan dengan yang lainnya. Bahasa manusia Sapiens dapat menyambungkan bunyi dan tanda dalam jumlah yang terbatas untuk menghasilkan kalimat dalam jumlah yang banyak dengan maknanya masing-masing. Oleh karena itu, bahasa Sapiens dapat menyimpan dan menyampaikan berbagai informasi mengenai dunia sekitar hidupnya.

Sebagai contoh, Monyet memiliki sistem calling untuk memberitahukan ada musuh. Namun, hanya sampai disitu. Bahasa yang digunakan oleh monyet sangat terbatas. Sebaliknya, bahasa Sapiens dapat memberi informasi yang lebih kaya, seperti musuhnya ada dimana, jumlahnya berapa, jenis kelaminanya apa, peralatan yang mereka gunakan apa dan lain sebagainya. Sehingga dengan informasi yang detail itu, manusia Sapiens dapat berkumpul untuk merencanakan bagaimana mereka dapat menghadapi musuh mereka.

Kedua, gossip. Bahasa yang digunakan oleh Sapiens dapat dengan efektif menerangkan tentang manusia itu sendiri. Sapiens adalah hewan sosial. Kerja sama sosial merupakan kunci dari kesuksesannya untuk kelestarian dan reproduksinya. Sebagai hewan sosial, manusia selalu berinteraksi dengan sesamanya manusia, dan tentu sangat jarang berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. Dalam proses interaksi itu, tentu yang dibicarakan adalah tentang anggota kelompok mereka sendiri seperti siapa yang paling jujur, siapa yang berbohong, siapa berkhianat dan lain sebagainya. Dalam konteks ini, Sapiens memiliki waktu berjam-jam untuk berkomunikasi. Harari (2014) proses sosial seperti ini sebagai ketrampilan bergosip. Dengan bergosip Sapiens membangun dan mengembangkan jenis-jenis kerja sama sosial.

Jangkauan gossip biasanya terbatas. Gosip terbatas pada sekelompok orang yang secara personal saling mengenal. Tidak akan terjadi gossip bila seseorang bertemua dengan orang asing. Oleh karena itu, gossip hanya memperkuat kerja sama sosial pada orang-orang yang memiliki kedekatan sosial seperti keluarga, atau anggota dari satu kampung. Gosip ada hanya seputar hubungan kekerabatan atau kampung. Secara kuantitafi Harari (2014) menerangkan bahwa gossip hanya mengikat sekitar 150 orang saja.

Ketiga, fiksi dan mitos. bahasa yang digunakan oleh Homo Sapiens dapat pakai untuk menciptakan fiksi. Melalui bahasa, Sapiens tidak hanya dapat membayangkan sesuatu yang tidak pernah dia alami dalam dunia riil, tetapi juga dapat mendorong terjadinya tindakan kolektif. Fiksi ini dapat terkait dengan agama, bangsa, atau berbagai hal yang lainnya. Mitos tentang kisah-kisah dalam agama misalnya dapat mendorong lahirnya tindakan sosial yang sama, bagi semua orang yang percaya pada mitos itu. Demikian pula halnya dengan mitos tentang bangsa. Mitos memungkinkan semua orang dapat bertindak dengan cara yang sama sebagai satu bangsa. Manuisa dapat bekerja sama dengan orang yang tidak dikenal sama sekali karena mitos tentang agama dan bangsa yang sama. Dengan mitos ini, manusia dapat bekerja sama secara luwes dengan siapa saja, termasuk dengan mereka yang tidak pernah saling kenal sekalipun. Cukup dengan mengetahui tentang kesamaan identitas sosial yang disandang.

Tentang daya magic fiksi ini, Harari (2014) mendeskripsikan bahwa tiap kerja sama manusia berskala besar seperti membangun sebuah negara atau komunitas agama berakar dari mitor bersama. Mitos ini lahir dari imajinasi kolektif. Sebagai contoh, dua orang Katolik yang tidak pernah saling kenal dapat berangkat untuk ikut perang salib bersama-sama, atau mengumpulkan dana untuk membangun rumah sakit. Hal yang sama juga terjadi dengan mitos membangun negara. Dua orang tidak pernah saling kenal dapat berjuang bersama mengambil resiko mempertahankan negara.  Singkatnya, fiksi merupakan salah satu unsur konstruktif untuk menciptakan kerja sosial yang lebih besar. Pembangun bangsa terjadi dalam konteks daya magic fiksi atau mitos ini.  Kerja sama sosial bayak bersumber dari “realitas yang dikhayalkan”.

Keempat, bahasa manusia dapat digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang sama sekali tidak ada. Dalam koteksi ini, hanya Sapiens yang memiliki ketrampilan seperti ini. Sapiens dapat berbicara tentang sesuatu yang tidak pernah dia lihat, rasakan, sentuh, dengar atau cium. Ia dapat bercerita tentang masa lalu yang tidak pernah ia alami, atau tentang saat ini yang tidak pernah ia lihat atau tentang masa depan yang belum tentu ia gapai

Bahasa Sapiens yang unik itu tidak dimiliki oleh binatang termasuk saudara dekatnya, Simpanse atau gorilla, atau bahkan manusia dari spesies lainnyapun tidak memiliki kapasitas ini. Tidak ada penjelasan yang sangat menyakinkan tentang mengapa Sapiens memiliki kapasitas bahasa yang unik. Hipotesis dari pendekatan evolusi hanya menerangkan bahwa kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh Sapiens terjadi secara kebetulan saja.

Yustinus Suhardi Ruman