Kepemimpinan Yang Amanah
Oleh: Dr. Nuah P. Tarigan
Berdasarkan hasil penelitian dan didukung oleh pembahasan dalam disertasi ini, akhirnya penulis berada pada bagian akhir penulisan disertasi ini. Untuk itu dibawah ini penulis membuat refleksi teologis selanjutnya menarik kesimpulan serta saran-saran bagi gereja, sebagai berikut:
Fenomena dan kondisi kepemimpinan nasional kita dewasa ini, harusnya makin menyadarkan kita bahwa saat ini telah terjadi sebuah proses degradasi kualitas dan keberpihakan pemimpin pada rakyat dan konstitusi yang semakin menuju titik nadir. Konteks kekinian menunjukkan secara nyata dan objektif telah terjadinya hal tersebut. Kepemimpinan nasional kita saat ini dapat dikatakan sangat lemah dan tidak sesuai dengan Amanat rakyat Indonesia.
Korupsi telah membudaya, pelanggaran hukum dan HAM dimana-mana, masalah dan bahaya disintegrasi menggejala, kebijakan ekonomi tak berpihak pada rakyat, dan beragam problematika lain yang mengemuka. Semuanya terjadi, salah satunya diakibatkan karena krisis kepemimpinan dan tak adanya teladan dari pemimpin yang tak menjiwai dan tidak berbasis pada Pancasila dan dalam konteks ke Indonesiaan adalah makin sedikit pemimpin yang visioner itu, termasuk dari kalangan Kristen. Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua hal yang berbeda.
Berbicara tentang Pemimpin, kita akan berbicara tentang individu atau orangnya sedangkan kepemimpinan adalah bagaimana gaya atau cara dan seperti apa kepemimpinannya. Siapapun pemimpinnya dapat sama hebatnya jika punya karakter dan jiwa kepemimpinan yang kuat, tersistematis, visioner dan berpihak pada rakyat serta punya ciri khas tersendiri.
Namun kepemimpinan yang tidak kuat akan membuat pemimpin sekuat apapun tidak akan mampu memimpin dengan bagus, visioner, dan tentunya amanah karena tiadanya gaya kepemimpinan yang membuatnya cukup kuat bertahan sebagai pemimpin Kepemimpinan berbasis Pancasila tidak akan dapat diterlepaskan dari bangunan konseptual kelima sila yang ada di dalamnya. Bagaimana sila ketuhanan ditempatkan yang pertama dan utama alias sebagai dasar moralitas.
Sebagai sila yang bersifat causa prima (sumber dari dari sila-sila yang lain) maka mau tidak mau pemimpin yang dimaksud disini adalah pemimpin yang ber-Tuhan, bermoral dan benar-benar menjalankan eksistensinya di dunia untuk mensejahterakan alam beserta manusia yang ada di dalamnya.
Pemimpin yang menjadi pelayan bagi sesama. Dalam pembahasan kepemimpinan modern, terkenal istilah dengan sebutan spiritual leadership, authentic and practical leadership, morality leadership, ataupun prophetic leadership. Inti dari semua itu, bahwa kepemimpinan adalah amanah dan pemberian dari Tuhan dan juga harus dipertanggungjawabkan kepadaNya dengan bukti dan hasilnya, yaitu kesejahteraan manusia dan alamnya. Dari sini, Kepemimpinan berbasis Pancasila sudah menutup pintu bagi pemimpin yang tidak bertuhan, yang atheis, maupun agnostic dan tentunya yang tidak berpihak pada rakyat