Di Samping Homo Sapines, Masih Ada Genus Homo Lainnya

Oleh: Yustinus Suhardi Ruman

Sapiens, bukan satu-satunya spesies homo yang pernah menghuni bumi ini Harari, 2014).   Ada Homo neanderthalensis, Homo erectus, Homo soloensis, Homo florensiensi, dan Homo denisova, Homo rudolfensis, Homo ergaster, dan terakhir adalah Homo Sapiens.

Homo neanderthalensis  atau lebih dikenal dengan Neandertal bertubuh gempal dan berotot. Mereka dapat berdaptasi baik diiklim dingin zaman es di Erasia Barat. Mereka memiliki otak yang lebih besar, bahkan lebih besar dari Sapiens. Homo Neandertahl digambarkan sebagai pemburu yang hebat dan andal. Mereka juga memiliki kepedulian yang baik dengan sesamanya. Mereka dapat merawat sesamnya yang sakit dan lemah. Dalam ilustruasi-ilustrasi karikatur, mereka digambarkan sebagai manusia gua, yang bodoh, dan brutal.

Homo erectus atau manusia tegak, hidup di Asia. Homo soloensis  hidup di pulau Jawa, tepatnya di Lembah Solo. Di pulau Flores pernah hidup Homo floresiensis. Homo floresienssi  berukuran satu meter saja dan berbobot kurang lebih 25 kilogram. Lalu, Homo denisova hidup di Siberia. Homo rudolfensis hidup di sekitar danau Rudolf, Homo ergaster adalah manusia pekerja, dan Homo Sapiens merupakan manusia bijak. Jelaslah bahwa bumi ini pernah dihuni oleh berbagai macam spesies manusia.

Spesies-spesies tersebut ada yang bertubuh tinggi besar, lalu ada juga yang bertubuh pendek. Sebagian diantaranya adalah pemburuh ganas, namun sebagian yang lain adalah pengumpul yang lemah lembut. Ada yang hidup di satu pulau saja, namun ada juga yang mengembara  diberbagai dunia. Semua mereka dalah genus Homo. Mereka semua dalah manusia. Harari menegaskan bahwa sekitar 2 juta tahun yang lalu sampai dengan 10.000 tahun yang lalu, bumi ini merupakan rumah bagi beberapa spesies sekaligus.

Spesiesn-spesies Homo tersebut memiliki beberapa kesamaan. Pertama, mereka semua adalah manusia yang memiliki otak yang sangat besar dibandingkan dengan hewan-hewan lainnya. Manusia paling awal 2,5 juta tahun silam memiliki otak berukuran kiri-kira 600 sentimeter kubik. Lalu Sapiens modern memiliki otak sebesar rata-rata 1.200 – 1.400 sentimeter kubik. Otak Neandertal bahkan jauh lebih besar lagi.

Kedua, berjalan tegak. Spesies-spesies manusia tersebut dapat berjalan tegak dengan dua kaki.  Berjalan tegak dengan kedua kaki adalah keunggulan bila dibandingkan dengan anggota keluarga besar yang tergolong dalam kera. Dengan berdiri, mereka dapat mengawasi pada musuh atau buruan dipadang sabana. Selain itu, dengan berdiri dengan dua kaki, mereka dapat menggunakan lengan mereka dengan lebih efektif seperti untuk melempar. Dan bahkan banyak tugas-tugas rumit yang dapat dilakukan dengan menggunakan tangan. Manusia dapat menciptakan teknologi yang lebih canggih.

Ketiga, kemampuan sosial. Bila dibandingkan dengan hewan-hewan lainnya manusia lahir tidak sempurna. Anak kuda bisa langsung lari beberapa saat setelah lahir. Anak kucing juga demikian dapat meninggalkan ibunya untuk mencari makan sendiri beberapa saat setelah lahir.  Bayi manusia lahir tanpa daya. Ia bergantung pada manusia-manusia yang lebih tua darinya untuk dapat bertahan hidup seperti memperoleh makanan, perlindungan dan juga Pendidikan. Ketidakberdayaan ini menciptakan kemampuan sosial pada manusia untuk berkerja sama. Kerja sama antara anggota keluarga, keluarga dengan keluarga, keluarga dengan suku.

Otak yang besar, kemampuan menciptakan dan menggunakan alat, kemampuan belajar dan sosial merupakan suatu keunggulan pada semua spesies manusia tersebut. Kemampuan itu telah mengangkat manusia pada rantai puncak makanan melampaui hewan lainnya seperti Singa di darat atau Hiu di laut. Dalam Bahasa Harari (2014) keunggulan yang dimiliki oleh spesies menusia tersebut telah menjadikannya sebagai diktator negara boneka.

Penggunaan api merupakan salah satu pencapaian pada puncak rantai kehidupan di bumi ini. Spesies manusia telah menggunakan api sejak 800.000 tahun silam. Homo erectus, Neandertal dan leluhur Homo Sapiens menggunakan api untuk keperluan hidup sehari-hari sejak sekitar 300.000 tahun yang lalu.  Api dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk menghangatkan tubuh, senjata untuk melawan singa, senjata untuk berburuh dengan membakar semak belukar dan tentu yang terpenting dari penggunaan api adalah memasak.

Penggunaan api untuk memasak membawa keuntungan yang luar biasa bagi kesehatan dan efisiensi waktu untuk memakan. Melalui memasak, api mengubah sifat alamiah dan kimia makanan.  Dengan dimasak sifat alamiah dan kimia gandum, beras, dan kentang sebagai makanan pokok diubah. Selain itu, secara biologis kuman dan parasite yang melekat dalam makanan juga dapat dibunuh. Selain itu, dengan mamasak, manusia dapat dengan lebih mudah mengunyah dan mencernah makanan, serta dapat memakan lebih banyak jenis makanan dengan dalam waktu yang sedikit. Pengalaman seperti itu tidak dapat dialami oleh kerabat dekat manusia yakni Simpanse. Simpanse menghabiskan waktu yang banyak untuk mengunyah makanan mentah. Penggunaan api untuk kebutuhan hidup sehari-hari telah menciptakan perbedaan yang besar antara manusia dengan hewan-hewan lainnya. Hewan lain sangat bergantung kepada fisik mereka; seperti kekuatan otot, ukuran gigi, atau sayap yang lebar bagi burung. Singkatnya, hewan tidak bisa mengendalikan alam. Sementara manusia, dapat mengendalikan alam dengan api. Burung harus berusaha terbang tinggi untuk menghangatkan tubuh, sedangkan manusia dapat menciptakan api untuk menghagatkan tubuhnya ketika musim dingin tiba

Yustinus Suhardi Ruman