Homo Sapiens Bertahan, Genus Homo Lain Punah, Mengapa?
Oleh: Yustinus Suhardi Ruman
Para ilmuwan (Harari, 2014) bersepakat bahwa sejak 150.000 tahun silam, homo sapiens sudah hidup di Afrika Timur. Tampang mereka sudah seperti kita manusia modern sekarang ini. Mereka sudah memiliki gigi dan rahang yang sama dengan kita saat ini. Otak merekapun demikian sudah berukuran besar, setara dengan otak kita.
Namun, kurang lebih 70.000 tahun yang lalu mereka berpindah tempat dan menyebar ke semenanjung Arabia, lalu dari sana mereka mencapai daratan erasia. Erasia adalah sebuah superbenua gabungan yang terdiri dari dua benua, yaitu Eropa dan Asia. Sebelum, homo sapiens mencapai Arabia, sebagian besar Erasia sudah dihuni oleh manusia-manusia lain seperti Homo neanderthalensis, Homo erectus, Homo soloensis, Homo florensiensi dan lain sebagainya.
Ada dua pandangan yang dapat menjelaskan proses sosial yang terjadi saat homo sapiens bertemu dengan manusia penghuni daratan erurasia. Pertama teori “Kawin Campur”, dan kedua teori “Penggantian”.
Teori Kawin Campur menjelaskan bahwa saat homo sapiens menyebar keseluruh dunia, mereka mengawini manusia-manusia setempat. Oleh karena itu, menurut teori itu, manusia masa kini adalah hasil dari kawin campur itu. Saat homo sapiens menyebar ke wilayah-wilayah Neandertal, Sapiens kawin dengan Neandertal sampai kedua populasi ini menyatu. Jadi menurut teori ini, manusia yang hidup di Erasia pada masa kini adalah hasil dari percampuan itu. Manusia yang hidup di Erasia pada masa kini, bukanlah Sampiens yang murni, melainkan hasil dari perkawinan campur antara Sapiens dengan populasi local. Orang Tiongkok dan Korea adalah campuran Sapiens dengan Erectus. Orang Eropa campuran Sapiens dengan Neandertal. Teori perkawinan campur dengan demikian menegaskan bahwa Pertama, tidak ada spesies manusia yang hilang dimuka bumi ini. Kedua, manusia dewasa ini adalah sekaligus Homo neanderthalensis, Homo erectus, Homo soloensis, Homo florensiensi, dan Homo denisova, Homo rudolfensis, Homo ergaster, dan tentu adalah Homo Sapiens.
Degan demikian berdasarkan teori “Perkawinan Campur”, manusia dewasa ini adalah produk dari proses biologis antara Homo sapiens dengan Homo neanderthalensis, atau antara Homo Sapiens dengan Homo erectus, atau Homo Sapiens dengan Homo soloensis, atau antara Homo Sapiens dengan Homo florensiensi, dan demikian seterusnya dengan spesies manusia yang lainnya. Dari deskripsi ini, kita dapat menemukan bahwa yang paling agresif menyebar, lalu kemudian melakukan kawin campur dengan spesies manusia lokal adalah homo sapiens.
Teori yang kedua menjelaskan bahwa saat terjadi perjumpaan antara Homo sapiens dengan spesies manusia lokal terjadi pertarungan habis-habisan sampai tejadinya genosida. Menurut teori ini, Sapiens tidak cocok hidup berdampingan dengan spesies manusia yang lainnya. Anatomi, cara kawin, dan bau badan antara Spiens dengan spesies manusial local itu sangat berbeda. Oleh kerana itu, mereka tidak cocok hidup bersama dan melakukan kawin campur. Teori ini menjelaskan bahwa saat spesies manusia yang lain (Homo neanderthalensis, Homo erectus, Homo soloensis, Homo florensiensi, dan Homo denisova, Homo rudolfensis, Homo ergaster) punah, gen-gen meraka juga ikut punah.
Berdasar pada teori itu, garis keturunan manusia dewasa ini satu-satunya dan hanya dapat ditarik dari Afrika Timur pada 70.000 tahun yang lampau. Kita adalah sampiens yang murni, tanpa mewarisi gen dari Homo neanderthalensis, Homo erectus, Homo soloensis, Homo floresiensis, dan Homo denisova, Homo rudolfensis, Homo ergaster. Nenek moyang kita berasal dari Afrika Timur.
Kita datang dari asal yang sama, lalu kemudian menyebar dan menguasai seluruh penjuru bumi ini. Kalau kita paksakan apa yang terjadi dengan kisah penciptaan manusia menurut Kitab Kejadian, maka kita dapat mengatakan Allah menciptakan Firdaus, Adam dan Eva di Afrika Timur. Ataukah kita diciptakan pada sebuah tempat yang misterius, lalu kemudian diusir ke Afrika Timur sebagai silih dosa, lalu dari Afrika Timur kita mengembara sampai menguasai bumi ini.
Dari kedua teori tersebut, teori manakah yang paling kuat menjelaskan jadi diri manusia dewasa ini? Pada tahun 2010 (Harari, 2014) masyarakat ilmiah dikejutkan oleh sebuah temuan bahwa 1 – 4 persen DNA populasi manusia modern di Timur Tengah dan Eropa merupakan DNA Neandertal. Temuan lain, juga menunjukkan bahwa 6 persen DNA manusia spesies Denisova ada pada orang-orang Melanesia dan Aborigin Australia modern. Meskipun, jumlah warisan DNA dari manusia spesies Neandertal dan Denisova sedikit, temuan itu menunjukkan bahwa manusia modern dewasa ini tidak murni dari Sapiens. Manusia dewasa ini juga mewarisi DNA manusia dari spesies lain yang pernah ada dimuka bumi ini.
Bagaimanakah proses pewarisan itu terjadi? Apakah melalui perkawinan campur seperti yang dijelaskan dalam teori “Perkawinan Campur”? Oleh karena, jumlah DNA yang diwariskan tidak sigifikant, maka para penganut “Teori Penggantian” menyakini pewarisan itu terjadi karena mujur saja. DNA Neandertal dan Devisova secara mujur ikut menumpang Kereta Ekspres Sapiens hingga tiba pada manusia dewasa ini.
Proses penumpangan itu bisa saja terjadi karena Sapiens, Neandertal dan Denisova bukan manusia spesies-spesies yang berbeda sama sekali. Pada persingungan tertentu, mereka dapat saja melakukan hubungan seks meskipun langka atau tejadi tidak secara umum dan massif. Relasi seksual itu terjadi secara incidental saja. Dan hal itulah yang menyebabkan DNA Neandertal dan Denisova ikut menumpang Sapiens hingga tiba pada manusia modern saat ini.
Proses penumpangan DNA Neandertal dan Denisova tidak terjadi secara umum dan massif karena sejak 50.000 tahun yang lampau, Sapiens sudah sangat berbeda dari Neandertal dan Denisova. Perbedaan itu tidak hanya terkait dengan sandi genetic dan jasmaniahnya, tetapi juga dalam hal kemampuan kognitif dan sosial.
“Teori Penggatian” dewasa ini merupakan teori yang paling umum diakui untuk menjelaskan secara evolutive jadi diri manusia modern dewasa ini. Manusia modern dewasa ini berasal dari manusia spesies Sapiens yang berasal dari Afrika Timur. Penjelasan tentang jati diri manusia modern berdasarkan teori penggantian menciptakan sebuah teka teki baru. Mengapa manusia spesien Sapiens dapat survive sampai dengan saat ini, dan mengapa manusia spesies Neandertal, Denisova dan manusia spesies lainnya punah? Ada dua pandangan yang untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama, keandalan Sapiens mengeksploitasi sumber makanan. Kedua, Homo sapiens bukan spesies yang familiar dengan toleransi, dan jawaban ketiga adalah Sapiens memiliki Bahasa yang unik (Harari, 2014).
Pertama, keandalan Sapiens mengeksploitasi makanan. Homo sapiens bertanggungjawab terhadap punahnya Homo neandertal, Denisova dan spesies-spesies manusial yang lainnya dimuka bumi ini. Sapiens adalah pemburuh dan pengumpul handal yang memiliki teknologi dan organisasi sosial yang lebih canggih bila dibandingkan dengan spesies manusia lain pada jamannya. Ketika berhasil mencapai wilayah di mana Neandertal hidup, Homo sapiens mulai memburuh rusa, mengumbulkan makanan dan buah-buahan.
Peruburuhan dan pengumulan makanan ini mengancam kehidupan Neandertal. Neandertal yang kurang pintar semakin kesulitan mencukupi kebutuhan makanan mereka. Kecuali beberapa yang dapat hidup berdampingan dengan Sapiens, pada satu pihak Neandertal terus menyusut populasinya, sementara Sapiens pada pihak lainnya terus bertambah. Lama-lama kemudian, Neandertal menjadi punah dengan sendirinya.
Kedua, Sapiens tidak familiar bertoleransi. Toleransi, tulis Harari (2014) bukanlah ciri khas Sapiens. Pada manusia modern dewasa ini saja, sedikit perbedaan warna kulit, agama, logat sudah sangat cukup untuk memicu sekelompok Sapiens untuk berusaha melenyapkan sekelompok Sapiens yang lainnya. Ini terjadi pada era kita sekarang. Banyangka apa yang terjadi ribuan tahun yang lalu dengan Sapiens pendahulu kita. Boleh jadi, ketika berjumpa dengan Neandertal yang dalam cukup banyak hal berbeda dengannya, Sapiens berkampanye untuk melakukan pembersihan etnis pertama dan terpenting dalam sejarah evolusi Sapiens.
Manakah penjelasan yang paling valid dari kedua jawaban itu, kita belum tahun secara persis. Namun faktanya saat Sapiens tiba dan menguasai daerah-daerah baru yang sebelumnya dihuni oleh manusia spesies yang lainnya, mereka bertahan, sementara para penguhuni sebelumnya punah. Homo soloensis punah sekitar 50.000 tahun yang lalu. Kemudian, disusul oleh Homo denisova. Lalu Homo Neandertal punah sekitar 30.000 tahun yang lalu. Dan manusia Floresiensis pamit punah sekitar 12.000 tahun silam.
Setelah mereka semua punah, kurang lebih sejak 10.000 tahun yang lalu, manusia spesies Sapiens menjadi penghuni terakhir dan satu satunya tersisah dari spesies manusia yang menghuni bumi ini. Apa rahasia manusia spesies Sapiens untuk dapat bertahan? Masih banyak kesempatan untuk membuka rahasia keunggulan manusia spesies Sapiens. Namun, salah satu yang paling mungkin untuk membuka rahasia keunggulan manusia Sapiens adalah bahasanya yang unik. Harari (2014) menulis, “Homo sapiens menaklukan dunia terutama berkat bahasanya yang unik”.